assalaamu
'alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuhu
innalhamdalillaah,
nahmaduhuu
wa
nasta'iinuhuu wa nastaghfiruhu
wa
na'uudzubillaahi min syuruuri 'anfusinaa
wa
min syayyi-aati a'maalinaa
man
yahdillaahu falaa mudhillalahu
wa
man yudhlilhu falaa haadiyalahu
asyhadu
anlaa ilaaha illallah wahdahu laa
syariikalaahu wa asyhadu annaa muhammadan 'abduhuu wa rasuuluhuu laa nabiyya
ba'dahu
Jamaah
Shalat Shubuh yang dirahmati Allah
Subhana Wata Allah
Kita
panjatkan puja dan puji syukur kehadiratan allah swt, pada kesempatan yang
berbahagia ini kita kembali bisa menjalankan shalat subuh berjamaah dan menghadiri salah satu diantara majelis ilmu.
Kita berharap semoga Allah Subhana Wata Alla, berkenan untuk melimpahkan kepada
kita semuanya ilmu yang bermanfaat, sehingga bisa kita amalkan sebagai bekal
untuk menghadap Allah swt, amin ya rabal
alamin.
Shalawat
dan salam semoga selalu tercurahkan ke haribaan baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beserta para
keluarga, sahabat, dan semua orang yang mengikutnya hingga hari kemudian.
Jamaah
Shalat Shubuh yang dirahmati Allah
Subhana Wata Allah
Dalam
bahasa Jawa seperti yang kita ketahui angka jawa dimulai dengan siji, loro,
telu dst sampai sepuluh, angka 11 tidak disebut sebagai 'sepuluh siji', 12
bukan 'sepuluh loro', 13 bukan 'sepuluh telu' dan seterusnya hingga angka 19
yang tidak disebut sebagai 'sepuluh songo'. Namun, angka 11 disebut sebagai
'sewelas', 12 disebut sebagai 'rolas' dan seterusnya hingga 19 yang disebut
sebagai 'songolas'. Mengapa sepuluhan diganti dengan welasan? Karena pada usia 11 tahun
hingga 19 tahun adalah saat-saat berseminya rasa welas asih (belas kasih) pada
jiwa seseorang, terutama terhadap lawan jenis. Itulah usia di mana seseorang
memasuki masa akil baligh, masa remaja. Pada angka 21 tidak disebut sebagai 'rongpuluh siji', 22 tidak disebut
rongpuluh loro, dst, melainkan 21 disebut selikur, 22 disebut rolikur, dan
seterusnya hingga 29 yang disebut songo likur, kecuali angka 25 yang
disebut sebagai selawe. Likur
merupakan kependekan dari LIngguh KURsi, artinya duduk di
kursi. Mengapa disebut demikian? pada usia 21 hingga 29 itulah pada umumnya
manusia mendapatkan “tempat duduknya”, baik itu berupa pekerjaannya atau profesi
yang akan ditekuni dalam kehidupannya; apakah sebagai pegawai, pedagang,
dll. Angka 25 memiliki sebutan khusus,
bilangan 25 tidak disebut sebagai limang likur, melainkan selawe. Selawe merupakan singkatan dari SEneng-senenge LAnang lan WEdok,
itulah puncak asmaranya seorang laki-laki dan perempuan, yang ditandai oleh adanya
pernikahan. Maka pada usia tersebutlah (25) pada umumnya seorang laki-laki
berumah tangga. Setelah itu 30 (telong puluh), 40 (petang puluh) dan
seterusnya. Pada bilangan 50. Mestinya, angka ini disebut sebagai limang puluh, namun sebutan populernya
tidaklah demikian, angka 50 lebih sering disebut dengan seket. SEKET merupakan kependekan dari kalimat SEneng KEthonan, artinya suka memakai kethu / alias tutup
kepala/topi/kopiah dan sebagainya. Hal ini menandakan usia seseorang semakin
lanjut, dan tutup kepala merupakan lambang dari semua itu. Tutup kepala bisa
juga berupa kopiah yang melambangkan orang yang senang beribadah. Pada usia 50
sudah seharusnya seseorang lebih memperhatikan ibadahnya. Setelah sejak umur
likuran bekerja keras mencari kekayaan untuk kehidupan dunia, sekitar 25 tahun kemudian, yaitu pada usia 50
perbanyaklah ibadah, untuk bekal memasuki kehidupan akhirat. Untuk
angka 60. Angka ini tidak disebut enem
puluh, tapi lebih sering diseut dengan sewidak atau suwidak. Sewidak merupakan kependekan dari 'SEjatine WIs wayahe tinDAK'. Maknanya,
sesungguhnya pada usia tersebut sudah saat seseorang bersiap-siap untuk pergi
meninggalkan dunia fana ini. Maka kalau usia kita sudah mencapai 60, lebih
berhati-hatilah dan tentu saja semakin banyaklah bersyukur, karena usia
selebihnya adalah bonus dari Yang Maha Kuasa.
