Sabtu, 03 September 2016

HAJI

assalaamu 'alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuhu
innalhamdalillaah, nahmaduhuu
wa nasta'iinuhuu wa nastaghfiruhu
wa na'uudzubillaahi min syuruuri 'anfusinaa
wa min syayyi-aati a'maalinaa
man yahdillaahu falaa mudhillalahu
wa man yudhlilhu falaa haadiyalahu
asyhadu anlaa ilaaha illallah  wahdahu laa syariikalaahu wa asyhadu annaa muhammadan 'abduhuu wa rasuuluhuu laa nabiyya ba'dahu

Jamaah Shalat  Shubuh yang dirahmati Allah
Kita panjatkan puja dan puji syukur kehadiratan allah swt, pada kesempatan yang berbahagia ini kita kembali bisa menjalankan shalat subuh berjamaah dan  menghadiri salah satu diantara majelis ilmu. Kita harapkan semoga Allah Subhana Wata Alla, berkenan untuk melimpahkan kepada kita semuanya ilmu yang bermanfaat, sehingga bisa kita amalkan sebagai bekal untuk menghadap Allah swt,  amin ya rabal alamin.

            Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan ke haribaan baginda Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam, beserta para keluarga, sahabat, dan semua orang yang mengikutnya hingga hari kemudian.

Jamaah Shalat  Shubuh yang dirahmati Allah Subhana Wata Alla.
Hari ini tanggal 9 dulhijah para jamaah haji sedang menunaikan salah satu rukun haji yaitu wukuf (berdiam) di arafah atau padang arafah  karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam  berkata dalam salah satu penggalan hadist :  al-hajju ‘arafah ‘ artinya : Haji itu adalah Arafah (wukuf di Arafah) (HR Tirmizi), sedangkan bagi kita yang tidak berada di sana/ tidak melaksanakan ibadah haji pada hari itu  dianjurkan untuk melakukan puasa yang biasanya di sebut puasa arafah. Puasa ini sangat dianjurkan bagi umat muslim yang tidak pergi haji, sebagaimana terdapat dalam riwayat dari Rasulullah  tentang puasa Arafah:

“ Dari Abu Qatadah Al-Anshariy (ia berkata),” Sesungguhnya Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam pernah di tanya tentang (keutamaan) puasa pada hari Arafah?” Maka dia menjawab, “ Menghapuskan (kesalahan) tahun yang lalu dan yang sesudahnya.” (HR. Muslim no.1162 dalam hadits yang panjang)          ”

Semoga para jamaah haji yang sedang melakukan wakuf di arafah saat ini menjadi haji yang  mabrur dan bermafaat sekembalinya ke tempat tinggalnya masing-masing. Dan biasanya kalau kembali lagi tanah air, biasanya bergelar haji.

Jamaah Shalat  Shubuh yang dirahmati Allah
Bagaimana sejarahnya kenapa setelah jammah haji itu pulang ke tanah air kemudian bergelar haji, sedangkan panegran diponegoro, imam bonjol, fatahelleh (sunan gunung jati) atau para wali itu meskipun orang indonesia  juda dan sudah berhaji tetapi tidak bergelar haji.

Ini dilatar belakangi oleh pemerintah Hinda Belanda yang menjalankan politik Islam, yaitu sebuah kebijakan dalam mengelola masalah-masalah Islam di Nusantara pada masa itu. Untuk mengawasi orang-orang yang melakukan ibadah haji, Belanda melakukan karantina haji dengan alasan menjaga kesehatan. Sejak tahun 1911-1933 Pulau Onrust dan Pulau Cipir (dulu namanya Pulau Khayangan) menjadi tempat penginapan sementara, bagi calon jemaah haji sebelum mereka bertolak ke Mekah dengan menggunakan kapal uap. Di pulau yang lengkap dengan fasilitas asrama dan rumah sakit ini mereka dikarantina selama tiga bulan, perjalanan pergi-pulang selama dua bulan, di Mekah selama tiga bulan, dan akan dikarantina lagi tiga bulan di Pulau Onrust sekembalinya dari Mekah. Jadi dulu perjalanan ibadah haji itu selama minimal 8 bulan.

Selain dikarantina para jamaah yang telah menjalankan ibadah Haji diberi gelar (kehormatan) Haji setelah selesai masa karantina. Padahal ini merupakan salah satu strategi politik dari Belanda. Karena , Pada masa itu sedang berkembang paham Pan-Islamisme di Timur Tengah dan  semakin banyak terjadi gerakan-gerakan pemberontakan di Indonesia yang pada umumnya dipimpin oleh para ulama.

Oleh pemerintah Belanda, mereka yang telah diberikan gelar haji di depan nama mereka ini  dibuat bangga dengan gelar tersebut. Padahal gelar Haji yang diberikan oleh pemerintah Belanda merupakan salah satu cara untuk mempermudah Belanda dalam melakukan proses pelacakan bagi jamaah yang memiliki kemungkinan untuk terlibat dalam gerakan pemberontakan terhadap pemerintah. Gelar ini menjadi semacam cap yang memudahkan pemerintah Hindia Belanda untuk mengawasi mereka yang dipulangkan ke kampung halaman. Misalnya di daerah A ada 3 haji, di daerah B ada 5 haji, dst. Jika terjadi pemberontakan Belanda mudah untuk menangkap orang-orang tersebut.

Jamaah Shalat  Shubuh yang dirahmati Allah
Seperti kita Ketahui bersama bahwa ibadah Haji adalah rukun Islam yang kelima. Menunaikan ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan yang dilaksanakan kaum muslim yang mampu. Namun untuk saat ini saya kira tidak hanya mampu saja namun juga harus sabar, betapa tidak daftar waiting list jemaah haji di jember sudah mencapai 18 tahun, sehingga bagi yang mendaftar sekarang baru 18 tahun kemudian bisa pergi ke mekah untuk menunaikan ibadah haji, bisa jadi kalau ada suami istri mendaftar hsji bareng-bareng, belum tentu 18 tahun kemudian bisa pergi ke mekkah (pergi haji) bareng-bareng, bisa juga pergi sendiri, karena istri atau suaminya sdauh meninggal atau juga bisa pergi sendiri-sendiri karena 18 tahun kemudian suami-istri ini sudah bukan berstatus suami istri lagi. Artinya sudah bercerai.

Kemudian bagaimana halnya bagi orang yang pingin barhaji tapi tidak bisa atau belum mampu menunaikan ibadah haji?

Jamaah Shalat  Shubuh yang dirahmati Allah
Kita harus menyakini bahwa Allah itu memiliki aifat maha adil  seperti dalam quran surat Al-Maa’idah ayat 8:
http://c00022506.cdn1.cloudfiles.rackspacecloud.com/

“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Allah-lah yang paling adil di antara yang adil. Neraca keadilan-Nya melingkupi keseluruhan alam semesta. Dia akan menegakkan keadilan di antara para hamba-Nya, di dunia dan di akhirat.

Karena Allah itu maha adil maka Allah tentu menyediakan sarana atau amalan yang kalau kita amalalkan maka amalan itu pahalanya setara dengan haji atau umroh

Berikuta ini bebarapa hadis yang menyebutkan amalan yang pahalanya setara dengan pahala haji dan umrah.

1. “Sekelompok orang-orang fakir miskin datang kepada Rasulullah SAW dan berkata, “Ya Rasulullah, orang-orang kaya telah memborong semua kedudukan yang tinggi serta kebahagiaan yang abadi dengan harta memreka. Mereka shalat dan berpuasa sebagaimana yang kami lakukan. Akan tetapi mereka mempunyai harta untuk menunaikan haji; umrah dan bersedekah.”  Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Sukakah kalian saya ajarkan sesuatu yang dapat mengejar orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang kemudian, dan tidak ada yang lebih utama dari kalian, kecuali mereka melakukan seperti yang kalian lakukan?” Mereka menjawab, “Baiklah ya Rasulullah.” Rasulullah SAW lalu bersabda, “Setiap selesai sholat bacalah olehmu Tasbih (Subhanallah); Tahmid (Alhamdulillah) dan Takbir (Allahu Akbar) masing-masing sebanyak 33 kali.” (Shahih; HR Bukhari).

2.  “Barang siapa shalat Shubuh berjamaah, kemudian duduk berzikir kepada Allah hingga matahari terbit, lalu shalat dua rakaat, maka ia mendapatkan pahala seperti pahala haji dan umrah secara sempurna, sempurna, sempurna.” (Shahih; Shahih Al-Jami’ hadits no. 6346).

3.  “Barang siapa berjalan untuk shalat wajib berjamaah maka itu pahalanya seperti pahala orang yang berhaji dan ihram. Barang siapa berjalan untuk shalat sunnah maka itu seperti pahala umrah.” (Hasan; Shahih Al-Jami’ hadits no. 6556).

4. “Barang siapa berjalan untuk shalat wajib dalam keadaan sudah suci (berwudhu di rumah), maka ia seperti mendapatkan pahala orang yang berhaji dan ihram….” (Shahih; HR Ahmad).

5.    “Shalat di masjid Quba’ itu seperti umrah.” (Shahih; Shahih Al-Jami’ hadits no. 3872).

6.    “Siapa yang bersuci di rumahnya kemudian datang ke masjid Quba’ dan shalat di dalamnya maka ia mendapatkan pahala seperti pahala umrah.” (Shahih; Shahih At-Targhib, 1181).

7.    “Umrah pada bulan Ramadhan itu bagaikan haji bersamaku (Nabi saw).” (Shahih; Shahih Al-Jami’ hadits no. 4098).

8.    Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda kepada seorang wanita Anshar, “Apa yang menghalangimu untuk ikut berhaji bersama kami?” Ia menjawab, “Kami tidak memiliki kendaraan kecuali dua ekor unta yang dipakai untuk mengairi tanaman. Bapak dan anaknya berangkat haji dengan satu ekor unta dan meninggalkan satu ekor lagi untuk kami yang digunakan untuk mengairi tanaman.” Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Apabila datang Ramadhan, berumrahlah. Karena sesungguhnya umrah di dalamnya menyamai ibadah haji.” (Shahih; Shahih At-Targhib, 1117).

9.    “Siapa yang menyiapkan bekal untuk orang yang akan berjihad, ibadah haji, mencukupi keluarga yang ditinggalkan atau memberi makan orang yang buka puasa maka ia mendapatkan pahala seperti pahala mereka tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun.” (Shahih; Shahih At-Targhib, 1078).

10.    Siapa yang pergi ke masjid—dan tidak ada yang diinginkan selain belajar tentang kebaikan atau mengajarkannya—maka ia mendapatkan pahala seperti pahala haji yang sempurna.” (Hasan Shahih; Shahih At-Targhib, 86).


Demikian sedikit yang dapat kami sampaikan.  Semoga kita menjadi hamba-hamba Allah yang senantiasa takut kepada-Nya, sehingga dengan itu kita menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Wabillahi taufiq wal hidayah wassalamualaikum warahmatullahiwabarokatuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar