Minggu, 16 Oktober 2016

URIP IKU URUP

assalaamu 'alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuhu
innalhamdalillaah, nahmaduhuu
wa nasta'iinuhuu wa nastaghfiruhu
wa na'uudzubillaahi min syuruuri 'anfusinaa
wa min syayyi-aati a'maalinaa
man yahdillaahu falaa mudhillalahu
wa man yudhlilhu falaa haadiyalahu
asyhadu anlaa ilaaha illallah  wahdahu laa syariikalaahu wa asyhadu annaa muhammadan 'abduhuu wa rasuuluhuu laa nabiyya ba'dahu

Jamaah Shalat  Shubuh yang dirahmati Allah Subhana Wata Allah 
Kita panjatkan puja dan puji syukur kehadiratan allah swt, pada kesempatan yang berbahagia ini kita kembali bisa menjalankan shalat subuh berjamaah dan  menghadiri salah satu diantara majelis ilmu. Kita harapkan semoga Allah Subhana Wata Alla, berkenan untuk melimpahkan kepada kita semuanya ilmu yang bermanfaat, sehingga bisa kita amalkan sebagai bekal untuk menghadap Allah swt,  amin ya rabal alamin.

            Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan ke haribaan baginda Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam, beserta para keluarga, sahabat, dan semua orang yang mengikutnya hingga hari kemudian.

Jamaah Shalat  Shubuh yang dirahmati Allah Subhana Wata Allah 
Mungkin kita pernah mendengan pepetah jawa yang berbunyi : Urip Iku Urup.
Mopo niku Urip ? urip niku nggih  hidup. Nnopo niku hidup, hudup itu ya kalau manusia, masih bisa bernafas, masih bisa maka, minum bekerja, beribadah, berkembang biak dan lain-lainnya. Lha nek Urup niku nopo ? Urup niku artine menyala. Urip iku urup adalah salah satu dari sekian banyak pepatah jawa. Pepatah jawa ini merupakan salah satu mutiara nasehat yang sudah semakin pudar penerapannya di zaman ini. Terutama di saat egoisme semakin menggurita dan mendominasi kehidupan manusia.

Urip iku urup jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, bermakna hidup itu semestinya membuat nyala. Nyala di sini diartikan positif. Bila diibaratkan api, maka api tersebut menerangi. Memberi manfaat bagi sekitarnya.

Kita semua sudah tahu bahwa manusia itu adalah makhluk sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Menjalin komunikasi dengan yang lain. Manusia tidak bisa mengisolir diri, meskipun memiliki materi yang berlimpah. Itulah mengapa hidup itu harus menyala. Saling tolong-menolong adalah suatu kepastian. Itulah mengapa manusia membutuhkan manusia yang lain.

Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam menjelaskan,

“ Khoirunnaas amfa’uhum linnaas “
Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain”. HR. Ath-Thabarany

Seorang bijak pernah berujar, “Jangan engkau menjadi orang sukses. Tapi jadilah orang yang penuh manfaat bagi orang lain”.

Inilah salah satu tujuan hidup manusia. Seseorang harusnya memiliki keterpanggilan untuk saling menolong saudaranya bukan mementingkan ego diri masing-masing. Seseorang mestinya memiliki keterpanggilan untuk saling menolong saudaranya, memiliki jiwa dan semangat memberi manfaat kepada sesama. Kebaikan seseorang, salah satu indikatornya adalah kemanfaatannya bagi orang lain. Keterpanggilan nuraninya untuk berkontribusi menyelesaikan problem orang lain. Jadi, manusia terbaik adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain, seperti yang diungkapkan kutipan hadits di atas.

Ada paradoks  di sini, paradoks itu artinya pernyataan yang seolah-olah bertentangan (berlawanan) dengan pendapat umum atau kebenaran, tetapi kenyataannya mengandung kebenaran. Ada pernyataan yang menyatakan bahwa : Manusia itu menganggap kesuksesan dapat mendatangkan kebahagiaan. Dan itu memang benar, tetapi  nyatanya ketika mereka menggapai satu titik kepuasan, maka ia akan mengejar titik kepauasan yang lain di atasnya dan dia tidak akan pernah puas. Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam menggambarkan,

“Andaikan anak Adam memiliki dua lembah berisikan harta, niscaya dia ingin lembah yang ketiga. Tidak ada yang bisa mengisi perut anak Adam melainkan hanya tanah. Allah akan menerima taubat hamba yang bertaubat”. HR. Bukhari dan Muslim dari Ibn Abbas radhiyallahu’anhuma.

Kebahagiaan yang hakiki adalah ketika kita bisa berbagi. Selain merasakan kebahagiaan ketika berbagi atau membantu orang lain, Allah akan menolong melalui jalan yang tidak kita duga sebelumnya.  Dalam sebuah hadits sahih diterangkan,

“Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya, selama ia senantiasa menolong saudaranya”. HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu.

Ruang berbagi dengan orang lain amatlah luas. Mestinya, hidup atau urip, kita selaraskan, atau kita samakan dengan tujuan penciptaan Tuhan atas manusia, yaitu  menjadi manusia yang  rahmatan lil 'alamin, menjadi rahmat bagi semesta alam. Mestinya, manusia membingkai kehidupannya dengan misi pengabdian kepada Tuhannya dengan beroriantasi manjadi pribadi yang bermanfaat bagi sesama, apapun profesinya.

Yang paling tinggi adalah berbagi ilmu agama. Alias mengajarkannya, terutama kepada yang membutuhkannya. Misalnya mengajarkan al-Qur’an kepada putra-putri kita dan anak-anak TPQ. Menjadi guru, misalnya tidak sekedar mengajar dan kemudian mendapat, gaji, tetapi lebih menghayati profesinya sebagai guru, menjadi pendidik sejati, memperlakukan anak didiknya dengan penuh kasih sayang, memperhatikan masa depan mereka, sehingga menjadi generasi yang berkarakter dan peduli pada kehidupan dan memperoleh derajat kemanusiaan yang sesungguhnya.

Berikutnya berbagi harta. Apalagi bagi mereka yang mendapatkan kelapangan rizki. Di antara ladang kebajikan yang tidak layak diabaikan adalah: amal jariyah, seperti wakaf untuk sarana ibadah atau pendidikan agama.

Adapun yang minim ilmu dan harta, maka ia bisa berbagi tenaganya kepada orang lain. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa seharusnya setiap persendian manusia mengeluarkan sedekah setiap harinya.  Setiap persendian manusia diwajibkan untuk bersedekah setiap harinya mulai matahari terbit. Berbuat adil antara dua orang adalah sedekah. Menolong seseorang naik ke atas kendaraannya atau mengangkat barang-barangnya ke atas kendaraannya adalah sedekah. Berkata yang baik adalah sedekah. Begitu pula setiap langkah berjalan untuk menunaikan shalat adalah sedekah. Serta menyingkirkan suatu rintangan dari jalan adalah sedekah. (HR. Bukhari). Dan ternyata yang dimaksud dengan sedekah itu adalah kebaikan, utamanya kebaikan dan kemanfaatan kepada sesama

Yang sering kita lupakan adalah bahwa, bersikap menjadi manusia yang bermanfaat adalah sesungguhnya kita telah menanamkan kebaikan kepada diri kita sendiri. Sapa nandur, sapa ngundhuh, siapa menabur, dia akan menuai. Firman Allah  jelas sekali dalam hal ini,  yaitu:


 “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri,... (Quran Surat Al Isra ayat 7)

Sering kita kalau pergi takjiah , ke kematian seseorang,  baik itu teman, tetangga atau bahkan keluarga, kadang ada di antara para takjiah atau para pelayat  itu yang bilang  ikut berbela sungkawa,  dan bahkan ada yang mengatakan bahwa meskipun  dia tidak ada hubungannya dengan yang mati tapi dia merasa sangat bersedih atau bahasa jawanya Masio  Dudu Sanak Dudu Kadang, yen Mati Melu Kelangan. Rasanya memang aneh, bagaimana mungkin bukan famili bukan saudara tetapi kalau orang tersebut meninggal kita akan merasakan ikut kehilangan. Secara logika orang yang tidak mempunyai pertautan darah dengan kita memang bukan saudara atau famili kita. Jadi jika orang yang bersangkutan meninggal secara logika kita tidak perlu merasa kehilangan. Tetapi kenapa si pelayat bisa berbicara seperti itu? berarti bisa jadi si mati itu mempunyai jasa bagi si pelayat, sehingga si pelayat itu bisa ngomong seperti itu dan  jika yang mengatakan seperti itu orang banyak, bisa jadi orang yang mati itu sangat berjasa pada banyak orang.

Dan rasullulah mengatakan : “Kalian akan menjadi saksi Allah di bumi,”
Ada lagi hadist Rosullulah lain yang berbunyi :

Ada riwayat dari Abul Aswad Addail, Saat itu Abul Aswad duduk didekat Umar. Rasulullah Saw bersabda, “Seseorang yang mati lalu ada tiga orang bersaksi akan kebaikannya, maka ia akan mendapatkan surga.”“Kalau cuma dua orang, bagaimana ya Rasul?” tanyaku.“Ya, meskipun cuma dua orang.” Kami tidak bertanya bila yang menjadi saksi hanya seorang.

Alangkah senangnya kita nanti jika kita meninggal banyak orag yang menyatakan, Masio  Dudu Sanak Dudu Kadang, yen Mati Melu Kelangan.

Demikian sedikit yang dapat kami sampaikan. Wabillahi taufiq wal hidayah wassalamualaikum warahmatullahiwabarokatuh





Sabtu, 03 September 2016

HAJI

assalaamu 'alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuhu
innalhamdalillaah, nahmaduhuu
wa nasta'iinuhuu wa nastaghfiruhu
wa na'uudzubillaahi min syuruuri 'anfusinaa
wa min syayyi-aati a'maalinaa
man yahdillaahu falaa mudhillalahu
wa man yudhlilhu falaa haadiyalahu
asyhadu anlaa ilaaha illallah  wahdahu laa syariikalaahu wa asyhadu annaa muhammadan 'abduhuu wa rasuuluhuu laa nabiyya ba'dahu

Jamaah Shalat  Shubuh yang dirahmati Allah
Kita panjatkan puja dan puji syukur kehadiratan allah swt, pada kesempatan yang berbahagia ini kita kembali bisa menjalankan shalat subuh berjamaah dan  menghadiri salah satu diantara majelis ilmu. Kita harapkan semoga Allah Subhana Wata Alla, berkenan untuk melimpahkan kepada kita semuanya ilmu yang bermanfaat, sehingga bisa kita amalkan sebagai bekal untuk menghadap Allah swt,  amin ya rabal alamin.

            Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan ke haribaan baginda Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam, beserta para keluarga, sahabat, dan semua orang yang mengikutnya hingga hari kemudian.

Jamaah Shalat  Shubuh yang dirahmati Allah Subhana Wata Alla.
Hari ini tanggal 9 dulhijah para jamaah haji sedang menunaikan salah satu rukun haji yaitu wukuf (berdiam) di arafah atau padang arafah  karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam  berkata dalam salah satu penggalan hadist :  al-hajju ‘arafah ‘ artinya : Haji itu adalah Arafah (wukuf di Arafah) (HR Tirmizi), sedangkan bagi kita yang tidak berada di sana/ tidak melaksanakan ibadah haji pada hari itu  dianjurkan untuk melakukan puasa yang biasanya di sebut puasa arafah. Puasa ini sangat dianjurkan bagi umat muslim yang tidak pergi haji, sebagaimana terdapat dalam riwayat dari Rasulullah  tentang puasa Arafah:

“ Dari Abu Qatadah Al-Anshariy (ia berkata),” Sesungguhnya Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam pernah di tanya tentang (keutamaan) puasa pada hari Arafah?” Maka dia menjawab, “ Menghapuskan (kesalahan) tahun yang lalu dan yang sesudahnya.” (HR. Muslim no.1162 dalam hadits yang panjang)          ”

Semoga para jamaah haji yang sedang melakukan wakuf di arafah saat ini menjadi haji yang  mabrur dan bermafaat sekembalinya ke tempat tinggalnya masing-masing. Dan biasanya kalau kembali lagi tanah air, biasanya bergelar haji.

Jamaah Shalat  Shubuh yang dirahmati Allah
Bagaimana sejarahnya kenapa setelah jammah haji itu pulang ke tanah air kemudian bergelar haji, sedangkan panegran diponegoro, imam bonjol, fatahelleh (sunan gunung jati) atau para wali itu meskipun orang indonesia  juda dan sudah berhaji tetapi tidak bergelar haji.

Ini dilatar belakangi oleh pemerintah Hinda Belanda yang menjalankan politik Islam, yaitu sebuah kebijakan dalam mengelola masalah-masalah Islam di Nusantara pada masa itu. Untuk mengawasi orang-orang yang melakukan ibadah haji, Belanda melakukan karantina haji dengan alasan menjaga kesehatan. Sejak tahun 1911-1933 Pulau Onrust dan Pulau Cipir (dulu namanya Pulau Khayangan) menjadi tempat penginapan sementara, bagi calon jemaah haji sebelum mereka bertolak ke Mekah dengan menggunakan kapal uap. Di pulau yang lengkap dengan fasilitas asrama dan rumah sakit ini mereka dikarantina selama tiga bulan, perjalanan pergi-pulang selama dua bulan, di Mekah selama tiga bulan, dan akan dikarantina lagi tiga bulan di Pulau Onrust sekembalinya dari Mekah. Jadi dulu perjalanan ibadah haji itu selama minimal 8 bulan.

Selain dikarantina para jamaah yang telah menjalankan ibadah Haji diberi gelar (kehormatan) Haji setelah selesai masa karantina. Padahal ini merupakan salah satu strategi politik dari Belanda. Karena , Pada masa itu sedang berkembang paham Pan-Islamisme di Timur Tengah dan  semakin banyak terjadi gerakan-gerakan pemberontakan di Indonesia yang pada umumnya dipimpin oleh para ulama.

Oleh pemerintah Belanda, mereka yang telah diberikan gelar haji di depan nama mereka ini  dibuat bangga dengan gelar tersebut. Padahal gelar Haji yang diberikan oleh pemerintah Belanda merupakan salah satu cara untuk mempermudah Belanda dalam melakukan proses pelacakan bagi jamaah yang memiliki kemungkinan untuk terlibat dalam gerakan pemberontakan terhadap pemerintah. Gelar ini menjadi semacam cap yang memudahkan pemerintah Hindia Belanda untuk mengawasi mereka yang dipulangkan ke kampung halaman. Misalnya di daerah A ada 3 haji, di daerah B ada 5 haji, dst. Jika terjadi pemberontakan Belanda mudah untuk menangkap orang-orang tersebut.

Jamaah Shalat  Shubuh yang dirahmati Allah
Seperti kita Ketahui bersama bahwa ibadah Haji adalah rukun Islam yang kelima. Menunaikan ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan yang dilaksanakan kaum muslim yang mampu. Namun untuk saat ini saya kira tidak hanya mampu saja namun juga harus sabar, betapa tidak daftar waiting list jemaah haji di jember sudah mencapai 18 tahun, sehingga bagi yang mendaftar sekarang baru 18 tahun kemudian bisa pergi ke mekah untuk menunaikan ibadah haji, bisa jadi kalau ada suami istri mendaftar hsji bareng-bareng, belum tentu 18 tahun kemudian bisa pergi ke mekkah (pergi haji) bareng-bareng, bisa juga pergi sendiri, karena istri atau suaminya sdauh meninggal atau juga bisa pergi sendiri-sendiri karena 18 tahun kemudian suami-istri ini sudah bukan berstatus suami istri lagi. Artinya sudah bercerai.

Kemudian bagaimana halnya bagi orang yang pingin barhaji tapi tidak bisa atau belum mampu menunaikan ibadah haji?

Jamaah Shalat  Shubuh yang dirahmati Allah
Kita harus menyakini bahwa Allah itu memiliki aifat maha adil  seperti dalam quran surat Al-Maa’idah ayat 8:
http://c00022506.cdn1.cloudfiles.rackspacecloud.com/

“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Allah-lah yang paling adil di antara yang adil. Neraca keadilan-Nya melingkupi keseluruhan alam semesta. Dia akan menegakkan keadilan di antara para hamba-Nya, di dunia dan di akhirat.

Karena Allah itu maha adil maka Allah tentu menyediakan sarana atau amalan yang kalau kita amalalkan maka amalan itu pahalanya setara dengan haji atau umroh

Berikuta ini bebarapa hadis yang menyebutkan amalan yang pahalanya setara dengan pahala haji dan umrah.

1. “Sekelompok orang-orang fakir miskin datang kepada Rasulullah SAW dan berkata, “Ya Rasulullah, orang-orang kaya telah memborong semua kedudukan yang tinggi serta kebahagiaan yang abadi dengan harta memreka. Mereka shalat dan berpuasa sebagaimana yang kami lakukan. Akan tetapi mereka mempunyai harta untuk menunaikan haji; umrah dan bersedekah.”  Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Sukakah kalian saya ajarkan sesuatu yang dapat mengejar orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang kemudian, dan tidak ada yang lebih utama dari kalian, kecuali mereka melakukan seperti yang kalian lakukan?” Mereka menjawab, “Baiklah ya Rasulullah.” Rasulullah SAW lalu bersabda, “Setiap selesai sholat bacalah olehmu Tasbih (Subhanallah); Tahmid (Alhamdulillah) dan Takbir (Allahu Akbar) masing-masing sebanyak 33 kali.” (Shahih; HR Bukhari).

2.  “Barang siapa shalat Shubuh berjamaah, kemudian duduk berzikir kepada Allah hingga matahari terbit, lalu shalat dua rakaat, maka ia mendapatkan pahala seperti pahala haji dan umrah secara sempurna, sempurna, sempurna.” (Shahih; Shahih Al-Jami’ hadits no. 6346).

3.  “Barang siapa berjalan untuk shalat wajib berjamaah maka itu pahalanya seperti pahala orang yang berhaji dan ihram. Barang siapa berjalan untuk shalat sunnah maka itu seperti pahala umrah.” (Hasan; Shahih Al-Jami’ hadits no. 6556).

4. “Barang siapa berjalan untuk shalat wajib dalam keadaan sudah suci (berwudhu di rumah), maka ia seperti mendapatkan pahala orang yang berhaji dan ihram….” (Shahih; HR Ahmad).

5.    “Shalat di masjid Quba’ itu seperti umrah.” (Shahih; Shahih Al-Jami’ hadits no. 3872).

6.    “Siapa yang bersuci di rumahnya kemudian datang ke masjid Quba’ dan shalat di dalamnya maka ia mendapatkan pahala seperti pahala umrah.” (Shahih; Shahih At-Targhib, 1181).

7.    “Umrah pada bulan Ramadhan itu bagaikan haji bersamaku (Nabi saw).” (Shahih; Shahih Al-Jami’ hadits no. 4098).

8.    Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda kepada seorang wanita Anshar, “Apa yang menghalangimu untuk ikut berhaji bersama kami?” Ia menjawab, “Kami tidak memiliki kendaraan kecuali dua ekor unta yang dipakai untuk mengairi tanaman. Bapak dan anaknya berangkat haji dengan satu ekor unta dan meninggalkan satu ekor lagi untuk kami yang digunakan untuk mengairi tanaman.” Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Apabila datang Ramadhan, berumrahlah. Karena sesungguhnya umrah di dalamnya menyamai ibadah haji.” (Shahih; Shahih At-Targhib, 1117).

9.    “Siapa yang menyiapkan bekal untuk orang yang akan berjihad, ibadah haji, mencukupi keluarga yang ditinggalkan atau memberi makan orang yang buka puasa maka ia mendapatkan pahala seperti pahala mereka tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun.” (Shahih; Shahih At-Targhib, 1078).

10.    Siapa yang pergi ke masjid—dan tidak ada yang diinginkan selain belajar tentang kebaikan atau mengajarkannya—maka ia mendapatkan pahala seperti pahala haji yang sempurna.” (Hasan Shahih; Shahih At-Targhib, 86).


Demikian sedikit yang dapat kami sampaikan.  Semoga kita menjadi hamba-hamba Allah yang senantiasa takut kepada-Nya, sehingga dengan itu kita menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Wabillahi taufiq wal hidayah wassalamualaikum warahmatullahiwabarokatuh

Bagaimana Nabi Berdoa

assalaamu 'alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuhu
innalhamdalillaah, nahmaduhuu
wa nasta'iinuhuu wa nastaghfiruhu
wa na'uudzubillaahi min syuruuri 'anfusinaa
wa min syayyi-aati a'maalinaa
man yahdillaahu falaa mudhillalahu
wa man yudhlilhu falaa haadiyalahu
asyhadu anlaa ilaaha illallah  wahdahu laa syariikalaahu wa asyhadu annaa muhammadan 'abduhuu wa rasuuluhuu laa nabiyya ba'dahu
Jamaah Shalat  Isya’ dan taraweh  yang dirahmati Allah Subhana Wata Alla 
Kita panjatkan puja dan puji syukur kehadiratan allah swt, pada kesempatan yang berbahagia ini kita kembali bisa menjalankan shalat Isya’ dan taraweh. Kita berharap semoga Allah Subhana Wata Alla, berkenan untuk menerima amalan kita ini nanti di akherat. amin ya rabal alamin.
                Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan ke haribaan baginda Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam, beserta para keluarga, sahabat, dan semua orang yang mengikutnya hingga hari kemudian.
Jamaah Shalat  Isya’ dan taraweh  yang dirahmati Allah Subhana Wata Alla ; Dalam Quran surah Al Ahzab ayat 21 Allah berfirman :

Description: 33:21
Artinya”Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah SAW suri teladan yang baik bagimu bagi orang yang mengharap rahmat Allah SWT dan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.(QS Al Ahzab:21).
Untuk dapat meneladani akhlak dan sifat Rasulullah SAW harus banyak belajar dari Al-Qur’an dan Al Hadits. Karena  setiap ayat dalam al-Quran selalu Beliau menjalankannya terlebih dahulu sebelum menyampaikannya kepada umatnya. Salah  satu contoh saja yaitu tentang bagaimana nabi berhubungan dengan Allah.
Dengan doa Nabi (saw) akan berhubungan  dengan Allah azzawajal,
Dengan Shalat nabi kita (saw) akan menemukan kedamaian
Kapan terakhir kali kita  menemukan kedamaian dalam Allah kita?
Kapan waktu  kita mengeluh kepada Alllah bukannya mengeluh kepada orang lain.
Sesungguhnya keluhan dari masalah saya dan kekhawatiran saya hanya untuk Allah Azza Wajalla
Marilah kita memperhatikan bagaimanakah Rosullulah  berhubungan dengan Allah.  Marilah kita  memcontoh bagaimana Rosul allah (saw) yang terhubung dengan Allah, Bagimana Rosullulah berkeluh kesah, bagaimana rosullulah menemukan kedemaian
Dalam hadits yang shahih  di dalam shabih Bukhari dan muslim.  Abdullah bin Syaqiq radiallahu anhu ta'ala Dia mengatakan bahwa saya (Abdullah bin Syaqiq) masuk ke dalam kamar Rosulullah (saw)  dan pada saat itu rosullulah sedang berdoa, dan saya (Abdullah bin Syaqiq) melihat bahwa jenggotnya menetes air  karena basah, seakan seember air telah dituangkan di kepalanya, seolah-olah sember air telah dituangkan di atas kepalanya, dan janggutnya basah kuyup karena menangis dari rasa takut allah, dapatkah kita bayangkan? Nabi kita (SAW) menangis begitu banyak karena  rasa takut terhadap Allah, dapatkah kita bayangkan? Bandingkan dengan kita kapan kita terakhir kalinya menanis dalam shlalat tahajut ditengah keheningan malam.
Muhammad Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang hamba yang banyak sekali bersyukur kepada Allâh Azza wa Jalla atas nikmat-nikmat-Nya dan sering bertaubat dan beristigfâr. Bahkan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat sampai kedua kaki beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bengkak, sehingga ada yang mengatakan :
“Wahai Rasûlullâh! Allâh telah mengampuni dosa-dosamu yang telah lewat dan yang datang?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan ringan menjawab, “Apakah aku tidak mau menjadi hamba yang banyak (pandai) bersyukur?!” (abdan syakura)
Meski beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat pandai bersyukur kepada atas segala limpahan nikmat-Nya, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap saja banyak beristighfâr, memohon ampun kepada Allâh Azza wa Jalla . Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Demi Allâh! Sesungguhnya aku beristighfar, memohon ampun kepada Allâh Azza wa Jalla lebih dari 70 kali dalam sehari.
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga sangat takut terhadap murka Allâh Azza wa Jalla .
Dalam hadist shahih dalam hadist riwayat muslim dari Hudzaifah radi allahu anhu berkata : saya shalat dengan Rosullullah di tengah malam, di rakaat pertama Rosullullah membacakan surah al bakarah, surat ali imron, surat Annissa dan Rosullullah berhenti di setiap ayat allah yang menyebutkan/ menggambarkan surga / jannah, dan Rosullullah berdoa memohon kepada Allah : Ya Allah masukkan aku masuk ke dalan surga dan Rosullullah berhenti di setiap ayat Allah  yang menyebut / menggambarkan neraka Jahanam dan Rosullullah berdoa: Ya Allah selamatkan aku  dari  neraka Jahanam
Rasuullulah , shalat di tengah malam, lamanya  6 sampai 7 jam,  pada malam hari dan berjihad fisabillah (berperang) di pagi dan siang harinya,  kadang tidak ada makanan untuk di makan, tidak ada air untuk diminum, sehingga terkadang Rosullullah puasa selama 3 sampai 4 hari pada satu minggunya, seperti itu perjuangan nabi kita.
Didalam hadist shahih lainnya HR. Abu Daud, Tirmidzi, An Nasa-i dan Ibnu Majah:  aisyah  mengatakan saya bangun di tengah malam dan saya mencari nabi ke sekitarnya  dan kahirnya tangan saya menyentuh kaki rosullulah  yang sedang berdoa dan rasullolah mengatakan dalam sujud nya doa berikut, apa yang doa yang ia katakan? Allahumma inni a’udzu bi ridhooka min sakhotik Ya Allah, aku berlindung dengan keridhoan-Mu dari kemarahan-Mu, wa bi mu’afaatika min ‘uqubatik, dan dengan kesalamatan-Mu dari hukuman-Mu , wa a’udzu bika minka, dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa-Mu, laa uh-shi tsanaa-an ‘alaik,  Aku tidak mampu menghitung pujian dan sanjungan kepada-Mu, anta kamaa atsnaita ‘ala nafsik, Engkau adalah sebagaimana Engkau sendiri memuji diriMU
Begitulah cara nabi memuji Allah, dan begitulah cara hati rosullulah keluar untuk Allah, dan begitulah   cara rosullulah melakukannya murni tanpa memberitahu istrinya,  tulus hanya  antara rosullulah dan Allah azzawajalla  saja.
Pantaslah kalau Rosulullah menjadi seorang hamba yang paling dicintai Allah Azza wajalla, kemudian bagaimana dengan kita, apakah kita juga termasuk orang yang dicintai Allah, kadang ada juga dari kita itu yang amalannya ya mungkin baru sedikit  aja, sudah merasa paling dicntai Allah sehingga sudah berani mengejek amalan orang lain, kadang kita dengar orang yang berkata atau dalam bhs jawanya ngerasani amalan orang.. iku lho pak a... gayane sholat e neng  masjid, ning ra tau tahlilan ra tau yasinan, rasakno mengko nek mati nglundung dewe neng kuburan, mungkin kaya di flim horor cina dulu, kalau ada orang mati terus dahinya dikasih kertas,  terus mayat tersebut bisa jakan dan digiring ke kuburan sama suhunya.
Bagaimana caranya kita tahu kalau kita ini sudah dicintai Allah?
Untuk mengetahui apakah kita itu dicintai Allah kita bisa meniru tahapan-tahapan yang dilakukan oleh Syaikh ‘Ali al-Thanthawi radiaalluhu anhu, karena kecintaan Allah Ta’ala terhadap hamba-hamba-Nya datang untuk beberapa sebab dan sifat yang Ia (Allah) menyebutnya dalam kitab-Nya yang Mulia (Al Quran). Tahap pertama : Allah mencintai “Al-muttaqien”; orang-orang yang bertakwa. Apakah kita sudah termasuk orang yang bertaqwa? Yaitu menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan Nya, Kalau belum mungkin kita termasuk dalam tahap yang kedua yaitu : Allah  mencintai “Al-Shaabirien”, orang-orang yang bersabar.  Apakah kita sudah termasuk orang-orang yang bersabar? Sabar dalam mendalam menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan Nya, Kalau belum, mungkin kata bisa masuk orang yang berada dalam tahap ketiga yaitu : Allah mencintai “Al-Mujaahidien”, orang-orang yang berjihad / bersungguh - sungguh. Apakah kita sudah termasuk ini yaitu sudah berjihad atau bersungguh-sungguh dalam mendalam menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan Nya,  kalau belum mungkin kita termasuk dalam tahap keempat yaitu : Allah itu mencintai “Al-Muhsinien”,  orang-orang yang berbuat baik/orang-orang yang suka berinfak.
Nah marilah kita mencoba memeriksa amalan-amalan kita, ternyata kalau kebanyakan terwarnai dengan kefuturan, kelalaian, celah/ cacat dan dosa-dosa kalau, maka marilah kita bertaubat karena Allah Ta’ala berfirman:  Innallaaha yuhibbu al-tawwabiina , Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat. Karena sifat inilah yang seharusnya ada pada diri kita...
Lha kalau kita tidak termasuk, muthaqin, shaabirien, mujahid dan kita juga  tidak mau bertaubat akan kefuturan, kelalaian, celah/ cacat dan dosa-dosa kita, maka celakalah kita,  berarti kita bukan termasuk orang-orang yang dicintai Allah, ya mungkin inilah orang yang pantas disebut orang sing nek mati glundung dewe neng kuburan.

Demikian sedikit yang dapat kami sampaikan.  Semoga kita menjadi hamba-hamba Allah yang senantiasa takut kepada-Nya, sehingga dengan itu kita menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Wabillahi taufiq wal hidayah wassalamualaikum warahmatullahiwabarokatuh

Mengingat Mati

assalaamu 'alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuhu
 innalhamdalillaah, nahmaduhuu
wa nasta'iinuhuu wa nastaghfiruhu
wa na'uudzubillaahi min syuruuri 'anfusinaa
wa min syayyi-aati a'maalinaa
man yahdillaahu falaa mudhillalahu
wa man yudhlilhu falaa haadiyalahu
asyhadu anlaa ilaaha illallah wahdahu laa syariikalaahu wa asyhadu annaa muhammadan 'abduhuu wa rasuuluhuu laa nabiyya ba'dahu

Jamaah Shalat  Isyak dan taraweh yang dirahmati Allah,
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat kepada kita, dan menuntun kita pada agama Islam,  dan menjadikan Ramadhan sebagai bulan yang penuh barokah dan rahmah bagi manusia.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan ke haribaan baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,  beserta para keluarga, sahabat, dan semua orang yang mengikutnya hingga hari kemudian.

Jamaah Shalat  Isyak dan taraweh yang dirahmati Allah,
Pada bulan-bulan ini yaitu bulan juni dan juli, bagi sebagian kita, terutama yang mempunyai anak yang ingin melanjutkan sekolahnya, adalah bulan-bulan yang mencemaskan, betapa tidak , orang tua mana yang tidak cemas terhadap keadaan anaknya, karena pada bulan juni dan juli, adalah bulan ujian akhir (ujian nasional), pengumuman kelulusan sekolah sekaligus bulan untuk mencari sekolah yang baru, kecemasan yang pertama adalah ketika akan melakukan UNAS, kemudian ketika menunggu hasil kelulusan anaknya, tentunya cemas kalau nilainya tidak bagus, kecemasan berikutnya adalah ketika mencari sekolah, yang dari sd ke smp, yang dari smp ke sma dan yang dari sma ke universitas, dan kecemasan yang ketiga adalah ketika diwajibkan untuk membayar uang sekolah dan tetek bengek lainnya,  disadari atau tidak bahwa sekolah yang baik diharapkan akan membawa kesuksesan pada kehidupan selanjutnya sehingga kalau tidak bisa bersekolah di tempat yang baik (yang favorit), ada anggapan  bahwa akan sangat berpengaruh terhadap kesuksesan anaknya di kemudian hari. Itulah kecemasan-kecemasan orang tua dan tentu saja beserta anaknya di bulan-bulan juni dan juli.

Jamaah yang dirahmati Allah,
Adalah wajar kita cemas terhadap kehidupan anak kita atau kehidupan kita, namun apakah kecemasan ini begitu besar?  Marilah kita bandingkan dengan kecemasan kita menghadapi kematian, apakah selama ini kita tidak cemas menghadapi kematian,? Kabeh  tiyang nek dipun takoni setunggal-setunggal, nopo njenengan takut menghapi kematian, jawab pe mesti ajrih, bahkan takut sekali. Nangin kemudian nek  ditakoni apa sing wis disiap ake kanggo ngadepi kematian, jawabnya akan sangat beragam, tapi sebagian besar jawabnya: ora weruh, tidak tahu.

INGAT mati termasuk salah satu akhlak terpuji dan perilaku luhur lagi mulia. Bagaimana tidak, mengingat kematian bukan sekadar ingat dan tidak lupa, namun lebih dari itu mengingat kematian berarti mempersiapkan bekal sebelum ajal datang.
Orang yang cerdas adalah orang yang tahu persis tujuan hidupnya. Kemudian mempersiapkan diri sebaik-baiknya demi tujuan tersebut. Maka, jika akhir kesempatan bagi manusia untuk beramal adalah kematian, mengapa orang-orang yang cerdas tidak mempersiapkannya?. Kalau kita termasuk orang yang pintar atau  bukan orang yang Bodoh maka kita mempersiapkan diri untuk menghaadapi kematian.

Ibnu Umar radhiyallaahu ‘anhuma berkata, “Suatu hari aku duduk bersama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba datang seorang lelaki dari kalangan Anshar, kemudian ia mengucapkan salam kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya, ‘Wahai Rasulullah, siapakah orang mukmin yang paling utama?’ Rasulullah menjawab, ‘Yang paling baik akhlaqnya’. Kemudian ia bertanya lagi, ‘Siapakah orang mukmin yang paling cerdas?’. Beliau menjawab, ‘Yang paling banyak mengingat mati, kemudian yang paling baik dalam mempersiapkan kematian tersebut, itulah orang yang paling cerdas.’ (HR. Ibnu Majah, Thabrani, dan Al Haitsamiy. )

Sehebat apapun seseorang, segesit bagaimanapun ia berlari, tidak ada yang bisa lepas dari jaring kematian. Di manapun, kapanpun, dan dalam keadaan bagaimanapun, kematian itu pasti akan datang menyergap, baik dalam keadaan kita siap atau tidak, baik dalam keadaan baik atau buruk, kematian adalah suatu kepastian.
Oleh karena itu, Allah Subhanahu wa ta`la (SWT) berfirman,
62:8 
Qul innaal mautaalladzi tafirruunaminhu fa-innahu mulaqiikum tzumma turadduuna ilaa ‘alimil ghaibi washshahadati fayunabbi-ukum bimakuntum ta’maluun
“Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka Sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu.” kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". (QS. Al-Jumu`ah [62]: 08)

Ada banyak cara dan kiat untuk membuat kita selalu ingat mati. Beberapa di antaranya:
Pertama, berusaha sekuat tenang untuk mengingat kematian yang menimpa orang lain, entah itu saudara, keluarga, atau siapa saja di antara manusia yang telah mendahului kita. Misalnya, saat kita berjalan kemudian berpapasan dengan rombongan yang memanggul keranda jenazah, di saat itulah kita berusaha mengingat kematian.
Atau saat tetangga kanan-kiri kita ada yang meninggal, kita juga berusaha mengingat kematian dengan mengatakan dalam diri kita, “Hari ini tetanggaku telah meninggal, mungkin esok, lusa, atau beberapa hari lagi aku yang akan dipanggil oleh Allah SWT.”
Hal demikian jika kita lakukan dengan sungguh-sungguh, akan membuat kita terhindar dari pembicaraan yang tidak berguna kala bertakziah kepada keluaraga yang ditinggal mati kerabatnya seperti yang sering kita perhatikan atau bahkan kita sendiri melakukannya.
Padahal Rasul pernah menegur beberapa orang yang berbicara tanpa guna. Beliau mengatakan, “Andaikata kalian banyak mengingat ‘pemotong kenikmatan’ niscaya kalian tidak banyak berbicara seperti ini, perbanyaklah mengingat ‘pemotong kenikmatan’. (HR. Turmudzi (2648)). Yang dimaksud pemotong kenikmatan adalah kematian.

Kedua, setelah kita mengingat kematian itu sendiri, cobalah kita membayangkan bagaimana sepi dan sunyinya alam kubur itu, tidak ada yang menemani di hari-hari yang dilalui. Suami atau istri yang paling cinta sekalipun tidak ada yang sanggup atau mau menemani jika kita telah wafat, terkubur dalam tumpukan debu dan tanah.
Diceritakan dari Abu Bakar Al-Isma`ili dengan sanandnya dari Usman bin Affan, bahwa Usman bin Affan apabila mendengar cerita neraka, ia tidak menangis. Bila mendengar cerita kiamat, ia tidak menangis. Namun, apabila mendengar cerita kubur, ia menangis.
“Mengapa demikian, wahai Amirul Mukminin,” tanya seseorang kepada beliau. Usman menjawab, “Apabila aku berada di neraka, aku tinggal bersama orang lain, pada hari kiamat aku bersama orang lain, namun bila aku berada di kubur, aku hanya seorang diri.” (Syeikh Muhammad bin Abu Bakar Al-`Ushfuri, Syarh Al-Mawaa`idz Al-`Ushfuuriyyah, Jakarta: Dar Al-Kutub Al-Islamiyah, hal. 28)
Kesendirian dan sepi senyapnya alam kubur dapat berubah menjadi kebahagiaan atau kesengsaraan, tergantung amal kita selama hidup di dunia. Kuburan dapat menjadi lumbung kebahagiaan atau menjadi sumber siksa dan sengsara. “Kubur itu bisa merupakan salah satu kebun surga atau salah satu parit neraka,” sabda Nabi SAW. (HR. Turmudzi (2460))

Ketiga, termasuk hal sangat dianjurkan dalam upaya kita mengingat mati adalah berziarah ke kubur. Ziara kubur merupakah perkara yang disunnahkan dan sangat direkomendasikan oleh rasul.
Lewat kegiatan ziarah, misalnya kita ke kuburan, di sana kita bisa melihat kuburanya pak A yang dulunya seorang pejabat yang sukanya menyuruh-nyuruh orang seenaknya ternyata sekarang nggak bisa apa2, atau melihat kuburannya ibu B yang dulunya seorang artis  yang suka pamer perhiasan, sekarang juga nggak bisa apa2, semuanya sudah berada di dalam tanah, dengan balasan amalannya,  dengan demikian kita mengambil pelajaran dan hikmah tentang keadaan alam kubur, dan apa yang terjadi di dalamnya, serta kehidupan yang akan dilewati usai dari alam kubur nantinya.
Dalam sebuah hadits, nabi berpesan, “Aku pernah melarang kalian untuk berziarah kubur, namun sekarang berziaralah sebab ia dapat mengingatkan akan kehidupan akhirat dan menjauhi kemewahan dunia.” (HR. Muslim (977))

Saat ini, musibah terjadi di mana-mana setiap saat. Sementara di sisi lain, banyak manusia tidak sadar bahwa detak jantung, denyut nadi mereka bisa saja berhentik berdetak sewaktu-waktu. Entah karena tabrakan, karena kecelakaan, karena banjir, tsunami atau bahkanya saat mereka sedang bersendau gurau dengan sana-keluarga. Sesungguhnya kematian merupakan langkah yang sudah pasti, kita hanyalah menunggu gilirannya.

Jamaah yang dirahmati Allah,
Mumpung saat ini di bulan Ramadhan, bulan penuh berkah, bulan penuh ampunan. Janganlah kita  menunda untuk berbuat amal shalih karena kesibukan duniawinya. Karena, selama manusia masih hidup, ia tidak akan lepas dari kesibukan. Orang yang berakal, orang yang pintar atau  bukan orang yang Bodoh , akan mengutamakan urusan akhirat yang pasti datang, dan mengalahkan urusan dunia yang pasti ditinggalkan. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman yang artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang melakukan demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi. Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya, Rabbku. Mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shalih”. Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan. [Al Munafiqun: 9-11].

Demikian sedikit yang dapat kami sampaikan. Semoga kita menjadi hamba-hamba Allah yang senantiasa takut kepada-Nya, sehingga dengan itu kita menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya


SUBHANAKA ALLAHUMMA WA BIHAMDIKA ASYHADU ALAA ILAAHA ILLA ANTA ASTAGHFIRUKA WA ATUUBU ILAIKA

Bagaimana Berdoa

assalaamu 'alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuhu
innalhamdalillaah, nahmaduhuu
wa nasta'iinuhuu wa nastaghfiruhu
wa na'uudzubillaahi min syuruuri 'anfusinaa
wa min syayyi-aati a'maalinaa
man yahdillaahu falaa mudhillalahu
wa man yudhlilhu falaa haadiyalahu
asyhadu anlaa ilaaha illallah  wahdahu laa syariikalaahu wa asyhadu annaa muhammadan 'abduhuu wa rasuuluhuu laa nabiyya ba'dahu
Jamaah Shalat  Shubuh yang dirahmati Allah Subhana Wata Allah 
Kita panjatkan puja dan puji syukur kehadiratan allah swt, pada kesempatan yang berbahagia ini kita kembali bisa menjalankan shalat subuh berjamaah dan  menghadiri salah satu diantara majelis ilmu. Kita harapkan semoga Allah Subhana Wata Alla, berkenan untuk melimpahkan kepada kita semuanya ilmu yang bermanfaat, sehingga bisa kita amalkan sebagai bekal untuk menghadap Allah swt,  amin ya rabal alamin.
                Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan ke haribaan baginda Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam, beserta para keluarga, sahabat, dan semua orang yang mengikutnya hingga hari kemudian.
Jamaah Shalat  Shubuh yang dirahmati Allah Subhana Wata Allah
Pada kesempatan ini saya akan membahas tentang Mengapa Doa kita Tidak Dikabulkan Allah?, ini bukan berarti doa-doa saya sudah dikabulkan oleh Allah. Malah justru sebaliknya, karena doa-doa saya belum semuanya diakabulkan Allah, maka saya mencari tahu mengapa  doa kok belum dikabulkan, mungkin dari sekian jamaah di sini juga mengalami hal ini. Jadi mungkin topik ini bermanfaat. Kerena terkabulnya doa kita bisa menjadi semacam indikator keberhasilan amalan-amalan lainnya, apakah itu diterima Allah atau tidak, misalnya sholat, puasa, sedekah dll nya.
Jamaah Shalat  Shubuh yang dirahmati Allah Subhana Wata Allah
Sebagaimana ibadah-ibadah lainnya, supaya dikabulkan, doa harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan agama. Berupa ikhlas lillahi ta’ala dan meneladani tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Jika itu tidak terpenuhi, maka doa akan terhalang untuk dikabulkan Allah ta’ala.
Doa juga sama seperti amalan lainnya, tidak semua doa dikabulkan oleh Allah Subhanahu Wa ta'ala, walaupun Allah sendiri telah berfirman, Ud’uni astajib lakum, berdoalah kepadaku niscaya akan aku( Allah) kabulkan, dalam ayat ini jelas sekali Allah Subhanahu Wa ta'ala berjanji untuk mengabulkan doa, akan tetapi kenapa, kok kadang-kadang ketika kita berdoa belum dikabulkan juga oleh Allah, apa penyebabnya, apa yang meyebababkan doa kita tidak dikabulkan Allah, padahal Allah sudah berjanji Ud’uni astajib lakum, nah seperti ini menuntut kita untuk mengkoreksi doa-doa kita, kira-kira apa yang perlu kita tingkatkan dari doa-doa kita, agar doa itu dikabulkan Allah.
Para ulama sejak zaman dahulu sudah menjelaskan bahwa seseorang supaya doanya dikabulkan selain dia harus memenuhi syarat yang syariatkan oleh agama, dia juga harus menghindarkan hal-hal yang menghalangi terkabulnya doa, bahwa ternyata doa itu terkadang tidak dikabulkan karena adanya penghalang yang menghalangi terkabulnya doa tersebut, dan para ulama kita menjelaskan , diantaranya imam ibnu qayyim al jauzi,  bahwa penghalang terkabulnya doa secara garis besar itu terbagi menjadi dua, yaitu yang pertama yang menjadi penghalang adalah yang ada di dalam diri orang yang berdoa, diri sendiri orang itu yang bermasalah, dan yang kedua adalah penghalang didalam isi doanya, redaksi doanya itu yang bermasalah, orang itu bermasalah atau isi doanya yang bermasalah, contoh misalnya orangnya yang bermasalah orang ini banyak makan sesuatu yang haram, makanannya haram, minumannya haram, bajunya haram, sehingga orang ini bermasalah,  contoh yang kedua redaksi doanya bermasalah ketika isi doanya adalah redaksi seseorang meminta sesuatu yang seharusnya tidak boleh diminta, contohnya dia minta kepada Allah dalam doanya diminta, ya allah saya rezeki yang banyak supaya kalau saya punya rezeki yang banyak saya bisa berjudi, isi doanya seperti ini bermasalah, mungkin orangnya nggak bermasalah, tapi isi doa yang dia minta bermasalah, jadi orang itu kalau doanya berleum dikabulkan oleh Allah, cobalah dilihat lagi dari kedua sisi ini, yaitu orangnya bermasalah atau isi doanya yang bremasalah, kalau misalnya salah satu faktor atau kedua-duanya, maka ya itulah penyebab doa kita tidak dikabulkan Allah,
Jadi kedua faktor ini kalau lebih diperinci lagi , maka salah satu penghalang doa adalah ketika seseoarang tidak yakin dan tidak konsentrasi dalam berdoa, apa dalilnya, dalilnya adalah salah satu hadist nabi Muhammad  shallallahu’alaihiwasallam, yang  menjelaskan,
‘Ad ullaha wa’antum muqinu bi ijabati wa’lamu anna llaha la yastajiibu dua an min qalbin ghafilin lahin ’
“Berdoalah kepada Allah dalam keadaan kalian yakin akan dikabulkan. Ketahuilah bahwa sungguh Allah biasanya tidak mengabulkan doa yang keluar dari hati yang tidak konsentrasi dan lalai”. HR. Tirmidzy dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu dan dinilai hasan oleh Syaikh al-Albany.
Tidak yakin itu maksudnya gimana, maksudnya kita itu berdoa tapi tidak ada keyakinan kalau doa ini akan diterima allah, jadi doanya kayak apa, misalnya doanya kayak gini, ya allah saya minta ini ya kalau dikasih nggak papa nggak dikasih ya nggak papa, bahkan sebagian orang ketika berdoa didalam hatinya sudah mbatin, wah koyok e doaku ngga dikabulke, ini yang disebut tidak yakin di dalam doa, ini salah satu penyebab doa seorang tidak dikabulkan, atau juga orang tidak dikabulkan doanya karena orang itu tidak berkonsentrasi dalam berdoa, maksudnya bagaimana, apa yang kita omongkan di bibir kita, tidak kita resapkan di pikiran dan hati kita, alias ngomong sesuatu yang tidak kita yakini, tidak kita sadari, tidak kita fahami apa yang diomongkan, atau ngomong thok,
Ini sering terjadi antara lain, ketika kita doa bareng-bareng, doa bersama itu boleh, kalau dalam moment-momen seperti yang dicontohkan Nabi, tetapi kadang-kadang ketika ada orang doa bersama, ketika pemimpin membaca doa, orang yang meng amininya, itu kadang-kadang itu asal mengamini, kadang-kadang belum sampai pada potongan yang diamini sudah diamini, misalnya rabana.. aamiin... atina... aamiin ,  itu menunjukkan orang ini yang penting mengucapkan amin, tapi nggak tahu apa yang diamini,
Contoh lainnya, ketika orang itu mengucapkan sesuatu (doa) tersebut, sekedar mengucapkan di lisannya saja, tapi tidak diresapi dalam hati, orang misalnya habis sholat dia berdoa dengan mengakat tangan berdoa kepada Allah, sing penting mulutnya komat-kamit, entah apa yang dia baca itu,  tidak dia hadirkan di dalam hatinya saat itu,  buktinya apa, buktinya kalau orang itu habis berdoa, ya  sudah , kalau orang itu di tanya, tadi doa apa ?, jawabnya apa ya, ya donga sing biasane lah, ini menunjukkan kalau dia itu berdoa yang penting  lisannya hanya komat-kamit saja, tidak diiringi dengan peresapan di dalam hati, nah inilah yang menyebabkan doa itu tidak dikabulkan Allah,
Contoh lain ketika kita keluar rumah, doanya pasti kita sudah hapal yaitu bismillahi tawakaltu alla lahi la haula walla kuata illa bilah, dalam hadist yang sahih disebutkan bahwa kalau orang keluar rumahnya dengan membaca doa itu, maka  orang itu akan mendapat beberapa keberuntungan diantaranya, dia akan mendapat petunjuk (tidak akan tersesat), dia akan mendapatkan perlindungan (tidak akan celaka) , dia akan dicukupi apa seluruh keperluannya (tidak akan merugi), itu janji nabi buat orang yang keluar rumah membaca doa tersebut, tapi, ada kasus-kasus ketika orang keluar rumah sudah membaca doa itu dia celaka, ketika dia ditanya, ketika keluar rumah sudah baca doa belum, ya sudah, tapi ketika ditanya lagi, apa ketika berdoa hanya dilisan saja atau juga dengan meresapinya di hati, jawabnya ya pokoknya ngomong saja, kan sudah hafal, ya otomatis,  kalau saya keluar rumah ya otomatis keluar doa itu, Lha di sini permaslahannya, ketika kita membaca doa bismillahi tawakaltu alla lahi la haula walla kuata illa bilah, hanya di lisan saja. Doa itu kalau pingin dikabulkan harus diresapi maknanya, jadi kalau berdoa itu nggak boleh kalau niatnya coba-coba,
Ya begitulah kelihatanya doa itu gampang, akan tetapi, ketika seseorang itu sukses dalam doanya, maka insyaallah ibadah-ibadah lainya, akan sukses, karena di dalam doa itu ibarat kita lagi berlatih beribadah, namanya lagi latihan beribadah, nah ketika kita berdoa, apakah kita sukses berdoa dengan khusuk, apakah kita sukses berdoa dengan berkonsentrasi,  dengan keyakin, apakah kita sukses atau tidak, kalau kita sukses, maka dengan ijin allah ibadah-ibadah lainnya akan sukses juga, tentu saja dengan cara yang benar.
Demikian sedikit yang dapat kami sampaikan.  Semoga kita menjadi hamba-hamba Allah yang senantiasa takut kepada-Nya, sehingga dengan itu kita menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Wabillahi taufiq wal hidayah wassalamualaikum warahmatullahiwabarokatuh

CINTA

UMUR MANUSIA

assalaamu 'alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuhu
innalhamdalillaah, nahmaduhuu
wa nasta'iinuhuu wa nastaghfiruhu
wa na'uudzubillaahi min syuruuri 'anfusinaa
wa min syayyi-aati a'maalinaa
man yahdillaahu falaa mudhillalahu
wa man yudhlilhu falaa haadiyalahu
asyhadu anlaa ilaaha illallah  wahdahu laa syariikalaahu wa asyhadu annaa muhammadan 'abduhuu wa rasuuluhuu laa nabiyya ba'dahu

Jamaah Shalat  Shubuh yang dirahmati Allah Subhana Wata Allah 
Kita panjatkan puja dan puji syukur kehadiratan allah swt, pada kesempatan yang berbahagia ini kita kembali bisa menjalankan shalat subuh berjamaah dan  menghadiri salah satu diantara majelis ilmu. Kita berharap semoga Allah Subhana Wata Alla, berkenan untuk melimpahkan kepada kita semuanya ilmu yang bermanfaat, sehingga bisa kita amalkan sebagai bekal untuk menghadap Allah swt,  amin ya rabal alamin.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan ke haribaan baginda Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam, beserta para keluarga, sahabat, dan semua orang yang mengikutnya hingga hari kemudian.

Jamaah Shalat  Shubuh yang dirahmati Allah Subhana Wata Allah
Dalam bahasa Jawa seperti yang kita ketahui angka jawa dimulai dengan siji, loro, telu dst sampai sepuluh, angka 11 tidak disebut sebagai 'sepuluh siji', 12 bukan 'sepuluh loro', 13 bukan 'sepuluh telu' dan seterusnya hingga angka 19 yang tidak disebut sebagai 'sepuluh songo'. Namun, angka 11 disebut sebagai 'sewelas', 12 disebut sebagai 'rolas' dan seterusnya hingga 19 yang disebut sebagai 'songolas'. Mengapa sepuluhan diganti dengan welasan? Karena pada usia 11 tahun hingga 19 tahun adalah saat-saat berseminya rasa welas asih (belas kasih) pada jiwa seseorang, terutama terhadap lawan jenis. Itulah usia di mana seseorang memasuki masa akil baligh, masa remaja. Pada angka 21 tidak disebut sebagai 'rongpuluh siji', 22 tidak disebut rongpuluh loro, dst, melainkan 21 disebut selikur, 22 disebut rolikur, dan seterusnya hingga 29 yang disebut songo likur, kecuali angka 25 yang disebut sebagai selawe. Likur merupakan kependekan dari LIngguh KURsi, artinya duduk di kursi. Mengapa disebut demikian? pada usia 21 hingga 29 itulah pada umumnya manusia mendapatkan “tempat duduknya”, baik itu berupa pekerjaannya atau profesi yang akan ditekuni dalam kehidupannya; apakah sebagai pegawai, pedagang, dll.  Angka 25 memiliki sebutan khusus, bilangan 25 tidak disebut sebagai limang likur, melainkan selawe. Selawe merupakan singkatan dari SEneng-senenge LAnang lan WEdok, itulah puncak asmaranya seorang laki-laki dan perempuan, yang ditandai oleh adanya pernikahan. Maka pada usia tersebutlah (25) pada umumnya seorang laki-laki berumah tangga. Setelah itu 30 (telong puluh), 40 (petang puluh) dan seterusnya. Pada bilangan 50. Mestinya, angka ini disebut sebagai limang puluh, namun sebutan populernya tidaklah demikian, angka 50 lebih sering disebut dengan seket. SEKET merupakan kependekan dari kalimat SEneng KEthonan, artinya suka memakai kethu / alias tutup kepala/topi/kopiah dan sebagainya. Hal ini menandakan usia seseorang semakin lanjut, dan tutup kepala merupakan lambang dari semua itu. Tutup kepala bisa juga berupa kopiah yang melambangkan orang yang senang beribadah. Pada usia 50 sudah seharusnya seseorang lebih memperhatikan ibadahnya. Setelah sejak umur likuran bekerja keras mencari kekayaan untuk kehidupan dunia, sekitar 25 tahun kemudian, yaitu pada usia 50 perbanyaklah ibadah, untuk bekal memasuki kehidupan akhirat.  Untuk  angka  60. Angka ini tidak disebut  enem puluh, tapi lebih sering diseut dengan sewidak atau suwidak. Sewidak merupakan kependekan dari 'SEjatine WIs wayahe tinDAK'. Maknanya, sesungguhnya pada usia tersebut sudah saat seseorang bersiap-siap untuk pergi meninggalkan dunia fana ini. Maka kalau usia kita sudah mencapai 60, lebih berhati-hatilah dan tentu saja semakin banyaklah bersyukur, karena usia selebihnya adalah bonus dari Yang Maha Kuasa.
Sekarang bagaimana umur menurut Islam, Jamaah Shalat  Shubuh yang dirahmati Allah.    Al-Qur'an yang telah menyebutkan umur 40 tahun dengan tegas, dan itu harus menjadi perhatian kita. Sehingga, saat memasuki usia ini para ulama salaf mencapai kebaikan amal mereka dan menjadikannya sebagai hari-hari terbaik dalam hidupnya.

Allah Ta'ala berfirman,  


"Sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri"." (QS. Al-Ahqaf: 15)

Ayat ini mengisyaratkan, bahwa saat sudah menginjak usia 40 tahun hendaknya seseorang mulai meningkatkan rasa syukurnya kepada Allah juga kepada orang tuanya. Ia memohon kepada Allah, agar diberi hidayah, taufik, dibantu, dan dikuatkan agar bisa menegakkan kesyukuran ini. Karena segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ini adalah dengan kehendak dan izin Allah, sehingga ia meminta hal itu kepada Allah. Ini sebagaimana doa yang diajarkan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam kepada Mu'adz bin Jabal, "Aku wasiatkan kepadamu wahai Mu'adz, Janganlah engkau tinggalkan untuk membaca sesudah shalat doa ini:

ALLAHUMMAA ’INNI ‘ALA DZIKRIKA WA SYUKRIKA WA HUSNI ‘IBADATIK ; "Ya Allah, bantulah aku untuk berdzikir, beryukur, dan memperbaiki ibadah kepada-Mu." (HR. Ahmad, Abu Dawud)

Karena sesungguhnya kita sangat butuh kepada pertolongan Allah dalam menjalankan perintah, menjauhi larangan, dan sabar atas ketetapan-ketetapan takdir Allah. Sebenarnya bersyukur itu, seharusnya sepanjang umur. Kenapa dikhususkan pada umur 40 tahun ini, karena pada saat usia ini seseorang benar-benar harus sudah mengetahui segala nikmat Allah yang ada padanya dan pada orang tuanya, lalu ia mensyukurinya.

Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata, "Allah Ta'ala menyebutkan orang yang sudah mencapai umur 40 tahun, maka sesungguhnya telah tiba baginya untuk mengetahui nikmat Allah Ta'ala yang ada padanya dan kepada kedua orang tuanya, kemudian mensyukurinya."

Saat seseorang berumur 40 tahun, maka ia memiliki tanggungjawab baik di dalam keluarga maupun di dalam masyarakat yang lebih besar. Anak-anak mereka memerlukan biaya yang lebih banyak misalnya  untuk pendidikan dan lainnya. Sementara orang tuanya, pastinya sudah renta dan sangat memerlukan bantuan dari anak-anaknya. Di sinilah sering seseorang melupakan orang tuanya karena konsentrasinya yang lebih terhadap keluarga dan anak-anaknya. Padahal seharusnya dengan bertambahnya umur semakin membuat ia sadar akan jasa-jasa orang tuanya kepada dirinya. Sehingga disebutkan dalam hadits, "Merugilah seseorang, merugilah seseorang, merugilah seseorang yang mendapatkan kedua orang tuanya, salah seorang atau kedua-duanya, tapi tidak bisa masuk surga (dengan itu)." " (HR. Ahmad dan lainnya)

Sesudah seorang muslim diperintah berbuat baik kepada orang yang di atasnya dan mengerjakan amal shalih untuk dirinya, maka janganlah ia lupa terhadap anak keturunanya. Ia juga wajib memperhatikan pendidikan dan pengarahan kepada mereka, agar mereka (anak keturunanya tersebut)  menjadi orang yang taat kepada Allah Ta'ala. Karena mereka adalah amanat yang harus diarahkan untuk taat kepada Tuhan-Nya.

Dan sesungguhnya di antara balasan dari amal shalih seorang muslim adalah diperbaiki keturunan mereka. Baiknya orang tua akan berefek kepada perbaikan anak. Ini harusnya menjadi pelajaran, dalam melakukan pendidikan kepada anak kita, seharuslah orang tua terlebih dahulu atau memulai dengan menshalihkan diri mereka dengan ilmu dan amal. Sesungguhnya baiknya orang tua dengan ilmu dan amal termasuk salah satu yang menjadikan penyebab baiknya anak-anak mereka. Selain itu, kita juga diwajibkan berdoa kepada Allah agar anak kita menjadi anak yang sholeh dan doa di dalam QS Al-Ahqaf ayat 15, bisa kita gunakan untuk memohon Allah agar anak kita menjadi anak yang sholeh sholehan.

Usia 40 tahun haruslah juga menjadi titik tolak seorang muslim untuk pembaharuan taubat, penyesalan atas dosa-dosa dan kufur nikmat selama hidupnya. Karena pada usia ini seseorang benar-benar telah merasakan banyaknya nikmat dan itu tidak sebanding dengan rasa syukurnya terhadap Allah. Maka pengakuan dosa pasti akan mengalir dari orang yang mau merenungkan masa lampaunya, sehingga dari itu, lahirlah penyesalan, tumbuhlah istighfar dan taubat kepada Allah.  

Oleh sebab itu,disebutkan dalam doa di atas, inni tubtu ilaika wa inni minal muslimiin, "Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri." (QS. Al-Ahqaf: 15)

Pada usia 40 tahuan dan seterusnya  seorang muslim seharusnya sudah secara istikomah menjalankan semua ibadah-ibadah yang wajib yaitu sholat, puasa, zakat dan haji kalau mampu, dan dia juga seharusnya sudah mulai memperbanyak ibadah sunah, misalnya sholat2 sunah, puasa2 sunah, memperbanyak ifaq, memperbanyak zikir dan ibadah sunah yang lainnya, pada usia 40 tahun keatas  seorang  seharusnya juga sudah mulai meninggalkan hal yang subhat maupun yang mahruh,  kalau kita lihat disekiling kita masih banyak orang yang berusia 40 tahun keatas masih suka beraktifitas yang mahruh, misalnya begadang sampai pagi, tanpa tujuan yang jelas, atau catur sampai pagi atau  main game pokemon go atau kegiatan  subhat maupun yang mahruh lainnya. Dan juga termasuk ada baiknya mulai meninggalkan makanan minuman yang subhat maupun yang mahruh, misalnya kodok, bekicot, rokok dan lainnya.

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, "Dan di dalamnya (maksudnya QS. Al-Ahqaf: 15)  terdapat petunjuk bagi orang yang sudah berusia 40 tahun agar memperbaharui taubat dan inabah (kembali kepada Allah dengan bertobat) serta bertekad kuat atasnya." Dia harus terus meninggakatkannya yaitu taubat dan inabah ini, saat usianya menginjak  40 tahun sampai ajal menjemputnya. Karena Tidak ada seorang pun yang tahu kapan ajalnya akan menjemput. Juga tidak ada yang tahu di belahan bumi mana dia akan mati.

Hanya saja, ada beberapa tanda yang kadang menjadi petunjuk bahwa ajalnya kian dekat, seperti: menderita sakit parah yang umumnya tidak mungkin lagi disembuhkan, sudah berusia lanjut, tertimpa musibah yang mematikan, atau hal-hal lain yang umumnya bisa menjadi sebab kematian.  Manakala seseorang merasa ajalnya semakin dekat, ketika sakitnya bertambah parah atau kondisi semisal itu, dia wajib memperbaiki keadaan ukhrawinya dengan taubat kepada Allah, dan mengembalikan hak setiap orang yang dia zalimi serta memohon maaf dari mereka. Ingat ketika Rosullullah akan wafat, dimana di dahului dengan sakit selama dua minggu, pada saat itu Rosullullah bertanya kepada sahabatnya siapa yang pernah beliau sakiti, kemudian Akasyah bilang pernah beliau sakiti, numun sebernarnya tujuan Akasyah adalah ingin memeluk nabi sebelum Rosullulah wafat. Maka ada juga cerita, ada seorang beriman ketika dia sudah tua renta, sakit-sakitan, maka dia merasa hidupnya tidak lama lagi, kemudian setiap hari dia minta diantar  anaknya meskipun dengan memakai kursi roda ( jadi orang tua ini duduk dikursi roda dan didorong oleh anaknya dari belakang) keliling kampung menemuai orang-orang untuk minta maaf. Dan itu dilakukan tiap pagi hingga orang tadi meninggal dunia. Namun ada juga seseorang ketika dia sudah tua renta, sakit-sakitan, tapi dia tidak merasa hidupnya tidak lama lagi, maka terkadang timbul keinginan yang macam-macam, ada yang sudah sakit tak berdaya, sudah tidak bisa apa-apa lagi, giginya juga sudah ompong, tapi masih minta dibelikan sate dan gulenya pak toha, begitu dibelikan, e.. Cuma dijilat saja... anak bilang ini sudah pak... ya sudah jawab bapaknya.. terus ini satenya diapakan jawab anaknya.. ya wis kamu makan saja... elah jawab anaknya.

Seiring makin dekatnya kematian dan kuatnya sakaratul maut, seorang mukmin akan menghadapinya dengan jiwa gembira dan teguh. Insyaallah dia akan menghadapi (kematian dan sakaratul maut) dengan mudah. Karena dia diliputi rindu untuk menyongsong sesuatu yang akan didapatinya setelah kematian, yaitu perjumpaan dengan Allah.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga Allah memilih kita menjadi hamba-Nya yang dikaruniakan husnul khatimah dan Allah mengutus malaikat-Nya untuk memberi kabar gembira kepada kita saat ajal menjemput kita. Sehingga kita senang bertemu dengan Allah dan mendapatkan kabaikan yang telah Allah janjikan.


Wabillahi taufiq wal hidayah wassalamualaikum warahmatullahiwabarokatuh