Sekarang
bagaimana umur menurut Islam, Jamaah Shalat
Shubuh yang dirahmati Allah. Al-Qur'an
yang telah menyebutkan umur 40 tahun dengan tegas, dan itu harus menjadi
perhatian kita. Sehingga, saat memasuki usia ini para ulama salaf mencapai
kebaikan amal mereka dan menjadikannya sebagai hari-hari terbaik dalam
hidupnya.
Allah Ta'ala berfirman,
"Sehingga apabila dia telah
dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku,
tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan
kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh
yang Engkau ridai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada
anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang berserah diri"." (QS. Al-Ahqaf: 15)
Ayat ini mengisyaratkan, bahwa saat
sudah menginjak usia 40 tahun hendaknya seseorang mulai meningkatkan rasa
syukurnya kepada Allah juga kepada orang tuanya. Ia memohon kepada Allah, agar
diberi hidayah, taufik, dibantu, dan dikuatkan agar bisa menegakkan kesyukuran
ini. Karena segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ini adalah dengan kehendak
dan izin Allah, sehingga ia meminta hal itu kepada Allah. Ini sebagaimana doa
yang diajarkan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam kepada Mu'adz bin Jabal,
"Aku wasiatkan kepadamu wahai Mu'adz, Janganlah engkau tinggalkan untuk
membaca sesudah shalat doa ini:
ALLAHUMMAA ’INNI ‘ALA DZIKRIKA WA
SYUKRIKA WA HUSNI ‘IBADATIK ;
"Ya Allah, bantulah aku untuk berdzikir, beryukur, dan memperbaiki ibadah
kepada-Mu." (HR. Ahmad, Abu Dawud)
Karena sesungguhnya kita sangat butuh
kepada pertolongan Allah dalam menjalankan perintah, menjauhi larangan, dan
sabar atas ketetapan-ketetapan takdir Allah. Sebenarnya bersyukur itu,
seharusnya sepanjang umur. Kenapa dikhususkan pada umur 40 tahun ini, karena
pada saat usia ini seseorang benar-benar harus sudah mengetahui segala nikmat
Allah yang ada padanya dan pada orang tuanya, lalu ia mensyukurinya.
Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata,
"Allah Ta'ala menyebutkan orang yang sudah mencapai umur 40 tahun, maka
sesungguhnya telah tiba baginya untuk mengetahui nikmat Allah Ta'ala yang ada
padanya dan kepada kedua orang tuanya, kemudian mensyukurinya."
Saat seseorang berumur 40 tahun, maka
ia memiliki tanggungjawab baik di dalam keluarga maupun di dalam masyarakat
yang lebih besar. Anak-anak mereka memerlukan biaya yang lebih banyak misalnya untuk pendidikan dan lainnya. Sementara orang
tuanya, pastinya sudah renta dan sangat memerlukan bantuan dari anak-anaknya.
Di sinilah sering seseorang melupakan orang tuanya karena konsentrasinya yang
lebih terhadap keluarga dan anak-anaknya. Padahal seharusnya dengan
bertambahnya umur semakin membuat ia sadar akan jasa-jasa orang tuanya kepada
dirinya. Sehingga disebutkan dalam hadits, "Merugilah seseorang, merugilah
seseorang, merugilah seseorang yang mendapatkan kedua orang tuanya, salah
seorang atau kedua-duanya, tapi tidak bisa masuk surga (dengan itu)."
" (HR. Ahmad dan lainnya)
Sesudah seorang muslim diperintah
berbuat baik kepada orang yang di atasnya dan mengerjakan amal shalih untuk
dirinya, maka janganlah ia lupa terhadap anak keturunanya. Ia juga wajib
memperhatikan pendidikan dan pengarahan kepada mereka, agar mereka (anak
keturunanya tersebut) menjadi orang yang
taat kepada Allah Ta'ala. Karena mereka adalah amanat yang harus diarahkan
untuk taat kepada Tuhan-Nya.
Dan sesungguhnya di antara balasan
dari amal shalih seorang muslim adalah diperbaiki keturunan mereka. Baiknya
orang tua akan berefek kepada perbaikan anak. Ini harusnya menjadi pelajaran,
dalam melakukan pendidikan kepada anak kita, seharuslah orang tua terlebih
dahulu atau memulai dengan menshalihkan diri mereka dengan ilmu
dan amal. Sesungguhnya baiknya orang tua dengan ilmu dan amal termasuk salah
satu yang menjadikan penyebab baiknya anak-anak mereka. Selain itu, kita juga
diwajibkan berdoa kepada Allah agar anak kita menjadi anak yang sholeh dan doa
di dalam QS Al-Ahqaf ayat 15, bisa kita gunakan untuk memohon Allah agar anak
kita menjadi anak yang sholeh sholehan.
Usia 40 tahun haruslah juga menjadi
titik tolak seorang muslim untuk pembaharuan taubat, penyesalan atas dosa-dosa
dan kufur nikmat selama hidupnya. Karena pada usia ini seseorang benar-benar
telah merasakan banyaknya nikmat dan itu tidak sebanding dengan rasa syukurnya
terhadap Allah. Maka pengakuan dosa pasti akan mengalir dari orang yang mau
merenungkan masa lampaunya, sehingga dari itu, lahirlah penyesalan, tumbuhlah
istighfar dan taubat kepada Allah.
Oleh sebab itu,disebutkan dalam doa di
atas,
inni tubtu ilaika wa inni minal muslimiin, "Sesungguhnya aku
bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah
diri." (QS. Al-Ahqaf: 15)
Pada usia 40 tahuan dan
seterusnya seorang muslim seharusnya
sudah secara istikomah menjalankan semua ibadah-ibadah yang wajib yaitu sholat,
puasa, zakat dan haji kalau mampu, dan dia juga seharusnya sudah mulai
memperbanyak ibadah sunah, misalnya sholat2 sunah, puasa2 sunah, memperbanyak
ifaq, memperbanyak zikir dan ibadah sunah yang lainnya, pada usia 40 tahun
keatas seorang seharusnya juga sudah mulai meninggalkan hal
yang subhat maupun yang mahruh, kalau
kita lihat disekiling kita masih banyak orang yang berusia 40 tahun keatas
masih suka beraktifitas yang mahruh, misalnya begadang sampai pagi, tanpa
tujuan yang jelas, atau catur sampai pagi atau main game pokemon go atau kegiatan subhat maupun yang mahruh lainnya. Dan juga
termasuk ada baiknya mulai meninggalkan makanan minuman yang subhat maupun yang
mahruh, misalnya kodok, bekicot, rokok dan lainnya.
Ibnu Katsir rahimahullah berkata,
"Dan di dalamnya (maksudnya QS. Al-Ahqaf: 15) terdapat petunjuk bagi orang yang sudah
berusia 40 tahun agar memperbaharui taubat dan inabah (kembali kepada Allah
dengan bertobat) serta bertekad kuat atasnya." Dia harus terus
meninggakatkannya yaitu taubat dan inabah ini, saat usianya menginjak 40 tahun sampai ajal menjemputnya. Karena
Tidak ada seorang pun yang tahu kapan ajalnya akan menjemput. Juga tidak ada
yang tahu di belahan bumi mana dia akan mati.
Hanya saja, ada beberapa tanda yang
kadang menjadi petunjuk bahwa ajalnya kian dekat, seperti: menderita sakit
parah yang umumnya tidak mungkin lagi disembuhkan, sudah berusia lanjut,
tertimpa musibah yang mematikan, atau hal-hal lain yang umumnya bisa menjadi
sebab kematian. Manakala seseorang
merasa ajalnya semakin dekat, ketika sakitnya bertambah parah atau kondisi
semisal itu, dia wajib memperbaiki keadaan ukhrawinya
dengan taubat kepada Allah, dan mengembalikan hak setiap orang yang dia zalimi
serta memohon maaf dari mereka. Ingat ketika Rosullullah akan wafat, dimana di
dahului dengan sakit selama dua minggu, pada saat itu Rosullullah bertanya
kepada sahabatnya siapa yang pernah beliau sakiti, kemudian Akasyah bilang
pernah beliau sakiti, numun sebernarnya tujuan Akasyah adalah ingin memeluk
nabi sebelum Rosullulah wafat. Maka ada juga cerita, ada seorang beriman ketika
dia sudah tua renta, sakit-sakitan, maka dia merasa hidupnya tidak lama lagi,
kemudian setiap hari dia minta diantar
anaknya meskipun dengan memakai kursi roda ( jadi orang tua ini duduk
dikursi roda dan didorong oleh anaknya dari belakang) keliling kampung menemuai
orang-orang untuk minta maaf. Dan itu dilakukan tiap pagi hingga orang tadi
meninggal dunia. Namun ada juga seseorang ketika dia sudah tua renta,
sakit-sakitan, tapi dia tidak merasa hidupnya tidak lama lagi, maka terkadang
timbul keinginan yang macam-macam, ada yang sudah sakit tak berdaya, sudah
tidak bisa apa-apa lagi, giginya juga sudah ompong, tapi masih minta dibelikan
sate dan gulenya pak toha, begitu dibelikan, e.. Cuma dijilat saja... anak
bilang ini sudah pak... ya sudah jawab bapaknya.. terus ini satenya diapakan
jawab anaknya.. ya wis kamu makan saja... elah jawab anaknya.
Seiring makin dekatnya kematian dan
kuatnya sakaratul maut, seorang mukmin akan menghadapinya dengan jiwa gembira
dan teguh. Insyaallah dia akan menghadapi (kematian dan sakaratul maut) dengan
mudah. Karena dia diliputi rindu untuk menyongsong sesuatu yang akan
didapatinya setelah kematian, yaitu perjumpaan dengan Allah.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga
Allah memilih kita menjadi hamba-Nya yang dikaruniakan husnul khatimah dan
Allah mengutus malaikat-Nya untuk memberi kabar gembira kepada kita saat ajal
menjemput kita. Sehingga kita senang bertemu dengan Allah dan mendapatkan
kabaikan yang telah Allah janjikan.
Wabillahi taufiq wal hidayah
wassalamualaikum warahmatullahiwabarokatuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar