Selasa, 22 Desember 2015

TENTANG MIZAN (TIMBANGAN)

Segala puji bagi Allah Subhana Wata Alla yang senantiasa melimpahkan kenikmatan yang tak terhitung  bagi  kita  semua. Dan diantara semua kenikmatan itu, nikmat Islam dan Iman adalah yang paling utama. Marilah kita pegang erat-erat kenikmatan yang berupa nikmat islam dan iman ini sampai ajal menjemput kita.
                Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan ke haribaan baginda Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam, beserta para keluarga, sahabat, dan semua orang yang mengikutnya hingga hari kemudian.
             Kita akan membahas tentang mizan, apa itu mizan, timbangan, timbangan apa, timbangan yang diletakkan oleh Allah pada hari kiamat untuk minimbang apa, untuk menimbang amalan para hambanya, kalau bapak ibu pernah menendengan tentang hizab, apa bedanya dengan hizab, hizab itu apa, penghitungan amal, apa bedanya antara hizab dengan mizan, apa bedanya antara hizap (penghitungan amalan) dengan mizan (penimbangan amalan), apa bedanya, kata Imam Qurthubi, kalau hizab, atau penghitungan amalan, tujuannya adalah untuk mengukur, kadar amalan, menghitung, namanya juga penghitungan amalan, dihitung dosanya berapa, terus amal sholehnya berapa, dihitung, kalau mizan, itu untuk memperlihatkan mana yang lebih apa, mana yang lebih berat antara apanya, amal sholehnya dengan apa, dengan dosanya, jadi setelah dihitung diambil kemudian, dosanya ditaruh di apa, anak timbangan satu , kemudian apa, amal sholehnya diletakkan di daun timbangan yang satunya, jadi itu bedanya, kata Imam Qurthubi bisa diulangi lagi , hizab adalah untuk mengukur dan menghitung kadar atau jumlah amalan yang dilakukan oleh seorang hamba, dosanya berapa kemudian amal sholehnya berapa, adapun mizan, tujuannya adalah untuk menampakkan memperlihatkan ini lho dosa kamu sudah dihitung, ini lho amal sholeh kamu yang sudah dihitung, lihat nih mana yang lebih berat, itu perbedaan antara mizan dengan dengan hizab,
         Kemudian apa dalilnya ada mizan, apa dalilnya ada mizan, banyak dalilnya, dianataranya firman Allah jalla  wa alla dalam al quran  surat al a’raf ayat 8 Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman  . Walwaznu yawma-i-dzini lhaqq, artinya timbangan pada hari itu, hari apa, hari kiamat, itu pasti benar, atau benar adanya atau haq atau adil, jadi mizan, atau timbangan pada hari itu pasti ada dan pasti adil dan pasti benar, faman thaqulat mawadziinuhu faula-ika humul muflihuun dan barang siapa yang timbangan kebaikannya lebih berat maka merekalah orang-orang yang beruntung (al quran surat al A’raf ayat 8), ada juga dalil yang lainnya  al quran surat Al Anbya  ayat 47,  dalam al quran surat Al Anbya  ayat 47, di situ disebutkan oleh Allah Azza wa Jalla , Wa nada ul mawadziiina al qisthali yawmil qiyamat dan kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, jadi nggak bisa main apa timbanga, para pedagang yang biasa main timbangan, di hari kiamat  anda nggak bisa main-main lagi, karena timbangan itu di tangan Allah Azza wa Jalla, dan kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, fala tuth lamunafsun syai-an dan tidak ada seorang pun, yang akan dirugikan sedikitpun, dan inilah kelanjutan diharamkannya perbuatan zholim oleh Allah Azza wa Jalla, atas dirinya, jadi Allah Subhanahu wa Ta’ala mengharamkan perbuatan zolim bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat, sedikitpun tidak akan di zolimi seorang manusia,  kemudian kata Allah Subhanahu wa Ta’alawa-in kana mits qala habbatin min khardalin ataina biha seandainya amalan tersebut hanya sebesar sawi pun, kami akan datangkan amalan itu,  jadi kalau biji sawi itu berapa ons, pernah nimbang biji sawi? Atau apa ya biji sawi ? bapak ibu tahu sawi, sayuran, ada bijinya, besarnya kayak apa? Kayak beras, lebih kecil lagi,  kayak  bribik, bribik itu kayu kalau keluar coklat-coklatnya coklat muda atau nonor , ya itu sebesar itu, berapa ons itu ? nggak sampe satu ons, satu gram pun nggak sampe, itu , itu akan ditimbang, walaupun tinggal segitu, walaupun kita punya amalan atau dosa sekecil itu, itu akan ditimbang oleh Allah Azza wa Jalla, makanya firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,  wa kafa binahasibiin dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan, ini dalil adanya mizan,  
            Mizan itu jumlahnya berapa? Mizan jumlahnya berapa,  apa sejumlah manusia, manusia berapa banyak sekali, ada perbedaan pendapat di antara para ulama tentang masalah ini? Ada, ada sebagian ulama yang berpendapat, mizan itu satu, dan ada pula sebagian ulama yang berpendapat mizan itu banyak, sebanyak orang atau amalan yang ditimbang, dan masing masing punya argumen, masing-masing punya argumen, kata yang berpendapat mizan itu satu, atau kata ulama yang berpendapat mizan itu satu katanya, disebagian ayat disebutkan muhrot atau tunggal, wal wasnu atau mizan, mizan itu satu, tapi disebagian ayat disebutkan dengan jamak, contohnya ayat dalan surat Al Anbya’  47  disebutkan mawazin, mawazin itu bentuk jamak, berarti banyak tidak Cuma satu, masing-masing punya argumen, tapi kalau mayoritas ulama, berpendapat kalau mizan itu Cuma satu, dan ini di katakan oleh imam ibnu khatsir r.a. , kata beliu mayoritas ulama, pendapatnya mizan itu Cuma satu,  bagaimana kalau ada yang berpendapat,  jadi kalau timbangan Cuma satu, lha pastinya lama sekali nunggu giliran untuk ditimbang,  kata kita bikin e-ktp kemarin, nunggunya bisa berjam-jam, ini manusia dan jin yang hidup  mulai dari nabi adam sampai hari kiamat, pasti lama, gimana? 
          Beda antara timbangan di dunia dengan timbangan di akhirat, timbangan di akhirat kayak apa? Kata nabi shallalahu alaiwasalam, dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh  Imaam Al Hakim no: 8739 dan kata beliau Hadits ini Shohiih. Kata Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang artinya, “Timbangan akan ditegakkan pada Hari Kiamat, seandainya pada hari itu langit dan bumi ditimbang niscaya cukup untuk menimbangnya.” 
        Tujuh lapis langit dan bumi itu di timbang, niscaya apa? Cukup, berarti berapa besarnya timbangannya, berapa besarnya, langit itu besarnya berapa? Jarak satu langit dengan langit berukutnya berapa? 500 tahun perjalanan, jarak antara lapis langit ke lapisan berikutnya sepanjang 500 tahun, itu sebesar itu ditambah dengan bumi itu cukup ditimbang oleh timbangan di akhirat, jadi tidak usah khawatir, nggak usah kuatir nanti saya nomor berapa ya? Lama banget, nggak usah kuatir,  kemudian bagaimana caranya? Wong orang banyak, timbangan gimana? Gak bisa dibayangkan, karena memang nggak perlu dibayangkan, nggak usah dibayangkan kata imam ibnu  Hajar Asqalani, imam ibnu  Hajar Asqalani termasuk ulama yang berpendapat bahwa mizan ini Cuma satu, imam ini berkata, Al Mizan (Timbangan) itu adalah satu, tidak bisa kita gambarkan dengan banyak timbangan, betapapun banyaknya amalan yang akan ditimbang. Karena keadaan di Hari Kiamat itu tidaklah bisa dipikirkan oleh akal manusia ataupun digambarkan dengan gambaran-gambaran duniawi. 
            Masalahnya itu sekarang kita itu bayangannya adalah timbangan beras, makanya kita bingung, timbangan di hari kiamat nggak sama, dengan timbangan di dunia, pada hari kiamat tidak bisa dianalogikan timbangan di dunia yang memiliki dua daun timbangan, bagaimana bentuknya timbangan di akhiran Wallahu a’lam bish-shawabi, hanya Allah yang tahu.
            Pertanyaan berikutnya apakah diperlukan mizan, perlu nggak, Allah apa nggak tahu? Allah apa nggak tahu kalau nggak timbang amalan kita,  Allah pasti tahu, untuk apa pakai mizan segala kalau Allah sudah tahu amalan kita, apa nggak malah nyuwen-nyuweni , kok perlu timbangan segala, lha wong allah sudah tahu kok, kira-kira amal sholeh kita itu mana yang lebih berat antara dosa yang kita lakukan dengan amalan kita, itu pasti Allah tahu, kenapa pakai timbangan-timbangan segala, kenapa, karena untuk memperlihatkan betapa adilnya Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena ketika di mizan itu, semua orang melihat, jadi untuk menampakkan betapa tingginya sifat adil Allah, sampai seluruh manusia bisa menyaksikan bagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala menimbang masing-masing amalan seorang hamba,
             Kemudian apa yang ditimbang ? apa yang ditimbang,  Amalan , amalan itu bentuknya apa? Misalnya sholat, sholat itu bisa di kilo nggak?  Atau pahala, pahala itu bisa dikilo nggak? Apanya yang ditimbang?  Atau buku catatannya? Atau orangnya? Seneng yang gemuk kasihan yang kurus, jadi apa yang ditimbang, para ulama berbeda pendapat tentang apa yang ditimbang, apa amalannya, atau buku catatannya, atau orangnya, ulama terbagai menjadi tiga pendapat, kenapa mereka berbeda pendapat, karena ada hadist yang menyatakan amalan yang ditimbang, ada hadist yang berbicara orang yang ditimbang, ada hadist yang menyatakan bukunya ditimbang,  terus bagaimana ini? 
             Sebagian ulama mengambil jalan tengah, semuanya ditimbang, karena masing-masing ada dalilnya, apa dalilnya amalan yang ditimbang, dalilnya amalan ditimbang adalah di surat al zalzalh ayat 6-8 firman Allah, Faman ya’mal mitsqala dzarratinkhayra yarah barang siapa yang melakukan amalan walaupun sebesar biji zarah akan mendapatkan balasannya, kebalikannya Waman ya’mal mitsqala dzarratinsharran yarah siapa yang melakukan amal keburukan walaupun sebesar biji zarrah pun akan mendapatkan balasannya, ada juga dalil yang lain dalam suatu hadist yang menunjukkan amalan itu akan ditimbang, hadist ini hadist terakhir yang disebutkan dalam hadist Imam Bukhori dan Muslim, yaitu : ada dua kilamat yang dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala  ringan di lisan berat di timbangan, jadi yang ditimbang apanya kalimatnya subhanallah wabihamdihi, subhanallahil ‘Azhim, ini menunjukkan yang ditimbang apanya ucapanya, amalannya yang ditimbang,
                 Adapaun dalil yang menyatakan bahwa yang akan ditimbang adalah bukunya, atau buku catatan amalnya adalah sebuah hadist yang diriwayatkan oleh imam at tirmidi, cerita tentang yang biasa diistilahkan dengan hadist shahibil bithoqoh, hadist seorang yang punya kartu , ceritanya pada hari kimat nanti akan didatangkan orang punya amal dosa yang sangat banyak, kemudian dosa itu dicatat di dalam sebuah buku yang banyaknya itu 100 buku, dan masing-masing buku tebalnya itu setebal mata menandang, kemudian oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala orang itu di tanya : dari sekian dosa yang kamu lakukan kira-kirab ada nggak dosa yang nggak engkau lakukan tapi tertulis di sini, artinya salah catat,  dijawab nggak ada ya Allah, sudah orang itu yakin akan masuk neraka karena dosanya begitu banyak, Kata Allah Subhanahu wa Ta’ala : sesungguhnya engkau masih punya amal sholeh, kemudian dikeluarkanlah bithoqoh, sebuah kartu, yang isinya adalah kalimat La ilaha illallah orang tadi sudah pesimis, ya Allah seratus buku catatan amalan keburukan yang tebalnya segitu kok mau dibandingkan dengan sebuah kartu, kartu itu seberapa tipisnya kok mau dibandingkan dengan buku yang sangat tebal, maka ditimbanglah buku catatan amal tersebut dengan sebuah kartu. Berarti yang ditimbang apanya buku cacatannya. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala menghendaki bahwa kartu itu ternyata lebih berat dari pada serataus buku catatan yang sangat angat tebal. Berarti hadiist ini menunjukkan bahwa buku catatan lah yang ditimbang.
                Kemudian kalau orangnya yang ditimbang dalilnya apa? Hadist yang diriwayatkan oleh imam bukhori, kata Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: akan datang pada hari kiamat seorang yang sangat gemuk dan besar, tetapi ketika orang tersebut ditimbang tenyata orang tersebut tidak lebih berat dari sayap seekor nyamuk, kenapa ya karena tidak punya amal sholeh, tong kosong nyaring bunyinya, jadi yang kurus-kurus nggak usah pesimis, yang gemuk-gemuk jangan terlalu optimis, tergantung apanya tergantung amalannya, tapi yang kurus-kurus jangan terlalu optimis dan yang gemuk-gemuk jangan terlalu pesimis, sama saja,  masing-masing tergantung amalannya, bukan masalah berat badannya. 
            Demikian sedikit yang dapat kami sampaikan. Semoga kita menjadi hamba-hamba Allah yang senantiasa takut kepada-Nya, sehingga dengan itu kita menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Wabillahi taufiq wal hidayah wassalam mualaikum warah matullahi wabarokatuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar