Sabtu, 03 September 2016

Mengingat Mati

assalaamu 'alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuhu
 innalhamdalillaah, nahmaduhuu
wa nasta'iinuhuu wa nastaghfiruhu
wa na'uudzubillaahi min syuruuri 'anfusinaa
wa min syayyi-aati a'maalinaa
man yahdillaahu falaa mudhillalahu
wa man yudhlilhu falaa haadiyalahu
asyhadu anlaa ilaaha illallah wahdahu laa syariikalaahu wa asyhadu annaa muhammadan 'abduhuu wa rasuuluhuu laa nabiyya ba'dahu

Jamaah Shalat  Isyak dan taraweh yang dirahmati Allah,
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat kepada kita, dan menuntun kita pada agama Islam,  dan menjadikan Ramadhan sebagai bulan yang penuh barokah dan rahmah bagi manusia.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan ke haribaan baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,  beserta para keluarga, sahabat, dan semua orang yang mengikutnya hingga hari kemudian.

Jamaah Shalat  Isyak dan taraweh yang dirahmati Allah,
Pada bulan-bulan ini yaitu bulan juni dan juli, bagi sebagian kita, terutama yang mempunyai anak yang ingin melanjutkan sekolahnya, adalah bulan-bulan yang mencemaskan, betapa tidak , orang tua mana yang tidak cemas terhadap keadaan anaknya, karena pada bulan juni dan juli, adalah bulan ujian akhir (ujian nasional), pengumuman kelulusan sekolah sekaligus bulan untuk mencari sekolah yang baru, kecemasan yang pertama adalah ketika akan melakukan UNAS, kemudian ketika menunggu hasil kelulusan anaknya, tentunya cemas kalau nilainya tidak bagus, kecemasan berikutnya adalah ketika mencari sekolah, yang dari sd ke smp, yang dari smp ke sma dan yang dari sma ke universitas, dan kecemasan yang ketiga adalah ketika diwajibkan untuk membayar uang sekolah dan tetek bengek lainnya,  disadari atau tidak bahwa sekolah yang baik diharapkan akan membawa kesuksesan pada kehidupan selanjutnya sehingga kalau tidak bisa bersekolah di tempat yang baik (yang favorit), ada anggapan  bahwa akan sangat berpengaruh terhadap kesuksesan anaknya di kemudian hari. Itulah kecemasan-kecemasan orang tua dan tentu saja beserta anaknya di bulan-bulan juni dan juli.

Jamaah yang dirahmati Allah,
Adalah wajar kita cemas terhadap kehidupan anak kita atau kehidupan kita, namun apakah kecemasan ini begitu besar?  Marilah kita bandingkan dengan kecemasan kita menghadapi kematian, apakah selama ini kita tidak cemas menghadapi kematian,? Kabeh  tiyang nek dipun takoni setunggal-setunggal, nopo njenengan takut menghapi kematian, jawab pe mesti ajrih, bahkan takut sekali. Nangin kemudian nek  ditakoni apa sing wis disiap ake kanggo ngadepi kematian, jawabnya akan sangat beragam, tapi sebagian besar jawabnya: ora weruh, tidak tahu.

INGAT mati termasuk salah satu akhlak terpuji dan perilaku luhur lagi mulia. Bagaimana tidak, mengingat kematian bukan sekadar ingat dan tidak lupa, namun lebih dari itu mengingat kematian berarti mempersiapkan bekal sebelum ajal datang.
Orang yang cerdas adalah orang yang tahu persis tujuan hidupnya. Kemudian mempersiapkan diri sebaik-baiknya demi tujuan tersebut. Maka, jika akhir kesempatan bagi manusia untuk beramal adalah kematian, mengapa orang-orang yang cerdas tidak mempersiapkannya?. Kalau kita termasuk orang yang pintar atau  bukan orang yang Bodoh maka kita mempersiapkan diri untuk menghaadapi kematian.

Ibnu Umar radhiyallaahu ‘anhuma berkata, “Suatu hari aku duduk bersama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba datang seorang lelaki dari kalangan Anshar, kemudian ia mengucapkan salam kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya, ‘Wahai Rasulullah, siapakah orang mukmin yang paling utama?’ Rasulullah menjawab, ‘Yang paling baik akhlaqnya’. Kemudian ia bertanya lagi, ‘Siapakah orang mukmin yang paling cerdas?’. Beliau menjawab, ‘Yang paling banyak mengingat mati, kemudian yang paling baik dalam mempersiapkan kematian tersebut, itulah orang yang paling cerdas.’ (HR. Ibnu Majah, Thabrani, dan Al Haitsamiy. )

Sehebat apapun seseorang, segesit bagaimanapun ia berlari, tidak ada yang bisa lepas dari jaring kematian. Di manapun, kapanpun, dan dalam keadaan bagaimanapun, kematian itu pasti akan datang menyergap, baik dalam keadaan kita siap atau tidak, baik dalam keadaan baik atau buruk, kematian adalah suatu kepastian.
Oleh karena itu, Allah Subhanahu wa ta`la (SWT) berfirman,
62:8 
Qul innaal mautaalladzi tafirruunaminhu fa-innahu mulaqiikum tzumma turadduuna ilaa ‘alimil ghaibi washshahadati fayunabbi-ukum bimakuntum ta’maluun
“Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka Sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu.” kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". (QS. Al-Jumu`ah [62]: 08)

Ada banyak cara dan kiat untuk membuat kita selalu ingat mati. Beberapa di antaranya:
Pertama, berusaha sekuat tenang untuk mengingat kematian yang menimpa orang lain, entah itu saudara, keluarga, atau siapa saja di antara manusia yang telah mendahului kita. Misalnya, saat kita berjalan kemudian berpapasan dengan rombongan yang memanggul keranda jenazah, di saat itulah kita berusaha mengingat kematian.
Atau saat tetangga kanan-kiri kita ada yang meninggal, kita juga berusaha mengingat kematian dengan mengatakan dalam diri kita, “Hari ini tetanggaku telah meninggal, mungkin esok, lusa, atau beberapa hari lagi aku yang akan dipanggil oleh Allah SWT.”
Hal demikian jika kita lakukan dengan sungguh-sungguh, akan membuat kita terhindar dari pembicaraan yang tidak berguna kala bertakziah kepada keluaraga yang ditinggal mati kerabatnya seperti yang sering kita perhatikan atau bahkan kita sendiri melakukannya.
Padahal Rasul pernah menegur beberapa orang yang berbicara tanpa guna. Beliau mengatakan, “Andaikata kalian banyak mengingat ‘pemotong kenikmatan’ niscaya kalian tidak banyak berbicara seperti ini, perbanyaklah mengingat ‘pemotong kenikmatan’. (HR. Turmudzi (2648)). Yang dimaksud pemotong kenikmatan adalah kematian.

Kedua, setelah kita mengingat kematian itu sendiri, cobalah kita membayangkan bagaimana sepi dan sunyinya alam kubur itu, tidak ada yang menemani di hari-hari yang dilalui. Suami atau istri yang paling cinta sekalipun tidak ada yang sanggup atau mau menemani jika kita telah wafat, terkubur dalam tumpukan debu dan tanah.
Diceritakan dari Abu Bakar Al-Isma`ili dengan sanandnya dari Usman bin Affan, bahwa Usman bin Affan apabila mendengar cerita neraka, ia tidak menangis. Bila mendengar cerita kiamat, ia tidak menangis. Namun, apabila mendengar cerita kubur, ia menangis.
“Mengapa demikian, wahai Amirul Mukminin,” tanya seseorang kepada beliau. Usman menjawab, “Apabila aku berada di neraka, aku tinggal bersama orang lain, pada hari kiamat aku bersama orang lain, namun bila aku berada di kubur, aku hanya seorang diri.” (Syeikh Muhammad bin Abu Bakar Al-`Ushfuri, Syarh Al-Mawaa`idz Al-`Ushfuuriyyah, Jakarta: Dar Al-Kutub Al-Islamiyah, hal. 28)
Kesendirian dan sepi senyapnya alam kubur dapat berubah menjadi kebahagiaan atau kesengsaraan, tergantung amal kita selama hidup di dunia. Kuburan dapat menjadi lumbung kebahagiaan atau menjadi sumber siksa dan sengsara. “Kubur itu bisa merupakan salah satu kebun surga atau salah satu parit neraka,” sabda Nabi SAW. (HR. Turmudzi (2460))

Ketiga, termasuk hal sangat dianjurkan dalam upaya kita mengingat mati adalah berziarah ke kubur. Ziara kubur merupakah perkara yang disunnahkan dan sangat direkomendasikan oleh rasul.
Lewat kegiatan ziarah, misalnya kita ke kuburan, di sana kita bisa melihat kuburanya pak A yang dulunya seorang pejabat yang sukanya menyuruh-nyuruh orang seenaknya ternyata sekarang nggak bisa apa2, atau melihat kuburannya ibu B yang dulunya seorang artis  yang suka pamer perhiasan, sekarang juga nggak bisa apa2, semuanya sudah berada di dalam tanah, dengan balasan amalannya,  dengan demikian kita mengambil pelajaran dan hikmah tentang keadaan alam kubur, dan apa yang terjadi di dalamnya, serta kehidupan yang akan dilewati usai dari alam kubur nantinya.
Dalam sebuah hadits, nabi berpesan, “Aku pernah melarang kalian untuk berziarah kubur, namun sekarang berziaralah sebab ia dapat mengingatkan akan kehidupan akhirat dan menjauhi kemewahan dunia.” (HR. Muslim (977))

Saat ini, musibah terjadi di mana-mana setiap saat. Sementara di sisi lain, banyak manusia tidak sadar bahwa detak jantung, denyut nadi mereka bisa saja berhentik berdetak sewaktu-waktu. Entah karena tabrakan, karena kecelakaan, karena banjir, tsunami atau bahkanya saat mereka sedang bersendau gurau dengan sana-keluarga. Sesungguhnya kematian merupakan langkah yang sudah pasti, kita hanyalah menunggu gilirannya.

Jamaah yang dirahmati Allah,
Mumpung saat ini di bulan Ramadhan, bulan penuh berkah, bulan penuh ampunan. Janganlah kita  menunda untuk berbuat amal shalih karena kesibukan duniawinya. Karena, selama manusia masih hidup, ia tidak akan lepas dari kesibukan. Orang yang berakal, orang yang pintar atau  bukan orang yang Bodoh , akan mengutamakan urusan akhirat yang pasti datang, dan mengalahkan urusan dunia yang pasti ditinggalkan. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman yang artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang melakukan demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi. Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya, Rabbku. Mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shalih”. Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan. [Al Munafiqun: 9-11].

Demikian sedikit yang dapat kami sampaikan. Semoga kita menjadi hamba-hamba Allah yang senantiasa takut kepada-Nya, sehingga dengan itu kita menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya


SUBHANAKA ALLAHUMMA WA BIHAMDIKA ASYHADU ALAA ILAAHA ILLA ANTA ASTAGHFIRUKA WA ATUUBU ILAIKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar