Sabtu, 09 Desember 2017

E DAYOHE TEKO

E DHAYOH E TEKO...

assalaamu 'alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuhu
 innalhamdalillaah, nahmaduhuu
wa nasta'iinuhuu wa nastaghfiruhu
wa na'uudzubillaahi min syuruuri 'anfusinaa
wa min syayyi-aati a'maalinaa
man yahdillaahu falaa mudhillalahu
wa man yudhlilhu falaa haadiyalahu
asyhadu anlaa ilaaha illallah wahdahu laa syariikalaahu wa asyhadu annaa muhammadan 'abduhuu wa rasuuluhuu laa nabiyya ba'dahu
Jamaah Shalat  Shubuh yang dirahmati Allah,

Segala puji bagi Allah yang senantiasa melimpahkan karunianya kenikmatan yang tak terhitung  bagi  kita  semua. Dan diantara semua kenikmatan itu, nikmat Islam dan Iman adalah yang paling utama.
Marilah kita jaga nikmat islam dan iman ini sampai ajal menjemput

Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan ke haribaan baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,  beserta para keluarga, sahabat, dan semua orang yang mengikutnya hingga hari kemudian.

Jamaah Shalat  Shubuh yang dirahmati Allah

Mungkin  bapak-bapak dan ibu-ibu jamaah sekalian, waktu masih waktu kecil dulu, khususnya di jawa, kalau di madura saya nggak tahu, ada tembang dolanan  anak-anak yang berbunyi  : “Eee dhayohe teka; Eee gelarno klasa; Eee klasane bedhah; Eee tambalen jadah; Eee jadahe mambu; Eee pakakno asu: Eee asune mati; Eee buwangen kali; Eee kaline banjir; Eee kelekno pinggir”.

Ada banyak  pendapat tentang arti tembang ini,  di sini saya akan mengemukaan beberapa perdapat tadi.

Pertama, yang berpendapat sesuai dengan arti tektual dari tembang tersebut, mengatakan bahwa sudah menjadi watak orang Jawa kalau kedatangan tamu rumusnya adalah “tiga UH” yaitu “lungguh, gupuh dan suguh”. Sehingga banyak rumah orang Jawa ada tulisan "sugeng rawuh" dalam huruf Jawa di ruang tamunya. Tamu jangan dibiarkan berdiri terlalu lama, segera diaturi lenggah (lungguh) (atau disuruh duduk). Karena tembang ini tembangnya rakyat jelata, ya digelarkan klasa (tikar) sudah hormat sekali. Setelah tamu “lungguh” maka tuan rumah akan “gupuh” (sibuk) untuk menyiapkan “suguh” (suguhan makanan minuman). Dalam tembang ini “gupuh”nya makin menjadi-jadi ketika ternyata tikarnya sudah jebol

 Dia melihat ada masalah dengan tikar yang ternyata jebol.  Mungkin lama tidak ada tamu, tikar tidak pernah digelar. Bahkan jadah pun sudah bau. Intinya tuan rumah kita tidak siap menerima tamu. Bisa juga tuan rumah memang jarang menerima tamu. Tetapi apapun argumentasinya, namanya  tetap tidak siap juga.

Sehingga tamunya (dhayohnya) menjadi tidak ditemui oleh pemilik rumah,  karena pemilik rumah  menjadi sibuk membuang bangkai anjing di kali/sungai yang ternyata banjir.

Yang kedua, ada yang berpendapat, karena tembang ini ciptaan dari sunan kalijoga, maka ada semacam makna/arti atau bahasa kerennya filosofi dari tembang dolanan ini,  Dalam tembang ini, kalau kita sudah tua/usia senja. Dhayoh atau tamu yang dimaksud dalam tembang ini adalah  malaikat pencabut nyawa, malaikat Izrail.  Kita ingat dalam salah satu ayat al quran :


“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada-Ku kalian dikembalikan". (Q.S. Al-Ankabut; 57).
Atau

“ Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (QS. Al A’raf: 34)

Jadi kita semua akan didatangi oleh tamu kita tadi yaitu malaikat pencabut nyawa atau malaikat izrail, kita mau atau tidak mau harus siap menerima kedatangnnya, Tapi kayaknya tidak segampang kita menerima tamu kita sperti biasanya. Dalam tembang “Dhayohe teka” ini ketidak-siapan kita digambarkan sebagai “klasa yang bedhah” . e Klasa ne bedhah , klasa bedah, bisa diartikan amalan wajib kita yang rusak, atau bolong-bolong, shalat kita bolong-bolong, puasa kita bolong-bolong, zakat kita bolong-bolong, haji kita juga bolog-bolong, bisa jadi bolong-bolong dalam jumlahnya atau rusak atau bedah, atau suwek kayak klosa yang bedah tadi,  karena sikap kita yang  riya, sombong, atau takabur atas amalan kita.

Kalau amalan wajib kita tadi sudah bedah, rusak atau sowek atau bolong-bolong mau ditambal atau diperbaiki pakai apa? Apa pakai jadah? Apa ditambal pakai jadah

Maksudnya e tambalen jadah dalam tembang ini adalah, amalan wajib kita yang bolong-bolong, yang rusak, yang bedah tadi,  jika mugkin bisa kita perbaiki dengan pahala dari  amalan-amalan sunah sunnah kita. Puasa sunah, shlat sunah, sedekah, dan lain-lainnya yang disunahkan Nabi. Namun, bagaimana jika ternyata amalan-amalan sunah kita itu ternyata juga rusakmambu,............ e jadah mambu, Amalan yang sudah bau/mambu tadi atau rusak tadi tentu juga nggak akan berguna bagi kita, kalau kita tetap gunakan atau tetap memakan jadah yang mambu tadi tentu kita akan menjadi sakit atau akhirnya mininggal dunia karena jadah tadi sudah mambu/berracun, jadi amalan kita tadi tidak akan ada harganya,  bukti lainnya apa?...kalau jadah yang bau  tadi di makan asu,   a pakakno asu, e asune mati, akibatnya apa anjingnya tadi langsung mati, jadi  Anjing diseluruh dunia saja tidak akan mau dikasih makan jadah ini, untuk binatang saja tidak ada harganya, apa lagi untuk manusia. Kemudian akhirnya di mana amalan yang tidak berguna tadi, akhirnya adalah di kali/sungai... e kelokno kali, e kali ne banjir e kelekno pinggir... ini menggambarkan suatu sungai/kali diatas jembatan sirotulmustqim. Jadi bisa jadi penggambaran dari neraka.  Jadi kerena amalan kita rusak semua, maka tempatnya ya di neraka.. Kenapa amalan kita bisa rusak, ya tadi kerena kita beramal dengan tidak iklas, tidak seuai al quran dan hadist, kerana kita riya, takabur, sombang, merasa benar sendiri dalam beramal, yang lain salah, merasa pinter sendiri dalam beramal, yang lainnya bodoh, waktu sholat merasa sholatnya paling benar yang lainnya salah, waktu puasa merasa puasanya paling benar sendiri yang lain salah, waktu zakat merasa zakatnya benar sendiri yang lain salah atau yang lainnya, dan lain-lainnya.

Kalau berbicara masalah riya, takabur dan sombong. Kita jadi teringat pada salah satu makhluk ciptaan Allah subhanahu wa ta'ala, yaitu iblis, atau setan.

“Dulu, jauh sebelum manusia diciptakan, bangsa jin adalah mahluk yang pertama ada. Ia diciptakan dari api.

Di antara bangsa jin, ada yang namanya Azazil. Azazil adalah sosok dari bangsa jin yang sangat taat beribadah. Tidak ada yang bisa mengalahkan ritual ibadahnya. Kabar bercerita, bahwa ia beribadah selama 60 ribu tahun lamanya.

Bahkan ia dianggap malaikat..

Saking taatnya Azazil, bangsa jin mengangkatnya sebagai Imam. Ia menjadi rujukan bagaimana seharusnya beribadah kepada Tuhan...”

“Sampai satu waktu, Tuhan memutuskan untuk menciptakan seorang manusia dari segenggam tanah. Manusia pertama itu dinamakan Adam. Dan ketika Adam tercipta, semua bangsa jin diminta tunduk padanya..

Hanya Azazil yang tidak mau. Ia merasa bahwa dirinya jauh lebih mulya - karena diciptakan dari api - dan jauh lebih taat kepada Allah  daripada mahluk yang baru diciptakan itu.

Akhirnya Azazil dikutuk tidak akan pernah merasakan harumnya surga karena membangkang. Kesombongan menelan semua amal ibadahnya menjadi tidak berguna..”

Dan sebetulnya  ketika kita melakukan maksiat, itu sejatinya bukan sepenuhnya akibat godaan iblis atau Azazil. Tetapi lebih karena besarnya hawa nafsu kita sendiri, yang tidak mampu kita kendalikan.

“Lalu dimana peran Azazil atau iblis dalam menyesatkan manusia

Azazil atau iblis atau setan akan  menyesatkan manusia “Ketika kita sudah merasa beriman. Azazil atau iblis tidak ingin manusia lebih taat darinya dalam hal ibadah.

Karena itulah ia menitipkan benih kesombongan dalam hati manusia yang merasa sudah beriman, supaya ia merasa dirinya benar, padahal apa yang ia lakukan adalah kesalahan besar. Seperti dirinya. Seperti Azazil.

Dendam Azazil kepada anak cucu Adam, tidak akan pernah punah sampai akhir masa..”
Sesungguhnya ibadah itu ibarat pisau bermata dua. Menjadikan manusia berahlak sempurna atau menjadi mesin perusak karena memelihara kesombongan di dadanya.

Jamaah Shalat  Shubuh yang dirahmati Allah,
Adalah penting bagi kita untuk menjaga amalan kita supaya amalan kita tidak rusak, tidak bau, sehingga ada nilainya di hadapan Allah kelak di akhirat,  ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kita beramal.

Pertama yang harus ditegakkan adalah niat.
Kedua adalah ittiba’. Iittiba’ adalah amalan hendaknya dilakukan sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Ketiga yang menjiwai amal perbuatan adalah ikhlas. Ikhlas mengandaikan tidak adanya pamrih apapun dalam sebuah perbuatan

Ada tiga tanda orang yang berlaku ikhlas.
Pertama, tak memberi pengaruh apa-apa kepada si pelaku kala perbuatan tersebut dipuji ataupun dicaci. Amal yang dijalankan secara ikhas sejak awal bukan untuk meraih balasan apapun dari manusia, karena itu komentar apa pun dari mereka tak akan berdampak apa-apa.

Tanda ikhlas Kedua, melupakan kebaikan yang telah dilakukan. Tanda ini menempel secara otomatis pada diri si pelaku yang menganggap kebaikan sebagai suatu kelaziman dalam hidup di dunia. Mengingat-ingat atau menghafal kebaikan hanya hanya berlaku bagi orang yang berharap sebuah balasan atau imbalan, seperti penagih utang yang berharap uangnya kembali atau seorang pedagang yang mendambakan keuntungan.

Tanda ikhlas ketiga, kalaupun berharap imbalan, ia berharap balasan baik di akhirat bukan di dunia.

Saya yakin jamaah di masjid ini semuanya sudah paham atau hapal atau nglontok di luar kepala dengan ketiga hal tersebut, tapi bapak-ibu sekalian kesemuanya ini adalah amalan hati, yang orang lain susah untuk menilai, orang akan sangat susah untuk menilai pikiran atau hati orang lain.  Karena hati ini urusan Allah, maka baiknya kita sering berdoa

"robbanaa laa tuzigh quluubanaa ba'da idz hadaytanaa wa hablanaa mi-l ladunka rohmah innaka anta-l wahhaab"

Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi.

Demikian yang bisa saya sampaikan,  semoga bermafaat.

Wabillahi taufiq wal hidayah, Assalamuaikum warah matullah hiwabarokatuh

Rabu, 20 September 2017

Iqro' Bacalah

assalaamu 'alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuhu
innalhamdalillaah, nahmaduhuu
wa nasta'iinuhuu wa nastaghfiruhu
wa na'uudzubillaahi min syuruuri 'anfusinaa
wa min syayyi-aati a'maalinaa
man yahdillaahu falaa mudhillalahu
wa man yudhlilhu falaa haadiyalahu
asyhadu anlaa ilaaha illallah  wahdahu laa syariikalaahu wa asyhadu annaa muhammadan 'abduhuu wa rasuuluhuu laa nabiyya ba'dahu

Jamaah yang dirahmati Allah
Kita panjatkan puja dan puji syukur kehadiratan allah swt, pada kesempatan yang berbahagia ini kita kembali bisa menjalankan shalat isyak  berjamaah dan  menghadiri salah satu diantara majelis ilmu. Kita berharap semoga Allah Subhana Wata Alla, berkenan untuk melimpahkan kepada kita semuanya ilmu yang bermanfaat, sehingga bisa kita amalkan sebagai bekal untuk menghadap Allah swt,  amin ya rabal alamin.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan ke haribaan baginda Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam, beserta para keluarga, sahabat, dan semua orang yang mengikutnya hingga hari kemudian


Jamaah  yang dirahmati Allah Ta’ala, tema pada kultum kali ini adalah: pentinngnya ilmu dalam meningkatkan kualitas hidup; Berbicara tentang pentinngnya ilmu dalam meningkatkan kualitas hidup, hendaknya atau baiknya  pikiran kita kembali mengingat ketika nabi muhammad sebelum menjadi nabi, pada waktu itu keadaan umat di mekah dalam  keadaan yang kacau, yang kita kenal dengan islitan jaman jahiliyah.

 Manusia saat itu benar-benar dalam kebodohan yang sangat.  Banyak masyakatnya yang menyembah patung. Ada yang membuat patung sendiri dari gandum kemudian di sembah lalu setelah itu dimakan. Perilaku jahiliah tidak terbatas pada menyembah patung, menguburkan anak perempuan hidup-hidup, minum arak/khamar, berjudi, atau merampok yang saat itu terjadi di tengah-tengah masyarakat Arab.

Melihat keadaan masyarakat mekah pada kondisi seperti itu, maka nabi Muhammad sering ber tafakur ( merenung, menyendiri) di goa Qiro’ di gunung jabal Nur. Rasulullah saw pergi berkhalwat untuk menghindari keadaan kaumnya masa itu yang jauh dari mengingati Allah SWT. Di sana Rasulullah saw beribadat dengan bermunajat dan berzikir mengikut ajaran Nabi Ibrahim as. Nabi muhammad ingin mencari jalan bagaimana menata kembali masyakat mekah yang sudah rusak tersebut. Maka suatu malam  dijawablah oleh Allah atas apa yang nabi keluhkan pada saat itu.. jawabannya apa ? untuk menata kembali masyarakat yang sudah  bobrok ? jawabanya adalah surat Al Iqro’..

Iqro' bismirobbikalladzi kholaq, Kholakol insaa na min 'alaq, Iqra' warobbukal akram, Alladzii 'allama bil qolam, 'Allamal insaa na maa lam ya'lam.
Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia, Yang mengajari (manusia) dengan pena, Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya
Ya Jadi untuk menata kembali masyakat mekah yang sudah rusak tersebut,  nabi disuruh Allah menbaca, membaca apa membaca : “Alif laam miin; Dzalikal kitabu la raiba fihi hudal lil muttaqin : Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; sebagai petunjuk bagi mereka yang bertaqwa” (QS. Al-Baqarah: 1-2).
Jadi untuk memperbaiki masyakat yang bobrok pada waktu itu,  Allah menyuruh Nabi membaca, mehapalkan, memahami, mengamalkan dan mendakwahkan Alquran.
Al Quran adalah pedoman hidup kita, ALQuran adalah sumber dari segala sumber ilmu, Al quran adalah segala bagi kita.
Sejarah telah membuktikan bahwa kejayaan Islam pada masa dahulu disebabkan oleh karena Ummat Islam memiliki interaksi/hubungan yang kuat  dengan Al Qur’an. Nabi Muhammad selama 10 tahun sukses membangun masyakat Madinah  dan berjuang di mekah selama 13 tahun. Kesuksesan membangun masyakat di kedua kota itu karena nabi berpegang teguh pada Al Quran.  Sejarah juga telah membuktikan bahwa keruntuhan kejayaan Islam disebabkan jauhnya Ummat Islam dari Al Qur’an. Menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman, akan kita membawa kepada kemuliaan, sedangkan meninggalkannya akan mengakibatkan kehinaan.
Sehingga, jika kita pingin menjadi masyakat yang ber kualitas seharusnya kita banyak mencontoh keadaan masyakarat pada saat di pimpin rosullulah yaitu selalu mengikuti Al quran dan Sunnah.  Rosullulah sendiri telah berkata : telah aku tingkalkan dua hal yang manakala engkau perpegang erat engkau tidak akan tersesat selama-lamanya, dua hal itu adalah Al quran dan Al Hadist.
Namun sayang banyak dari kita sekarang yang jauh dari Alquran tidak percaya lagi sama Alquran... tapi kalau mereka dibilang kamu sudah nggak percaya lagi sama Al quran. meraka pasti marah. Mereka pasti menjawab kami percaya Al quran 100 % bahkan 1000 %. Tapi jika kita lihat perbuatan mereka ..bisa jadi  jauh dari ajaran Alquran. Di Quran kita dilarang untuk riba.. tapi bagi mereka,  riba itu biasa, kata orang wis sego jangan,  jangankan  bunga di bank, di PKK atau bahkan tingkat  Dasa wisma saja kalau ada simpan pinjam mesti ada bunganya... nggak semangat kalau nggak ada bunganya katanya. Di al quran kita disuruh jujur dalam timbangan kalau berdagang, tapi bagi mereka.. sekarang bukan soal timbangan saja... tapi tidak jujur dalam lainnya juga... misalnya jual daging ayam tiren, dibilang daging segar, daging sapi diglonggong biar kelihatan besar, tahu dikasih formalir biar awet 3 tahun, bakso di kasih borak dan lain2nya... di indonsia ini juga sudah  banyak sekali yang  pernah di palsu... mulai dari uang dipalsu, ijazah  dipalsu, stnk dipalsu, sim dipalsu, bpkb dipalsu, obat dipalsu, alis palsu, rambut  palsu,  alamat palsu, sampai- sampai suami dipalsu, Istri juga dipalsu dan lain2nya saya kira masih banyak lagi.
Dari penelitian yang dilakukan Rehman Scheherazade, seorang Professor Wanita bidang International Finance and International Affairs (dari George Washington University , usa) , penelitiannya berjudul How Islamic are Islamic Countries?  (bahasa indonesia kasarnya bagimana tingkat keislaman di negara islam) tahun 2010, hasil penelitian itu menempatkan negara-negara Islam pada posisi bawah. Dari 208 negara yang diteliti, posisi tebaik diraih oleh Malaysia pada posisi 33, sementara Arab Saudi no 99 dan Indonesia pada posisi 140.  Lima negara yang paling Islami menurut penelitian tersebut adalah:  Irlandia, Deanmark, Luxembourg, Swedia, dan Inggris.  Penelitian ini mengukur kesesuaian praktik kehidupan di negara yang diteliti dengan prinsip-pinsip Islam, dalam bidang economics, legal and govermen (hukum dan pemerintahan), HAM, and international relations.
Tentu saja hasil  penelitian ini masih ada ruang untuk dikritik, tapi kalau kita melihat kondisi negara kita, sebagai negara Islam terbesar di dunia, kita bisa melihat sendiri bagaimana: banyaknya korupsi, ketidakadilan dalam ekonomi, ketidakjujuran, fakir miskin yang masih terlantarkan nasibnya oleh negara, rasanya Penelitian tesebut sangat masuk akal. Apalagi kalau kita pernah hidup di negara-negara yang masuk peringkat 5 besar pada penelitian tersebut, kita bisa merasakan sendiri, bagaimana praktik kehidupan bidang-bidang tadi di inggris misalnya, di negara inggris itu atau biasa disebut united kingdom : pendidikan mulai dari TK sampai Universitas dan kesehatan gratis buat semua orang, bahkan pengangguran atau tepatnya orang miskinpun digaji oleh negara. Serta bagaimana kesantunan dan kejujuran orang inggris.  Rasanya, hasil penelitian itu sangat masuk akal. Kecuali kalau yang dijadikan ukuran adalah berapa banyak orang yang sholat, puasa, dan haji, sepertinya Indonesia sangat berpeluang menempati posisi nomer wahid alias nomor satu.

Jammah yang dirahmati Allah..
Bagaimana kita bisa menjadi manusia yang berkualitas , jawabnya kita harus berinteraksi secara maksimal dengan Alquran. Saat ini, kondisi Ummat Islam sedang jauh dari Al Qur’an. Hanya sedikit orang Islam yang mampu membaca Al Qur’an dengan benar. Hanya sedikit orang Islam yang memahami Al Qur’an. Yang mengamalkannnya? Pasti jumlahnya jauh lebih sedikit lagi.

Bahkan, telah banyak orang Islam yang meninggalkan Al Qur’an. Jangankan untuk menghafalkannya atau memahaminya, membacanya saja mereka sudah tidak berminat lagi. Benarlah keluhan Nabi saw kepada Allah swt yang termaktub dalam Al Qur’an [Al Furqan: 30]
Berkatalah Rasul: “Ya Tuhanku, Sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran itu sesuatu yang tidak diacuhkan”.

Jauhnya Ummat Islam dari Al Qur’an mengakibatkan Ummat Islam terjerembap ke dalam lumpur kehinaan. Khususnya di Indonesia, sebagai negara muslim terbesar di dunia, orang Islam digambarkan dengan image/gambaran umum yaitu :  miskin dan tertinggal.

Karena itu, jika ingin bangkit, maka tidak ada pilihan lain kecuali kembali kepada Al Qur’an. Kembali kepada Al Qur’an berarti kita harus memperbaiki interaksi kita dengan Al Qur’an.

Lalu, Bagaimana cara berinterkasi dengan Al Qur’an?
5 (lima) hal yang perlu dilakukan dalam berinteraksi dengan Al Quran , yaitu: membacanya, memahaminya, mengamalkannya, menghafalkannya, dan mendakwahkannya.

Mumpung bulan ini masih bulan ramadhan marilah banyak2  kita membaca Alquran, sehingga kita terbiasa membaca Alquran, saya yakin kebiasaan ini bisa  berlanjut sampai setelah bulan Ramadhan. Percayalah miskipun kita tidak 100 % tahu arti yang kita baca, tetapi kalau kita rajin, istiqomah membaca Alquran, hati kita akan tentram, juga yang semula tidak tahu artinya, maka kita akan menjadi lebih tahu karena kita menjadi hapal, sehingga akan lebih mudah menerima ajaran islam ketika kita mendengarkan khotbah. Akan tahu apa bacaan imam waktu sholat.   Dan yang penting lagi,  lama kelamaan, saat kita membaca al quran kita akan dapat merasakan senang atau sedih saat membaca al quran, kita akan akan tahu ..oh.. ini ayat2 yang menyenangkan kita, atau oh.. ini ayat2 yang membuat kita sedih,  sehingga pada saat kita membaca Al quran ..tak terasa air mata membasahi kita, bahkan sampai-sampai tak keluar suara lagi dari mulut kita, sambil kita membayangkan amalan-amalan dan dosa-dosa yang talah kita.


Demikian yang bisa saya sampaikan, Assalamuaikum warah matullah hiwabarokatuh.

Orang Yang Baik Menurut Allah

assalaamu 'alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuhu
 innalhamdalillaah, nahmaduhuu
wa nasta'iinuhuu wa nastaghfiruhu
wa na'uudzubillaahi min syuruuri 'anfusinaa
wa min syayyi-aati a'maalinaa
man yahdillaahu falaa mudhillalahu
wa man yudhlilhu falaa haadiyalahu
asyhadu anlaa ilaaha illallah wahdahu laa syariikalaahu wa asyhadu annaa muhammadan 'abduhuu wa rasuuluhuu laa nabiyya ba'dahu
  
Jamaah Shalat  Shubuh yang dirahmati Allah,
Segala puji bagi Allah yang senantiasa melimpahkan karunianya kepada kita. Segala puji hanya milik-Nya yang telah menganugerahkan kenikmatan yang tak terhitung  bagi  kita  semua.
Dan diantara semua kenikmatan itu, nikmat Islam dan Iman adalah yang paling utama.
Atas dasar nikmat itu, nikmat yang lain menjadi berharga di sisi Allah. Hanya dengan adanya nikmat itu, nikmat yang lain bermakna bagi kita, dalam pandanganAllah SWT.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan ke haribaan baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,  beserta para keluarga, sahabat, dan semua orang yang mengikutnya hingga hari kemudian.

Jamaah Shalat  Shubuh yang dirahmati Allah,

Sababul Wurud hadist ini : Abu Bakar telah bertanya kepada Rasulullah : " Ya Rasulullah, bagaimana pengertian ayat : " Barangsiapa mengerjakan kejahatan niscaya akan diberi balasan, berarti setiap keburukan yang telah kami kerjakan kemudian kami diberi pahala?". Rasulullah bersabda : " Allah telah mengampunimu hai Abu Bakar, bukankah ..... dst. Sehingga orang-orang yang beriman yang keluar dari dunia ini (yaitu mati) dengan baik, segala kesusahan yang menimpanya di dunia, menghapuskan dosa dan kesalahannya.Description: 2:155
Sababul Wurud : Diriwiyatkan di dalam " Al Jami'ul Kabir" dari Jabir bin Abdullah katany : " Bahwa Rasulullah telah melihat Fathimah berpakainan kulit unta di waktu ia membuat tepung. rasulullah merasa terharu, kata beliau : " Hai Fathimah, sabarlah engkau .... dan seterusnya ". Berkenaan dengan ini turunlah ayat Al Quran :Description: 93:5
Description: 41:35



Siapakah diantara kita yang tidak ingin diberikan kebaikan oleh Allah? Namun di sana, ada orang-orang yang diinginkan kebaikan oleh Allah Azza waJalla. Siapakah yang diinginkan kebaikan oleh Allah, berikut ini beberapa macam orang yang diinginkan kebaikannya oleh Allah. Semoga kita termasuk dari mereka:
1. Dibukanya pintu amal sebelum kematian menjelang.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Apabila Allah menginginkan kebaikan kepada seorang hamba, Allah akan jadikan ia beramal.” Dikatakan, “Apakah dijadikan beramal itu?” Beliau bersabda, “Allah bukakan untuknya amalan shalih sebelum meninggalnya, sehingga orang-orang yang berada di sekitarnya ridla kepadanya.” (HR Ahmad dan Al Hakim dari Amru bin Al Hamq).
2. Dipercepat sanksinya/hukumannya  di dunia.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Apabila Allah menginginkan kebaikan kepada hambaNya, Allah akan segerakan sanksi untuknya di dunia. Dan apabila Allah menginginkan keburukan kepada hambaNya, Allah akan membiarkan dosanya (di dunia) sampai Allah membalasnya pada hari kiamat.” (HR At Tirmidzi dan Al Hakim dari Anas bin Malik).
Namun kita tidak diperkenankan untuk meminta kepada Allah agar dipercepat sanksi kita di dunia, karena kita belum tentu mampu menghadapinya.
“Dari Anas Radhiyallahu 'anhu, sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menjenguk seseorang dari kaum muslimin yang telah kurus bagaikan anak burung. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Apakah kamu berdo’a dengan sesuatu atau kamu memintanya?” Ia berkata, “Ya, aku berdo’a, “Ya Allah siksa yang kelak Engkau berikan kepadaku di akhirat segerakanlah untukku di dunia.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Subhanallah, kamu tidak akan mampu itu. Mengapa kamu tidak berkata, “Ya Allah berikan kepada kami di dunia kebaikan dan di akhirat kebaikan dan peliharalah kami dari adzab Neraka.”  (“ Robbana atina fiddunya hasanah wa fil akhiroti hassanah wa qina adza bannar “) Maka orang itupun berdo’a dengannya. Allah pun menyembuhkannya.” (HR Muslim). 
3. Diberikan cobaan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
"Allah telah mengampunimu hai Abu Bakar. Bukankah engkau sakit, bukankah engkau pernah susah, bukankah engkau pernah cemas, bukankah engkau pernah ditimpa penderitaan, bukankah engkau pernah ditimpa malapetaka ?" jawab Abu Bakar : "Benar". Rasulullah bersabda : "Begitulah (caranya) kalian diberi pahala (dengan penderitaan) di dunia ( untuk pahala di akhirat )".  (H.R. Ahmad)
Hadist lainnya lainnya.
 “Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan, Allah akan memberinya musibah.” (HR Ahmad dan Al Bukhari dari Abu Hurairah).
Cobaan pasti akan menerpa kehidupan mukmin, karena itu janji Allah:
“Wa lanabluwan-nakum bisyai-im-minal khaufi wal juu’i wa naqshim-minal amwaali wal anfusi wats-tsamaraati wa basy-syirish-shaabirin”
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (QS Al Baqarah: 155).
Cobaan itu untuk menggugurkan dosa dan mengangkat derajat.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Senantiasa ujian itu menerpa mukmin atau mukminah pada jasadnya, harta dan anaknya sampai ia bertemu dengan Allah dalam keadaan tidak mempunyai dosa.” (HR Ahmad dengan sanad yang hasan).
4. Difaqihkan dalam agama.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
 “Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan padanya, Allah akan faqihkan ia dalam agama.” (HR Al Bukhari dan Muslim).
Hadist Lainnya berbunyi :
“Haddatsanaa Sa’id bin ‘Ufair ia berkata, haddatsanaa Ibnu Wahhab dari Yunus dari Ibnu Syihaab ia berkata, Humaid bin Abdur Rokhman berkata, aku mendengar Muawiyah r.a berkhutbah dan berkata : ‘aku mendengar Rasullulah  bersabda’ : “Barangsiapa yang Allah  kehendaki kebaikan, maka akan dipahamkan agamanya. Aku hanyalah pembagi, sedangkan Allah  yang memberi. Senantiasa umat ini tegak diatas perintah Allah, tidak akan membahayakan orang-orang yang menyelisihi mereka, sampai datang perintah Allah”.
Kefaqihan adalah pemahaman yang Allah berikan kepada seorang hamba. Pemahaman yang lurus terhadap Al Qur’an dan hadits berasal dari kebeningan hati dan aqidah yang shahih. Karena hati yang dipenuhi oleh hawa nafsu tidak akan dapat memahami Al Qur’an dan hadits dengan benar.
Oleh karenanya suatu kebaikan yang tiada tara ketika seseorang memahami (Tafaquh) agama ini dalam artian fiqih yang luas. Kaitannya masalah ini dengan Ilmu adalah bahwa orang yang mendapatkan kebaikan adalah orang yang mendapatkan ilmu, karena dengan ilmunya ia dapat memahami masalah agama. Dan ini adalah harta warisannya para Nabi, sebagaimana dalam hadits yang masyhur bahwa “Para Nabi hanyalah mewarisi ilmu, barangsiapa yang mengambilnya, maka ia telah mengambil bagian yang sangat banyak”.

Mafhum Mukholafah (pemahaman kebalikan) dari hadits ini adalah bahwa orang yang tidak paham agamanya, maka adalah orang-orang itu orang yang tidak dikehendaki kebaikan. Allah berfirman:
“Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit” (QS. Al An’aam (6) : 125).

5. Diberikan kesabaran.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
" Sabarlah engkau atas kepahitan dunia untuk memperoleh kenikmatan akhirat " (H.R Jabir bin Abdullah)
“Wa la saufayu’thika rabbuka fatardlo”
"Tuhanmu pasti akan memberimu nikmat dan engkau akan senang " ( QS. Ad Dhuha: 5)
Hadist Lainnya berbunyi :
 “Tidaklah seseorang diberikan dengan sesuatu yang lebih baik dan lebih luas dari kesabaran.” (HR Al Bukhari dan Muslim).
Kesabaran dalam keimanan bagaikan kepala untuk badan. Badan tak akan hidup tanpa kepala, demikian pula iman tak akan hidup tanpa kesabaran. Untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya amat membutuhkan kesabaran. Karena Iblis dan balatentaranya tak pernah diam untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah.
Allah berfirman :
 “Wa maa yulaq-qaahaa ilal-ladziina shabaruu wa maa yulaq-qaahaa il-la dzuu hazh-zhiin ‘azhiim”
“Tidak ada yang diberikan (sifat-sifat yang terpuji ini) kecuali orang-orang yang sabar, dan tidak ada yang diberikannya kecuali orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.” (QS Fushilat: 35).

Demikian sedikit yang dapat kami paparkan. Semoga kita dijadikan orang-orang yang diinginkan kebaikan oleh Allah, diberi kesabaran untuk menjalankan perintah Nya dan menjauhi larangan Nya,
Diberi kesabaran dalam menghadapi musibah yang menerpa kita,  
Diberi kefaqihan dalam agama dan dibukakan untuk kita pintu amal shalih sebelum wafat kita.

Wabillahi taufiq wal hidayah wassalamualaikum warahmatullahiwabarokatuh

Wanita di Surga

assalaamu 'alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuhu
innalhamdalillaah, nahmaduhuu
wa nasta'iinuhuu wa nastaghfiruhu
wa na'uudzubillaahi min syuruuri 'anfusinaa
wa min syayyi-aati a'maalinaa
man yahdillaahu falaa mudhillalahu
wa man yudhlilhu falaa haadiyalahu
asyhadu anlaa ilaaha illallah  wahdahu laa syariikalaahu wa asyhadu annaa muhammadan 'abduhuu wa rasuuluhuu laa nabiyya ba'dahu

Jamaah Shalat  Shubuh yang dirahmati Allah
Kita panjatkan puja dan puji syukur kehadiratan allah swt, pada kesempatan yang berbahagia ini kita kembali bisa menjalankan shalat subuh berjamaah dan  menghadiri salah satu diantara majelis ilmu. Kita berharap semoga Allah Subhana Wata Alla, berkenan untuk melimpahkan kepada kita semuanya ilmu yang bermanfaat, sehingga bisa kita amalkan sebagai bekal untuk menghadap Allah swt,  amin ya rabal alamin.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan ke haribaan baginda Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam, beserta para keluarga, sahabat, dan semua orang yang mengikutnya hingga hari kemudian

Jamaah Shalat  Shubuh yang dirahmati Allah Ta’ala, ada ungkapan dalam bahasa jawa yang berbunyi : “Suwargo Nunut Neroko Katut,”, atau lebih jelasnya biasanya berbunyi “bojo iku (wong wadon iku) suwargo nunut neroko katut’ artinya (suami masuk surga istri ikut, suami masuk neraka istri juga terbawa), Seakan-akan bagi seorang istri, ketaatan kepada suami adalah segala-galanya. Dan surganya wanita sangat tergantung oleh pasangannya. Sebetulnya ungkapan itu bukan untuk menggambarkan keadaan wanita di surga, tapi sebetulnya lebih menggambarkan keadaan wanita dulu terutama di jawa, yang posisinya lebih lemah dibanding laki-laki, dan lebih menggambarkan kedaan di dunia, misalnya kalau si suami ini naik pangkat menjadi pak RT, atau pak , RW atau pak Lurah dan seterusnya maka sis istri akan juga di sebut bu RT, atau bu RW atau  bu lurah danseterusnya, pokoknya jabatan suami melekat pada si istri, tetepi begitu si suami ini mendapat kesusahan misalnya bangkrut, menjadi atau narapidana atau sakit yang parah, maka si istri ikut juga menjadi sengsara... tapi itu dulu kalau sekrang mungkin begitu suami menjadi sengsara atau bangkrut atau menjdi narapida dan laninya maka si istri biasanya minta cerai. Untuk cari suami yang baru.

Kemudian bagimana Keadaan Wanita di Surga menurut islam

Jamaah Shalat  Shubuh yang dirahmati Allah Ta’ala, banyak ayat di dalam Al quran yang menunjukkan bahwa kenikmatan Surga bukan hanya untuk orang-orang beriman yang laki-laki saja. Akan tetapi, para wanita beriman pun akan dimasukkan ke dalam Surga dan diberikan kenikmatan di dalamnya.

Di dalam Al-Qur’an, Allah Ta’ala mengiming-imingi kaum laki-laki dengan menyebutkan bidadari dengan segala kecantikan dan keindahannya. Seperti dalam al quran  surat  as-saffat ayat 48 yang berbunyi
Description: 37:48
“ Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya dan jelita matanya,”

Lalu apakah yang didapatkan oleh wanita?”


Mengapa Wanita Tidak Diiming-imingi Dengan Suami Di Surga?
Kenapa untuk wanita, Allah tidak mengiming-imingi mereka dengan laki-laki di Surga? Pertanyaan ini bisa dijawab sebagai berikut:

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“lā yusʾalu ʿammā yafʿalu wa-hum yusʾalūn”
“Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai.” (QS. Al-Anbiyaa’: 23).

Akan tetapi, tidak ada masalah jika kita berusaha mencari hikmah dan mengambil faedahnya. Dan diantara hikmahnya adalah sebagai berikut:

Pertama, sesungguhnya termasuk tabiat wanita adalah sifat malu. Oleh karena itulah, Allah Ta’ala tidak mengiming-imingi mereka dengan sesuatu yang mereka merasa malu terhadapnya.

Kedua, sesungguhnya kerinduan laki-laki terhadap wanita tidaklah sama dengan kerinduan wanita terhadap laki-laki. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Tidaklah aku tinggalkan sebuah fitnah (cobaan) setelahku yang lebih berbahaya terhadap kaum laki-laki melebihi fitnahnya kaum wanita.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 4706).

Kerinduan terbesar laki-laki adalah kepada wanita. Oleh karena itulah, Allah Ta’ala menyebutkan ada isteri-isteri di Surga dengan segala keindahannya agar mereka mau mencari di sana. Allah Ta’ala berfirman:

... wa-lahum fīhā ʾazwājun muṭahharatun wa-hum fīhā khālidūn..
“Dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci…” (QS. Al-Baqarah: 25)

Yakni suci dari segala macam aib dan kekurangan. Mereka disifati dengan suci akhlaqnya, suci tubuhnya (tidak ada lagi haidh, nifas, air ludah, atau bau yang tidak sedap), suci lisannya dan sangat sopan tutur katanya, suci pandangannya (menjaga pandangannya dan hanya melihat kepada suaminya saja), serta sempurna kecantikannya. (Diringkas dari Tafsiir al-Kariim ar-Rahmaan, surat al-Baqarah: 25).

Bahkan Allah juga menyediakan bidadari-bidadari yang cantik di sana, yang sama sekali belum pernah disentuh oleh jin dan manusia.

Adapun wanita, maka kerinduan mereka adalah kepada perhiasan yang berwujud pakaian dan perhiasan. Kerinduan mereka kepada perhiasan mengalahkan kerinduannya kepada laki-laki.

Ketiga, Syaikh Muhammad bin Sholih al-’Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya Allah Ta’ala menyebutkan para istri untuk para suami dikarenakan suamilah yang mencari dan menginginkan hal itu, (bukan sebaliknya).” (Fatawa Al-Mar’ah, hal. 219).

Oleh karena itulah, dalam masalah melamar seorang gadis, apabila gadis itu ditanya kemudian diam saja, maka diamnya itu adalah jawaban setuju. Hal ini karena wanita itu memiliki tabiat berupa sifat malu.

Sesungguhnya bagaimana Keadaan Wanita di Surga? (Istri Yang Sholih Akan Masuk Surga Bersama Suaminya)
Apabila seorang mukmin memiliki istri yang sholihah, maka istrinya akan masuk ke Surga bersamanya. Dan wanita itu akan tetap menjadi istrinya di Surga. Allah Ta’ala berfirman:
jannātu ʿadnin yadkhulūnahā wa-man ṣalaḥa min ʾābāʾihim wa-ʾazwājihim wa-dhurriyyātihim...
“(yaitu) Surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang sholih dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya…” (QS. Ar-Ra’d: 23).

Demikianlah orang-orang mukmin hidup di Surga bersama dengan pasangannya. Dan seluruh penduduk Surga akan hidup bersama suami atau istri mereka, dan tidak ada satu pun yang membujang (tidak menikah). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Dan di dalam Surga tidak ada orang yang membujang (tidak menikah).” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 5062).

Jika seorang wanita belum menikah di dunia dan dia adalah calon penghuni Surga, maka Allah Ta’ala akan menikahkannya dengan seorang mukmin di Surga yang bisa menyenangkannya. Demikian pula jika seorang wanita diceraikan oleh suaminya di dunia, dan wanita ini adalah calon penghuni Surga, maka Allah Ta’ala akan menjodohkannya dengan laki-laki Surga yang dikendaki-Nya.

Syaikh Muhammad bin Shaleh Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata bahwa jika seorang wanita belum menikah di dunia, maka sesungguhnya Allah Ta’ala akan menikahkannya dengan suami yang bisa menyenangkannya di Surga. Maka kenikmatan Surga tidak terbatas pada kaum laki-laki saja, namun untuk laki-laki dan perempuan. Dan diantara bentuk kenikmatan Surga adalah pernikahan.

Allah Ta’ala berfirman:
 wa-fīhā mā tashtahīhil-ʾanfusu wa-taladhdhul-ʾaʿyun, wa-ʾantum fīhā khālidūn...
“Dan di dalam Surga itu terdapat segala apa yang diinginkan oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya.” (QS. Zukhruf: 71)

Beliau rahimahullah mengatakan, “Kita ketahui bersama bahwa perkawinan merupakan puncak dari apa yang diinginkan hati, dan itu didapatkan di Surga dengan orang yang mendapatkan pasangaanya di dunia, seperti firman Allah Ta’ala:
“rabbanā wa-ʾadkhil-hum jannāti ʿadnin-i llatī waʿadtahum wa-man ṣalaḥa min ʾābāʾihim wa-ʾazwājihim wa-dhurriyyātihim ʾinnaka ʾantal-ʿazīzul-ḥakīm”
“Wahai Rabb kami, dan masukkanlah mereka ke dalam Surga ‘Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang sholih di antara bapak-bapak mereka, dan isteri-isteri mereka, dan keturunan mereka semua…” (QS. Al-Mu’min: 8). (Fatawa Al-Mar’ah, hal. 219)

(Jika Suami Tidak Masuk Surga)
Jika seorang wanita termasuk penduduk Surga dan suaminya tidak masuk Surga, maka ia akan dinikahkan dengan laki-laki di Surga yang belum menikah.

Bisa juga ia dijodohkan dengan laki-laki yang sekufu’ (sebanding) dengannya, meskipun laki-laki itu sudah mempunyai istri lebih dari satu. Sebagaimana Asiyah (istri Fir’aun) dan Maryam binti ‘Imran, ibunya Nabi ‘Isa ‘alaihis salam, akan dinikahkan di Surga dengan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam karena memang tidak ada yang pantas menjadi pendampingnya kecuali Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Tafsiir Ibnu Katsir, 4/495 pada surat at-Tahrim, Tafsiir al-Qurthubi, 18/170, dan Fathul Qodir, 4/231)

Hisyam ibn Khalid rahimahullah mengatakan, “Suami masuk Neraka, namun istrinya masuk Surga, maka istrinya akan diwariskan kepada ahli Surga sebagaimana istri Fir’aun diwarisi oleh ahli Surga.” (At-Tadzkiroh, 461 dan Faidhul Qadir, no. 7989)

(Jika Wanita Menikah Lebih Dari Satu Kali)
Jamaah Shalat  Shubuh yang dirahmati Allah,
jika seorang wanita sholihah ditinggal mati suaminya, kemudian ia menikah lagi, maka dia untuk suaminya yang terakhir, sebagimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Istri itu untuk suaminya yang terakhir.” (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi, 7/70, dan dinilai shohih oleh Al-Albani dalam As-Silsilah Ash-Shohiihah, no. 1281).

Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu berkata kepada istrinya, “Jika engkau berkeinginan menjadi istriku di Surga, maka janganlah menikah lagi setelah kematianku. Karena seorang wanita di Surga itu untuk suaminya yang terakhir di dunia. Oleh karena itulah, Allah Ta’ala mengharamkan istri-istri Nabi untuk menikah lagi setelah beliau wafat, dikarenakan mereka adalah istri-istri beliau di Surga.” (As-Silsilah Ash-Shohiihah, no. 1281).

Ummu Darda’, Hujaimah binti Hayy Al-Aushabiyyah radhiyallahu ‘anha ketika dilamar oleh Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu, dia menolak dan berkata, “Saya mendengar Abu Darda’ mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Istri itu untuk suaminya yang terakhir”,  maka saya tidak ingin mengganti Abu Darda’ dengan yang lain. (As-Silsilah Ash-Shohiihah, no. 1281).

Ada sebagian ulama kita yang berpendapat bahwa wanita itu untuk suaminya yang paling bagus akhlaknya, atau dia disuruh memilih salah satu diantara suaminya itu. Pendapat ini adalah pendapat yang bagus tapi tidak ada dasarnya. Sedangkan hadits (yang artinya): “Ia untuk suami yang paling bagus akhlaknya..” maka ini adalah hadits yang dho’if (lemah). (Ibnul Qayyim dalam Hadil Arwah: 158, Al-Qurthubi dalam at-Tadzkirah, tahqiq Hamid Ahmad Thahir: 460).


Demikian yang dapat kami sampaikan, Wabillahi taufiq wal hidayah wassalamualaikum warahmatullahiwabarokatuh

Sopo Temen Bakal Tinemu

assalaamu 'alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuhu
 innalhamdalillaah, nahmaduhuu
wa nasta'iinuhuu wa nastaghfiruhu
wa na'uudzubillaahi min syuruuri 'anfusinaa
wa min syayyi-aati a'maalinaa
man yahdillaahu falaa mudhillalahu
wa man yudhlilhu falaa haadiyalahu
asyhadu anlaa ilaaha illallah wahdahu laa syariikalaahu wa asyhadu annaa muhammadan 'abduhuu wa rasuuluhuu laa nabiyya ba'dahu
Jamaah Shalat  Shubuh yang dirahmati Allah,
Segala puji bagi Allah yang senantiasa melimpahkan karunianya kenikmatan yang tak terhitung  bagi  kita  semua. Dan diantara semua kenikmatan itu, nikmat Islam dan Iman adalah yang paling utama.
Marilah kita jaga nikmat islam dan iman ini sampai ajal menjemput
Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan ke haribaan baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,  beserta para keluarga, sahabat, dan semua orang yang mengikutnya hingga hari kemudian.

Jamaah Shalat  Shubuh yang dirahmati Allah
Falsafah Jawa Mengatakan. "Sopo sing temen bakal tinemu." . Yang artinya, "Siapa yang benar-benar mencari, bakal menemukannya”.  Atau dalam ungkapan yang lebih lengkap mengatakan  : “ Sopo sing morsal bakal kasingsal (Siapa yang nakal bakal musnah), sopo sing salah bakal seleh (siapa yang salah bakal menyerah/ terbukti). sopo sing tekun bakal tekan (siapa yang tekun bakal sampai),. Sopo sing sabar bakal subur (Siapa yang sabar bakal berhasil), sopo sing tlaten bakal panen (siapa yang telaten bakal panen). Sopo sing temen bakal tinemu. (Siapa yang benar-benar mencari, bakal menemukannya). Dalam suatu pepatah arab dikatakan : 1. Man Jadda Wa Jada (Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil), . 2. Man Shobaro Zafiro (Siapa yang bersabar akan beruntung), . 3. Man Saaro 'Alaa Darbi Washola (Siapa yang berjalan di jalur-Nya akan sampai)

 Kemudian kalau di dalam Al quran dikatakan :
“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. al-‘Ankabut [29] : 69)
Di ayat lain dikatakan :

Dan setiap yang bernyawa tidak akan mati kecuali dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barangsiapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala (dunia) itu, dan barangsiapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala (akhirat) itu, dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur
Jamaah Shalat  Shubuh yang dirahmati Allah,
Kata temen, dalam ungkapan sopo temen bakal tinumu, sebenarnya mengandung unsur-unsur/pengertian  yang banyak sekali , di antaranya ;  pertama : niat, kalau orang itu temen-temen atau sungguh-sungguh pasti dia mempunyai niat. Saya yakin jamaah di sini sangat faseh dengan istilah ini, ini kalau dalam pelajaran agama pasti menjadi pelajaran dasar, di dalam kitab Riyadhus Sholihinniat itu di bahas pada bagian awal jadi saya yakin jamah di sini sangat familiar dengan istilah ini, istilahnya sudah nglonthok, sudah di luar kepala, atau sudah katam. Saya yakin bapak ibu sekalian pasti sudah hapal hadist tentang niat yaitu : inna amalu bin niat :Sesungguhnya amalan itu tergantung niatnya dan seseorang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan”  dan untuk suatu amalan maka agar amalan itu mrmpunyai atau berharga di hadapan Allah maka harus diniatkan ikhas karena Allah, disamping sesuai dengan Alquran dan sunnah rosullulah.  Namun demikian karena manusia itu tempatnya salah dan lupa, Al Insanu Mahallul khata’ wan nissiyan, maka tidak heran meskipun sudah sering mendengar atau sudah katam tentang niat, ada saja, lupanya meskipun sedikit,... ada suatu cerita begini, rumah saya dulu (maksud saya rumah orang tua saya) waktu di jawa tengah , ini dekat dengan masjid ya kalau diukur dari masjid ini mungkin jarak antara pagarnya, antara bibir teras masjid depan dengan dengan pohon mangga depan itu, jadi nggan sampai 10 langkah, ya dekatlah, tapi dulu saya itu kalau sholah jamaah di masjid, datangnya nggak pernah sebelum adzan berkumandang atau pas adzan berkumandang pasti, biasanya pas setelah iqomah, maka kalau kemarin ada usulan untuk melonggarkan waktu iqomah saya jadi teringat waktu saya di klaten, ya mungkin seperti itulah psikologinya antara orang yang jauh dari masjid dengan orang yang dengat dengan masjid. Mungkin kayak pelajar/mahasiswa, kalau sudah punya buku ya.. sudah ayem, tenang, meskipun bukunya kadang tidak dibaca setiap saat tapi dibaca kalau pas mau ujian saja. Namun kembali ke niat tadi bukan ini yg saya maksudkan, masjid kami tadi dibangun di daerah kavlingan jadi dalam perkembangannya jamaahnya bertambah, dan terkadang keluarga baru kalau menjadi jammah di situ, ya namanya maunya fatabiqul qoirot dalam beramal, dia meyumbang sesuatu di mesjid itu, nah pada suatu saat banyak jam dinding di masjid itu ada kalau 7, jadi diruangan dengan setengah luasan ruangan masjid ini ada 7 buah jam, disetiap dinding, , ada jam digital waktu sholah , ditambah jam berdiri merknya Junghans, tingginya 2 meter, yang kalau berbunyi/berdendang terdengar dari rumah saya, bapak ibu yang dimahmati Allah, kembali pada niatan tadi, maksud saya begini kalau pemberian/atau sedekah jam didinding tadi niat ikhlas karena Allah pasti akan mendapat pahala dari Allah, dan saya yakin jamaah di sana ikhlas, namun ada unsur yang kadang kita tidak dasari sehinggga keikhasan tadi tidak 100 %, ya mungkin 99,9%, kenapa? Mungin sebagai orang yang baru disitu karena mendengar cerita orang sebelumnya menyedekahkan jam dinding, kemudian orang itu juga menyedekahkan jam dinding, ya faktornya ikut2an, makanya tidak 100 %, tapi ini mungkin masih lebih baik dari pada yang menyumbang jam dinding karena, merasa sudah lama menjadi jammah di situ, terus belihat orang baru menyumbang jam dinding, terus orang ini merasa gimana, mungkin dalam hatinya berkata : ah orang baru cuma nyumbang jam dinding merk alba saja udah gitu,  Nih aku nyumbang jam dinding merk citisen, terus lain juga gitua, nih aku nyumbang merk saiko, dan seterusya hingga jam nya tadi menjadi banyak.  Bapak ibu yang dirahmati allah sekali lagi saya yakin jamaah tadi bukan tidak ikhlas dalam menyumbang/sedekat namun mungkin keikhlasannya tidak sempurna.
Itu yang Unsur yang pertama : Unsur yang kedua dalam kata temen adalah: sabar.  Masalah sabar ini saya yakin bukan barang baru atau kata baru bagi kita semua, seperti kata niat tadi saya yakin jamaah di sini sudah paham betul apa itu sabar. Yaitu sabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah, Bersabar untuk tidak melakukan hal-hal yang diharamkan Allah, Bersabar dalam menghadapi takdir-takdir Allah.
Allah berfirman :

“Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan (shalat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk “ (QS. Al-Baqarah :45)
Dalam ayat ini kita diperintah Allah untuk bersabar, namun orang dikatakan mempunyai sifat sabar, baru kelihatan kalau orang itu mendapat ujian dari Allah, pada saat kita mendapat ujian dari Allah makan orang yang sabar ia akan ingat bahwa ini adalah ujian dari Allah kemudian dia akan  selalu pasrah/ikhlas  dengan ujian tadi. Namun kapan waktunya ujian/cobaan dari Allah ini tiba , semua orang tidak akan tahu. Bisa waktu akhil balik/ muda, tua bahkan tua bangka, tidak ada satu orang muslim pun tahu dengan pasti,  kita ingat firman allah,

“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar” (QS, Al-baqarah 155)
Dan kita juga sudah faham bahwa ujian/cobaan ini bisa berasal dari mana saja Allah berfirman;
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (Surga).” (QS. Ali ‘Imran: 14)
Jadi sebagai seorang muslim sebaiknya jangan berleha-leha dengan keadaanya sekarang, mungkin ada yang perpikir mana mungkin saya sudah tua begini akan diuji/dicoba  oleh Allah, jamaah sekalian sekarang ini cerita atau berita atau kita bisa melihat di sekililing kita, justru pada saat orang itu sudah tua, justru pada saat ini dia mendapat cobaan/ujian dari allah baik dari istrinya, anaknya, hartanya atau lainnya. Dari semoga darai kita yang sedang mendapat cobaan diberi kesabaran dari Allah.  Karena orang yang diinginkan kebaikan oleh Allah  atau orang yang diberi kebaikkan oleh Allah, jadi orang ini termasuk orang yang bauk dimata Allah, sehingga insyaallah mendapatkan pahala surga adalah orang yang diberi kesabaran. Rosullulah berkata “Tidaklah seseorang diberikan dengan sesuatu yang lebih baik dan lebih luas dari kesabaran.” (HR Al Bukhari dan Muslim).

Itu tadi unsur yang Kedua, Unsur yang ketiga dalam kata temen adalah: terus-menerus, ajeg atau kontinyu atau bhs arabnya istiqamah, istiqamah dalam apa? Istiqomah dalam beramal kebaikan, Unsur yang keempat, adalah: instrospeksi, mawas diri atau bhs arabnya muhasabah, yaitu penilaian/peninjauan atau koreksi terhadap (perbuatan, sikap, kelemahan, kesalahan, dsb) diri sendiri. Unsur yang kelima adalah: fokus pada tujuan, yaitu fokus pada Allah.

Demikian yang bisa saya sampaikan, mungkin masih ada unsur-unsur lain dalam kata temen tersebut, namun mungkin suatu saat nanti akan kami sampaikan
Wabillahi taufiq wal hidayah, Assalamuaikum warah matullah hiwabarokatuh