Sabtu, 21 April 2018

Orang yang Rugi


assalaamu 'alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuhu
 innalhamdalillaah, nahmaduhuu
wa nasta'iinuhuu wa nastaghfiruhu
wa na'uudzubillaahi min syuruuri 'anfusinaa
wa min syayyi-aati a'maalinaa
man yahdillaahu falaa mudhillalahu
wa man yudhlilhu falaa haadiyalahu
asyhadu anlaa ilaaha illallah wahdahu laa syariikalaahu wa asyhadu annaa muhammadan 'abduhuu wa rasuuluhuu laa nabiyya ba'dahu

Jamaah Shalat  Shubuh yang dirahmati Allah,
Segala puji bagi Allah yang senantiasa melimpahkan karunianya kenikmatan yang tak terhitung  bagi  kita  semua. Dan diantara semua kenikmatan itu, nikmat Islam dan Iman adalah yang paling utama.
Marilah kita jaga nikmat islam dan iman ini sampai ajal menjemput
Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan ke haribaan baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,  beserta para keluarga, sahabat, dan semua orang yang mengikutnya hingga hari kemudian.

Jamaah Shalat  Shubuh yang dirahmati Allah
Ada peribahan dalam bahasa Jawa yang mengatakan :  Guphak Pulute Ora Mangan Nangkane , Dulu sekali, , mungkin bapak ibu juga mengalami, kalau kita membeli nangka pasti masih dalam ujud jadi satu antara kulit dan isinya, belum di pilih mana yang bisa dimakan dan mana yang nggak bisa dimakan, lha untuk memmisahkan itu kita perlu sedikit kerja keras sehingga kita kena getah dari nangka tadi, tidak seperti sekarang kalau kita beli nagka sduah bersih tinggal maka.  Dan peribahasa itu artinya Orang yang sudah berusaha atau orang yang  berjerih payah tapi tidak menikmati hasilnya. Orang yang kena getah tapi tidak makan nangkanya adalah orang dengan ketidak beruntungan. Disini dia bersusah payah untuk mengelupas nangka yang penuh dengan getah, tapi entah mengapa suatu sebab dia tidak memakan nangkanya. Pepatah ini menjelaskan bahwa orang yang sudah susah payah kadangkala tidak mendapatkan hasil dari jerih payahnya sendiri.

Adapun secara luas, pepatah Jawa ini ingin menunjukkan sebuah peristiwa atau kiasan yang menggambarkan akan kesialan seseorang, karena ia tidak menikmati hasil pekerjaannya, tetapi justru menerima resiko buruknya. Apakah itu ada kalam konteks keagamaan,

Jamaah sekalian, dalam konsteks keagaman, Orang yang sudah berusaha atau orang yang  berjerih payah tapi tidak menikmati hasilnya, bisa kita bigi menjadi dua golongan,
Golongan pertama adalah orang diluar islam atau orang kafir, kenapa demikian ? orang kafir itu, seperti kita tahu, bahwa segala amalannya di dunia ini tidak berguna di akherat nanti, meskipun dia sudah beramal banyak sekali, bersekah bermilyar2, membangun masjid , membangun rumah sakit ber puluh2, menghajikan berpuluh2 orang dan lain-lainnya. Meskipun ada hadist : ‘Khoyrunaas anfa’ahun linaas’ “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” ini tidak berlaku bagi orang kafir atau di luar islam. Siapa tidak tahu tentang Isaac Newton, Newton ini adalah orang yang paling berpengaruh di dunia setelah nabi Muhammad, itu dalam buku 100 orang yang paling berpengaruh di dunia.  Dia penemu hukum yang menghubungkan antara gaya, massa dan percepatan, jadi semua mesin didunia ini, dibuat berdasarkan rumus yang ditemukan Nowton, mulai sepeda, sepeda motor, mobil, kereta api, pesawat terbang , roket, kapal dan semua mesin2 di dunia, juga jalan, jembatan, pelabuhan, bagunan dan gedung-gedung di dunia modern ini di buat berdasarkan rumus yang ditemukan oleh Newton. Boleh dibilang ia sangat berjasa kepada kehidupan manusia modern, tapi apa amalan/temuan dia akan berguna di akherat nanti? Belum tentu, kalau ia orang kafir maka tentu tidak akan berguna.

Jamaah yang dirahamati Alloh..
Orang yang mendapat hidayah berarti telah mendapat pengetahuan yang benar tentang jati dirinya yang sesungguhnya. Ia telah sadar bahwa dirinya adalah mahluk yang pasti  memiliki khalik Pencipta-- yaitu Allah. Yang juga menciptakan langit dan bumi, serta segala sesuatu. Konsekwensi dari pemahaman tersebut yaitu mengakui bahwa Pencipta dari segala yang ada ini berhak untuk diibadahi, ditaati, ditakuti, diharapkan dan dicintai. Adapun orang yang tidak mengakui hal itu, berarti hatinya tertutup. Akalnya juga turun dari derajat sebagai akal manusia. Merekalah yang di dalam al-Qur’an disebut orang musryik dan kafir. Mereka ini terdiri dari orang-orang yang tidak mengakui  eberadaan Allah, atau masih menyembah selain Allah. Orang semacam ini di mata Allah tidak lagi memiliki harga meski telah melakukan perbuatan baik. Sebab ia telah melalaikan hak Allah yakni untuk dikenal dan diibadahi. Orang yang menyia-nyiakan hak Allah tidak akan mendapat manfaat dari kebaikan yang dia berikan kepada manusia. Perbuatan itu hanya diganjar di dunia seperti mendapat pujian dan sanjungan manusia. Namun di akhirat, mereka tidak akan mendapatkan apa-apa, dan tempat kembalinya adalah neraka.
Alloh berfirman dalam QS Ali Imran 85 :
Wa may yabtagi gairal-islaami diinan falay yuqbala minhu, wa huwa fil-aakhirati minal khaasiriin
‘Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi ‘



Allah juga berfirman dalam QS: Al-Furqaan  23:
 Wa qadimnaa ilaa maa’amiluu min ‘amalin fa ja’alnaahu habaa’am mansuuran
“Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan…”

Golongan kedua adalah orang islam yang beramal  namun tidak ikhlas karena Alloh , serta tidak sesuai dengan yang diajarkan Rasul shallallahu’alaihiwasallam.
Contoh yang marak di masyarakat tentang manjalankan amalan yang tidak diajarkan Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam. Mengenai masalah Dzikir misalnya : Ada orang yang berdzikir dengan hanya mengucapkan HU...hu... hu.. ribua kali.. katanya kalau diturut itu dari kata Allah Hu Akbar, jadi  Allah Hu Akbar diringkas jadi Allah... kemudian Allah di ringkas lagi jadi HU....  Kalimat la illah ila allah... disingkat menjadi illah... illah.. dan diucapkan beribu kali
Juga tentang shalawat-shalawat yang dibuat buat.. misalnya ada yang menyebuat Yaa Ayyuhal-Ghoutsu.. duhai Ghoutsu Hadhaz Zaman... yang bisa kita temukan dalam shalawat wahidiyah, yang juga dibaca ribuan kali. Dan lain-lainnya , saya yakin kalau diteliti masih banyak lagi shalawat-shalawat  yang masih banyak diperdebatkan makna kandungan isinya.
Sekalipun amalan tersebut berat, panjang dan telah membudaya dengan luas. Alih-alih meraih pundi-pundi pahala, mungkin atau bisa jadi malah justru mereka terancam dengan siksaan di neraka kelak.  Allah ta’ala menegaskan dalam QS Al-Ghasyiyah ayat 2-4,
 “هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْغَاشِيَةِ (1) وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ خَاشِعَةٌ (2) عَامِلَةٌ نَاصِبَةٌ (3) تَصْلَى نَارًا حَامِيَةً (4)”.
Hal ataaka hadiisul-ghaasyiyah, wujuuhuy yauma’izin  khaasyi’ah, ‘amilatun naashibah, tashlaa naaran haamiyah.
Artinya: “Sudahkah sampai kepadamu berita tentang hari kiamat? Pada hari itu banyak wajah yang tertunduk hina. (Padahal) mereka beramal berat lagi kepayahan. Mereka memasuki api yang sangat panas (neraka)”. 
Dalam Tafsîr at-Tustury dijelaskan bahwa orang-orang yang bernasib sial yang dimaksud di dalam ayat-ayat di atas, adalah mereka yang menjalankan amalan yang tidak ada tuntunannya.
Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam juga telah mengingatkan,
“man ‘amila ‘amalan laysa ‘alaihi amruna fuhuwa raddun”.
“Barang siapa yang melakukan suatu amalan yang tidak sesuai dengan petunjukku, maka amalan itu akan ditolak”. HR. Muslim dari Aisyah radhiyallahu’anha


Kemudian,  Mengenai masalah puasa misalnya, Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam menerangkan,
“Rubba shoo imin  hazhohu min shiyaamihi alju’ wal’athosy”
“Betapa banyak orang berpuasa yang hanya memetik lapar dan dahaga”. HR. Ibnu Majah dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu.
Walaupun mereka telah letih berpuasa, namun ternyata bukan buah manis pahala yang didapatkannya! Hal itu dikarenakan antara lain, mereka tidak ikhlas dalam puasanya, atau tidak memenuhi rukun dan syaratnya.

Jamaah yang dirahmati Allah,
Mumpung puasa tahun ini masih kurang 4 minggu lagi, marilah kita persiapkan sebaik mungkin kalau bisa puasa kita tahun ini lebih baik dari tahun yang lalu. Persiapan, fisik, materi, dan ilmu sehingga puasa kita mendapat pahala dari Alloh di AKherat nanti
Akhirnya marilah kita berhati-hati dalam beramal. Jangan sekedar memperhatikan kuantitasnya saja. Namun jadikanlah kualitas amalan sebagai prioritas kita. Dalam arti amalan tersebut diusahakan harus ikhlas karena Allah semata dan sesuai dengan tuntunan Rasul shallallahu’alaihiwasallam. Bila tidak, bersiap-siaplah untuk ’gupak pulute, ora mangan nangkane’!

Demikian yang bisa saya sampaikan,
Wabillahi taufiq wal hidayah, Assalamuaikum warah matullah hiwabarokatuh