Selasa, 22 Desember 2015

TENTANG MIZAN (TIMBANGAN)

Segala puji bagi Allah Subhana Wata Alla yang senantiasa melimpahkan kenikmatan yang tak terhitung  bagi  kita  semua. Dan diantara semua kenikmatan itu, nikmat Islam dan Iman adalah yang paling utama. Marilah kita pegang erat-erat kenikmatan yang berupa nikmat islam dan iman ini sampai ajal menjemput kita.
                Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan ke haribaan baginda Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam, beserta para keluarga, sahabat, dan semua orang yang mengikutnya hingga hari kemudian.
             Kita akan membahas tentang mizan, apa itu mizan, timbangan, timbangan apa, timbangan yang diletakkan oleh Allah pada hari kiamat untuk minimbang apa, untuk menimbang amalan para hambanya, kalau bapak ibu pernah menendengan tentang hizab, apa bedanya dengan hizab, hizab itu apa, penghitungan amal, apa bedanya antara hizab dengan mizan, apa bedanya antara hizap (penghitungan amalan) dengan mizan (penimbangan amalan), apa bedanya, kata Imam Qurthubi, kalau hizab, atau penghitungan amalan, tujuannya adalah untuk mengukur, kadar amalan, menghitung, namanya juga penghitungan amalan, dihitung dosanya berapa, terus amal sholehnya berapa, dihitung, kalau mizan, itu untuk memperlihatkan mana yang lebih apa, mana yang lebih berat antara apanya, amal sholehnya dengan apa, dengan dosanya, jadi setelah dihitung diambil kemudian, dosanya ditaruh di apa, anak timbangan satu , kemudian apa, amal sholehnya diletakkan di daun timbangan yang satunya, jadi itu bedanya, kata Imam Qurthubi bisa diulangi lagi , hizab adalah untuk mengukur dan menghitung kadar atau jumlah amalan yang dilakukan oleh seorang hamba, dosanya berapa kemudian amal sholehnya berapa, adapun mizan, tujuannya adalah untuk menampakkan memperlihatkan ini lho dosa kamu sudah dihitung, ini lho amal sholeh kamu yang sudah dihitung, lihat nih mana yang lebih berat, itu perbedaan antara mizan dengan dengan hizab,
         Kemudian apa dalilnya ada mizan, apa dalilnya ada mizan, banyak dalilnya, dianataranya firman Allah jalla  wa alla dalam al quran  surat al a’raf ayat 8 Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman  . Walwaznu yawma-i-dzini lhaqq, artinya timbangan pada hari itu, hari apa, hari kiamat, itu pasti benar, atau benar adanya atau haq atau adil, jadi mizan, atau timbangan pada hari itu pasti ada dan pasti adil dan pasti benar, faman thaqulat mawadziinuhu faula-ika humul muflihuun dan barang siapa yang timbangan kebaikannya lebih berat maka merekalah orang-orang yang beruntung (al quran surat al A’raf ayat 8), ada juga dalil yang lainnya  al quran surat Al Anbya  ayat 47,  dalam al quran surat Al Anbya  ayat 47, di situ disebutkan oleh Allah Azza wa Jalla , Wa nada ul mawadziiina al qisthali yawmil qiyamat dan kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, jadi nggak bisa main apa timbanga, para pedagang yang biasa main timbangan, di hari kiamat  anda nggak bisa main-main lagi, karena timbangan itu di tangan Allah Azza wa Jalla, dan kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, fala tuth lamunafsun syai-an dan tidak ada seorang pun, yang akan dirugikan sedikitpun, dan inilah kelanjutan diharamkannya perbuatan zholim oleh Allah Azza wa Jalla, atas dirinya, jadi Allah Subhanahu wa Ta’ala mengharamkan perbuatan zolim bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat, sedikitpun tidak akan di zolimi seorang manusia,  kemudian kata Allah Subhanahu wa Ta’alawa-in kana mits qala habbatin min khardalin ataina biha seandainya amalan tersebut hanya sebesar sawi pun, kami akan datangkan amalan itu,  jadi kalau biji sawi itu berapa ons, pernah nimbang biji sawi? Atau apa ya biji sawi ? bapak ibu tahu sawi, sayuran, ada bijinya, besarnya kayak apa? Kayak beras, lebih kecil lagi,  kayak  bribik, bribik itu kayu kalau keluar coklat-coklatnya coklat muda atau nonor , ya itu sebesar itu, berapa ons itu ? nggak sampe satu ons, satu gram pun nggak sampe, itu , itu akan ditimbang, walaupun tinggal segitu, walaupun kita punya amalan atau dosa sekecil itu, itu akan ditimbang oleh Allah Azza wa Jalla, makanya firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,  wa kafa binahasibiin dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan, ini dalil adanya mizan,  
            Mizan itu jumlahnya berapa? Mizan jumlahnya berapa,  apa sejumlah manusia, manusia berapa banyak sekali, ada perbedaan pendapat di antara para ulama tentang masalah ini? Ada, ada sebagian ulama yang berpendapat, mizan itu satu, dan ada pula sebagian ulama yang berpendapat mizan itu banyak, sebanyak orang atau amalan yang ditimbang, dan masing masing punya argumen, masing-masing punya argumen, kata yang berpendapat mizan itu satu, atau kata ulama yang berpendapat mizan itu satu katanya, disebagian ayat disebutkan muhrot atau tunggal, wal wasnu atau mizan, mizan itu satu, tapi disebagian ayat disebutkan dengan jamak, contohnya ayat dalan surat Al Anbya’  47  disebutkan mawazin, mawazin itu bentuk jamak, berarti banyak tidak Cuma satu, masing-masing punya argumen, tapi kalau mayoritas ulama, berpendapat kalau mizan itu Cuma satu, dan ini di katakan oleh imam ibnu khatsir r.a. , kata beliu mayoritas ulama, pendapatnya mizan itu Cuma satu,  bagaimana kalau ada yang berpendapat,  jadi kalau timbangan Cuma satu, lha pastinya lama sekali nunggu giliran untuk ditimbang,  kata kita bikin e-ktp kemarin, nunggunya bisa berjam-jam, ini manusia dan jin yang hidup  mulai dari nabi adam sampai hari kiamat, pasti lama, gimana? 
          Beda antara timbangan di dunia dengan timbangan di akhirat, timbangan di akhirat kayak apa? Kata nabi shallalahu alaiwasalam, dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh  Imaam Al Hakim no: 8739 dan kata beliau Hadits ini Shohiih. Kata Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang artinya, “Timbangan akan ditegakkan pada Hari Kiamat, seandainya pada hari itu langit dan bumi ditimbang niscaya cukup untuk menimbangnya.” 
        Tujuh lapis langit dan bumi itu di timbang, niscaya apa? Cukup, berarti berapa besarnya timbangannya, berapa besarnya, langit itu besarnya berapa? Jarak satu langit dengan langit berukutnya berapa? 500 tahun perjalanan, jarak antara lapis langit ke lapisan berikutnya sepanjang 500 tahun, itu sebesar itu ditambah dengan bumi itu cukup ditimbang oleh timbangan di akhirat, jadi tidak usah khawatir, nggak usah kuatir nanti saya nomor berapa ya? Lama banget, nggak usah kuatir,  kemudian bagaimana caranya? Wong orang banyak, timbangan gimana? Gak bisa dibayangkan, karena memang nggak perlu dibayangkan, nggak usah dibayangkan kata imam ibnu  Hajar Asqalani, imam ibnu  Hajar Asqalani termasuk ulama yang berpendapat bahwa mizan ini Cuma satu, imam ini berkata, Al Mizan (Timbangan) itu adalah satu, tidak bisa kita gambarkan dengan banyak timbangan, betapapun banyaknya amalan yang akan ditimbang. Karena keadaan di Hari Kiamat itu tidaklah bisa dipikirkan oleh akal manusia ataupun digambarkan dengan gambaran-gambaran duniawi. 
            Masalahnya itu sekarang kita itu bayangannya adalah timbangan beras, makanya kita bingung, timbangan di hari kiamat nggak sama, dengan timbangan di dunia, pada hari kiamat tidak bisa dianalogikan timbangan di dunia yang memiliki dua daun timbangan, bagaimana bentuknya timbangan di akhiran Wallahu a’lam bish-shawabi, hanya Allah yang tahu.
            Pertanyaan berikutnya apakah diperlukan mizan, perlu nggak, Allah apa nggak tahu? Allah apa nggak tahu kalau nggak timbang amalan kita,  Allah pasti tahu, untuk apa pakai mizan segala kalau Allah sudah tahu amalan kita, apa nggak malah nyuwen-nyuweni , kok perlu timbangan segala, lha wong allah sudah tahu kok, kira-kira amal sholeh kita itu mana yang lebih berat antara dosa yang kita lakukan dengan amalan kita, itu pasti Allah tahu, kenapa pakai timbangan-timbangan segala, kenapa, karena untuk memperlihatkan betapa adilnya Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena ketika di mizan itu, semua orang melihat, jadi untuk menampakkan betapa tingginya sifat adil Allah, sampai seluruh manusia bisa menyaksikan bagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala menimbang masing-masing amalan seorang hamba,
             Kemudian apa yang ditimbang ? apa yang ditimbang,  Amalan , amalan itu bentuknya apa? Misalnya sholat, sholat itu bisa di kilo nggak?  Atau pahala, pahala itu bisa dikilo nggak? Apanya yang ditimbang?  Atau buku catatannya? Atau orangnya? Seneng yang gemuk kasihan yang kurus, jadi apa yang ditimbang, para ulama berbeda pendapat tentang apa yang ditimbang, apa amalannya, atau buku catatannya, atau orangnya, ulama terbagai menjadi tiga pendapat, kenapa mereka berbeda pendapat, karena ada hadist yang menyatakan amalan yang ditimbang, ada hadist yang berbicara orang yang ditimbang, ada hadist yang menyatakan bukunya ditimbang,  terus bagaimana ini? 
             Sebagian ulama mengambil jalan tengah, semuanya ditimbang, karena masing-masing ada dalilnya, apa dalilnya amalan yang ditimbang, dalilnya amalan ditimbang adalah di surat al zalzalh ayat 6-8 firman Allah, Faman ya’mal mitsqala dzarratinkhayra yarah barang siapa yang melakukan amalan walaupun sebesar biji zarah akan mendapatkan balasannya, kebalikannya Waman ya’mal mitsqala dzarratinsharran yarah siapa yang melakukan amal keburukan walaupun sebesar biji zarrah pun akan mendapatkan balasannya, ada juga dalil yang lain dalam suatu hadist yang menunjukkan amalan itu akan ditimbang, hadist ini hadist terakhir yang disebutkan dalam hadist Imam Bukhori dan Muslim, yaitu : ada dua kilamat yang dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala  ringan di lisan berat di timbangan, jadi yang ditimbang apanya kalimatnya subhanallah wabihamdihi, subhanallahil ‘Azhim, ini menunjukkan yang ditimbang apanya ucapanya, amalannya yang ditimbang,
                 Adapaun dalil yang menyatakan bahwa yang akan ditimbang adalah bukunya, atau buku catatan amalnya adalah sebuah hadist yang diriwayatkan oleh imam at tirmidi, cerita tentang yang biasa diistilahkan dengan hadist shahibil bithoqoh, hadist seorang yang punya kartu , ceritanya pada hari kimat nanti akan didatangkan orang punya amal dosa yang sangat banyak, kemudian dosa itu dicatat di dalam sebuah buku yang banyaknya itu 100 buku, dan masing-masing buku tebalnya itu setebal mata menandang, kemudian oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala orang itu di tanya : dari sekian dosa yang kamu lakukan kira-kirab ada nggak dosa yang nggak engkau lakukan tapi tertulis di sini, artinya salah catat,  dijawab nggak ada ya Allah, sudah orang itu yakin akan masuk neraka karena dosanya begitu banyak, Kata Allah Subhanahu wa Ta’ala : sesungguhnya engkau masih punya amal sholeh, kemudian dikeluarkanlah bithoqoh, sebuah kartu, yang isinya adalah kalimat La ilaha illallah orang tadi sudah pesimis, ya Allah seratus buku catatan amalan keburukan yang tebalnya segitu kok mau dibandingkan dengan sebuah kartu, kartu itu seberapa tipisnya kok mau dibandingkan dengan buku yang sangat tebal, maka ditimbanglah buku catatan amal tersebut dengan sebuah kartu. Berarti yang ditimbang apanya buku cacatannya. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala menghendaki bahwa kartu itu ternyata lebih berat dari pada serataus buku catatan yang sangat angat tebal. Berarti hadiist ini menunjukkan bahwa buku catatan lah yang ditimbang.
                Kemudian kalau orangnya yang ditimbang dalilnya apa? Hadist yang diriwayatkan oleh imam bukhori, kata Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: akan datang pada hari kiamat seorang yang sangat gemuk dan besar, tetapi ketika orang tersebut ditimbang tenyata orang tersebut tidak lebih berat dari sayap seekor nyamuk, kenapa ya karena tidak punya amal sholeh, tong kosong nyaring bunyinya, jadi yang kurus-kurus nggak usah pesimis, yang gemuk-gemuk jangan terlalu optimis, tergantung apanya tergantung amalannya, tapi yang kurus-kurus jangan terlalu optimis dan yang gemuk-gemuk jangan terlalu pesimis, sama saja,  masing-masing tergantung amalannya, bukan masalah berat badannya. 
            Demikian sedikit yang dapat kami sampaikan. Semoga kita menjadi hamba-hamba Allah yang senantiasa takut kepada-Nya, sehingga dengan itu kita menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Wabillahi taufiq wal hidayah wassalam mualaikum warah matullahi wabarokatuh

Sabtu, 12 Desember 2015

Menghilangkan Sifat Malas

MENGHILANGKAN SIFAT MALAS

Kita panjatkan puja dan puji syukur kehadiratan allah swt, pada kesempatan yang berbahagia ini kita kembali bisa menjalankan shalat subuh berjamaah dan  menghadiri salah satu diantara majelis ilmu. Kita harapkan semoga Allah Subhana Wata Alla, berkenan untuk melimpahkan kepada kita semuanya ilmu yang bermanfaat, sehingga bisa kita amalkan sebagai bekal untuk menghadap Allah swt,  amin ya rabal alamin.
    
Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan ke haribaan baginda Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam, beserta para keluarga, sahabat, dan semua orang yang mengikutnya hingga hari kemudian.
    
Hidup manusia memang penuh cobaan, jalan terjal penuh berliku yang terkadang menjadikan kita berputus asa, termasuk urusan rezeki. Bisnis yang dulu berjaya tiba-tiba merugi, dan menjadikan utang menumpuk dimana-mana. Yang namanya utang itu tidak mengenakkan. Hidup jadi tidak tenang. Apalagi jika utang sudah menumpuk, Arep menyang pasar wedi, mengko ketemu pak A, ditagih utange, arep ngalor wedi mengko ketemu pak b, arep neng kidul wedi, mengko ketemu pak C, etok undangan, wedi mengko nek teko ketemu pak liyane, neng omah terus, ya wedi mengko ditekani, debt collector. Biasanya orang yang punya utang banyak itu, alamat rumahnya gak tetap,  suka berpindah-pindah dari alamat a, terus bulan berikutnya bisa ke alamat b, dan seterusnya, lha nek  tasih bujang nggeh boten nopo-nopo, tapi kalau sudah punya anak istri, Apa anak istrinya juga diajak hidup perpindah-pindah. Pokoknya punya hutang itu, bikin hidup tidak enak, sirah e rasane pingin pecah, orang yang punya masalah berat misalnya utang ini, biasanya sukanya memandang ke atas, ke arah mega di langit, dalam hatinya , punya pikiran, seandainya dia dapat terbang tentu dia akan terbang jauh dari tempat itu. Mudah-mudah kita tidak mendapatkan cobaan berat seperti ini.

Punya utang juga menyebabkan kita juga kurang bersemangat dalam hidup, yen PNS duwe utang, nyicilnya mesti pasti dipotong dari uang gajian bulannya, dan kalau gajinya sudah habis dipotong dia akan menjadi malas bekerja, karena terus memikirkan utang dan bagaimana mencari uang tambahan.  Sehingga utang  itu menjadikan kita malas.        


Malas merupakan salah satu penyakit mental/jiwa. Mboten enten, wong normal  teng donyo niki seneng duwe sifat males, semua orang benci dengan penyakit malas, karena betapa buruk akibat yang timbulkannya. Punya utang banyak dan rasa malas juga bisa menjadi penyebab seseorang berbuat kejahatan.


Padahal kita merasa sudah berupaya semaksimal mungkin mengatasinya, namun tetap saja belum membuahkan hasil. Hal utama yang perlu dan patut kita renungkan adalah dengan introspeksi, yaitu dengan sebuah pertanyaan sejauh mana usaha kita tersebut?


Usaha manusia mencakup dua dimensi, yaitu lahiriah dan batiniah. Biasanya usaha batiniah yang sering kita lupakan. Ujung-ujungnya ketika kita menghadapi kendala dalam usaha, kita langsung memvonis bahwa Tuhan tidak adil. Padahal, Dia selalu menolong hamba-Nya, namun kita sendiri yang tidak mau meminta pertolongan-Nya.


Bagaimana hutang-hutang kita segera terlunasi dengan cara Islam, salah satunya yaitu dengan doa-doa yang berasal dari sumber yang dapat "dipertanggungjawabkan". Artinya isi kandungan dari doa-doa kita tidaklah bertentangan dengan syariat Islam.


Salah satu contoh cerita yang sangat termasyur. Abu Said Al-Khudhri bertutur: “Pada suatu hari Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam masuk masjid. Tiba-tiba ada seorang sahabat bernama Abu Umamah sedang duduk di sana. Beliau bertanya: ”Wahai Abu Umamah, kenapa aku melihat kau sedang duduk di luar waktu sholat?” Ia menjawab: ”Aku bingung memikirkan hutangku, wahai Rasulullah.” Beliau bertanya: ”Maukah aku ajarkan kepadamu sebuah do’a yang apabila kau baca maka Allah ta’aala akan menghilangkan kebingunganmu dan melunasi hutangmu?” Ia menjawab: ”Tentu, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda,”Jika kau berada di waktu pagi maupun sore hari, bacalah do’a:
 "Allahumma inni a'udzubika minal hammi wal hazani wa a'udzubika minal 'ajzi wal kasali wa a'udzubika minal jubni wal bukhli wa a'udzubika min ghalabatiddaini wa qahrirrijali"
"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau dari pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari lilitan hutang dan kesewenang-wenangan manusia.


"Kata Abu Umamah radhiyallahu 'anhu: "Setelah membaca do'a tersebut, Allah berkenan menghilangkan kebingunganku dan membayarkan lunas semua hutangku." (HR Abu Dawud 4/353) Doa ampuh yang diajarkan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam kepada Abu Umamah radhiyallahu ’anhu merupakan doa untuk mengatasi problem hutang berkepanjangan.


Inilah salah resep dari  Rasullulah dari Allah, bagaimana caranya mengatasi hutang dan mengatasi penyakit hati yaitu malas, kikir dan pengecut.


Jangan sampai kalau kita diberi tahu sama ahli atau  pakar misalnya kayak mario teguh, kitanya lebih percaya dan tekun mencatat, tetapi mendengar hadist Rasulullah SAW ini, yaitu hadist yang berisi bagaimana menghilangkan utang ini kepada kita ini, kita cuekin, atau tidak percaya. Bagaimana etika kita disisi Allah SWT, cara yang diajarkan Allah nggak kita gunakan. Padahal semua proses itu adalah bagian dari proses kepada solusi, bagian dari ibadah, bila masuk kedalam Islam, seharusnya kita  pakai semua ajaran dari Allah, yang membuat Allah redho, ada sabar, ada tawakkal, bila ikhtiar sudah makslimal dan melanggengkan ketaatan.

Allah pasti akan memberi pertolongan kepada hambanya yang minta tolong kepadanya, Allah berfirman :
“walayanshuranna allaahu man yanshuruhu”
Artinya : Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesngguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (TQS. Al-Hajj : 40)
Ayat ini menjelaskan kepastian pertolongan Allah bagi orang yang menolong-Nya. Pada ayat 41, Allah menyifati orang-orang yang mendapat pertolongan tersebut :

alladziina im makkannaahum fii al-ardhi aqaamuu alshshalaata waaatawuu alzzakaata wa-amaruu biama'ruufi wanahaw 'ani almunkari walillaahi 'aaqibatu al-umuur” 
Artinya : (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sholat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar, dan kepada Allahlah kembali segala urusan.

Kalau pada ayat tersebut Allah menunjukkan karakter orang-orang yang akan mendapat pertolongan Allah, maka sebaliknya pertolongan Allah tidak akan diberikan kepada orang-orang yang tidak memiliki karakter sebagaimana yang telah Allah tetapkan. Karakter orang yang mendapat pertolongan Allah adalah orang-orang yang menjalankan/mengerjakan syariat Islam dan orang-orang yang melakukan amar ma’ruf nahi mungkar. Sedangkan orang-orang yang melanggar syariat Islam, apalagi berupaya mengganti syariat Islam dengan aturan yang lain, tentu pertolongan Allah tidak akan diberikan. Demikian juga orang-orang yang tidak mau melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar, tentu tidak akan mendapatkan pertolongan Allah.

Karakter yang lain yang tidak akan mendapat pertolongan Allah adalah:
“walaa tarkanuu ilaa alladziina zhalamuu fatamassakumu alnnaaru wamaa lakum min duuni allaahi min awliyaa-a tsumma laatunsharuuna” 
Artinya : Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang dzalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolongpun selain Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan (TQS. Huud : 113)

Pada ayat tersebut, Allah menjelaskan sifat orang yang tidak mendapat pertolongan Allah adalah orang yang cenderung kepada orang yang berbuat dzalim dan meridloi kedzaliman yang mereka lakukan serta tidak ada upaya untuk menghentikan kedzaliman mereka.


Jika kita banyak bersedekah, bisa jadi,  kita bisa menghilangkan utang-utang yang memilit kita, tapi banyak yang bertanya : “Bagaimana mungkin saya bisa melakukan sedekah? Untuk memenuhi kebutuhan sendiri saja masih kurang, belum lagi hutang masih menumpuk?”pertanyaan inilah yang sering dikemukakan orang yang berhutang ketika disuruh bersedekah. “ Ono-ono wae! Wong akeh utange dokon sedekah”, demikian katanya.

Padahal, kalau mereka tahu, bisa jadi, justru inilah jalan keluarnya. Saat kita dihimpit persoalan ekonomi, saat kita banyak hutang dan tidak tahu bagaimana cara membayarnya, bisa jadi sedekah  adalah solusinya! Jika digali lebih dalam firman Allah pada Surah At Talaq ayat 7 : waman qudira 'alayhi rizquhu falyunfiq mimmaa aataahu “Dan orang yang disempitkan rizkinya, hendaklah ia memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya”, maka sedekah ternyata bisa menjadi solusi dari masalah yang sedang kita hadapi. Kalau ingin urusan kita selesai, segeralah bersedekah, Harta tidak akan berkurang dengan sedekah, dan gabungkan dengan amalan-amalan lainnya, dengan ikhlas myakini Allah maha kuasa atas segala sesuatu, banyak nyebut Asma Allah, banyak sholawat dan istighfar. Membperbanyak istighfar karena istighfar memohon ampun pada Allah, dan itu yang akan memudahkan rezeki kita. Hasan Al Bashri rahimahullah berkata : “Sesungguhnya seseorang pernah mengadukan kepada Al Hasan tentang musim paceklik yang terjadi. Lalu Al Hasan menasehatkan, “Beristigfarlah (mohon ampunlah) kepada Allah”. karena memohon ampun pada Allah itulah yang akan memudahkan rezeki


Selain itu juga memerbanyak doa, selain doa seperti tadi,  ada lagi doa untuk menghilngkan utang yaitu :
a.  “Allahumma inni a’udzu bika minal ma’tsami wal maghrom Artinya: Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari berbuat dosa dan sulitnya utang (HR. Bukhari)
b. “Allahumak-finii bi halaalika ‘an haroomik, wa agh-niniy bi fadhlika ‘amman siwaak” Artinya: Ya Allah cukupkanlah aku dengan yang halal dan jauhkanlah aku dari yang haram, dan cukupkanlah aku dengan karunia-Mu dari bergantung pada selain-Mu (HR. Tirmidzi)

Dan yang lebih penting adalah amalan sehari-hari, jangan sekedar ibadah itu hanya ritual tanpa memperbaiki diri, yang masih suka ke dukun, stop, karena dosa syirik bisa mengakibatkan kekafiran tanpa sadar, yang doyan maksiat zina dan judi, stop semuanya, kita benerin kerabat keluarga kita, karena toh semuanya akan kembali kepada kita.
Para Nabi dan para wali itu doanya cepet terkabul karena mereka paling banyak memberi  manfaat ilmu Allah kepada orang banyak, Jadi sekali mereka berdoa, shalat, pahalanya berlipat ganda, lakukan dengan ikhlas,  yakin, kejar balasan akhirat, dunia bakal mengejar tanpa capek.  Ibaratnya ngurus anak orang, rumah orang, kantor orang saja dibales cepet jasanya sama manusia, apalagi ngurus agama Allah.

Janji Negara, Presiden,Bupati, camat, lurah itu bisa bohong, bisa ada kendala diluar dugaan, tetapi janji Allah pasti beneran dalam bentuk yang terbaik kepada kita. kalo kita perbanyak beramal, ikhlas, apalagi amalan itu sampe menjadi rutinitas kita. Perbanyak merenung, takarub, dzikir, renungi ayat2 Allah, mentadaburi ayat2 Allah dan ingatlah semua hikmah kehidupan yang telah lewat, mana ada yang tanpa kehendak Allah ?


Semoga semua kita ditolong Allah SWT dan bagi yang kena masalah, Allah angkat masalahnya dengan kebaikan, bukan keburukan. Cukuplah Allah sebagai tujuan terbesar kita, secara lahir dan bathin semoga Allah memberikan pertolongan-Nya kepada kita semua, Wabillahi taufiq wal hidayah wassalamualaikum warahmatullahiwabarokatuh.