assalaamu
'alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuhu
innalhamdalillaah, nahmaduhuu
wa
nasta'iinuhuu wa nastaghfiruhu
wa
na'uudzubillaahi min syuruuri 'anfusinaa
wa min
syayyi-aati a'maalinaa
man
yahdillaahu falaa mudhillalahu
wa man
yudhlilhu falaa haadiyalahu
asyhadu
anlaa ilaaha illallah wahdahu laa syariikalaahu wa asyhadu annaa muhammadan
'abduhuu wa rasuuluhuu laa nabiyya ba'dahu
Jamaah Shalat
Isyak dan taraweh yang dirahmati Allah,
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat
kepada kita, dan menuntun kita pada agama Islam, dan menjadikan Ramadhan
sebagai bulan yang penuh barokah dan rahmah bagi manusia.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan ke
haribaan baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beserta para keluarga, sahabat, dan semua
orang yang mengikutnya hingga hari kemudian.
Jamaah Shalat
Isyak dan taraweh yang dirahmati Allah,
Pada bulan-bulan ini yaitu bulan juni dan juli,
bagi sebagian kita, terutama yang mempunyai anak yang ingin melanjutkan
sekolahnya, adalah bulan-bulan yang mencemaskan, betapa tidak , orang tua mana
yang tidak cemas terhadap keadaan anaknya, karena pada bulan juni dan juli,
adalah bulan ujian akhir (ujian nasional), pengumuman kelulusan sekolah
sekaligus bulan untuk mencari sekolah yang baru, kecemasan yang pertama adalah
ketika akan melakukan UNAS, kemudian ketika menunggu hasil kelulusan anaknya,
tentunya cemas kalau nilainya tidak bagus, kecemasan berikutnya adalah ketika
mencari sekolah, yang dari sd ke smp, yang dari smp ke sma dan yang dari sma ke
universitas, dan kecemasan yang ketiga adalah ketika diwajibkan untuk membayar
uang sekolah dan tetek bengek lainnya,
disadari atau tidak bahwa sekolah yang baik diharapkan akan membawa kesuksesan
pada kehidupan selanjutnya sehingga kalau tidak bisa bersekolah di tempat yang
baik (yang favorit), ada anggapan bahwa
akan sangat berpengaruh terhadap kesuksesan anaknya di kemudian hari. Itulah
kecemasan-kecemasan orang tua dan tentu saja beserta anaknya di bulan-bulan
juni dan juli.
Jamaah yang dirahmati Allah,
Adalah wajar kita cemas terhadap kehidupan anak
kita atau kehidupan kita, namun apakah kecemasan ini begitu besar? Marilah kita bandingkan dengan kecemasan kita
menghadapi kematian, apakah selama ini kita tidak cemas menghadapi kematian,? Kabeh
tiyang nek dipun takoni
setunggal-setunggal, nopo njenengan takut menghapi kematian, jawab pe mesti
ajrih, bahkan takut sekali. Nangin kemudian nek ditakoni apa sing wis disiap ake kanggo
ngadepi kematian, jawabnya akan sangat beragam, tapi sebagian besar
jawabnya: ora weruh, tidak tahu.
INGAT mati termasuk salah satu
akhlak terpuji dan perilaku luhur lagi mulia. Bagaimana tidak, mengingat
kematian bukan sekadar ingat dan tidak lupa, namun lebih dari itu mengingat
kematian berarti mempersiapkan bekal sebelum ajal datang.
Orang yang cerdas adalah orang
yang tahu persis tujuan hidupnya. Kemudian mempersiapkan diri sebaik-baiknya
demi tujuan tersebut. Maka, jika akhir kesempatan bagi manusia untuk beramal
adalah kematian, mengapa orang-orang yang cerdas tidak mempersiapkannya?. Kalau
kita termasuk orang yang pintar atau bukan
orang yang Bodoh maka kita mempersiapkan diri untuk menghaadapi kematian.
Ibnu Umar radhiyallaahu ‘anhuma berkata, “Suatu
hari aku duduk bersama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba
datang seorang lelaki dari kalangan Anshar, kemudian ia mengucapkan salam
kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya, ‘Wahai Rasulullah,
siapakah orang mukmin yang paling utama?’ Rasulullah menjawab, ‘Yang paling
baik akhlaqnya’. Kemudian ia bertanya lagi, ‘Siapakah orang mukmin yang paling
cerdas?’. Beliau menjawab, ‘Yang paling banyak mengingat mati, kemudian yang
paling baik dalam mempersiapkan kematian tersebut, itulah orang yang paling
cerdas.’ (HR. Ibnu Majah, Thabrani, dan Al Haitsamiy. )
Sehebat apapun seseorang, segesit bagaimanapun ia
berlari, tidak ada yang bisa lepas dari jaring kematian. Di manapun, kapanpun,
dan dalam keadaan bagaimanapun, kematian itu pasti akan datang menyergap, baik
dalam keadaan kita siap atau tidak, baik dalam keadaan baik atau buruk,
kematian adalah suatu kepastian.
Oleh karena itu, Allah Subhanahu wa ta`la (SWT)
berfirman,
Qul innaal mautaalladzi tafirruunaminhu fa-innahu
mulaqiikum tzumma turadduuna ilaa ‘alimil ghaibi washshahadati fayunabbi-ukum
bimakuntum ta’maluun
“Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari
daripadanya, maka Sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu.” kemudian kamu
akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata,
lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". (QS. Al-Jumu`ah
[62]: 08)
Ada banyak cara dan kiat untuk membuat kita selalu
ingat mati. Beberapa di antaranya:
Pertama,
berusaha sekuat tenang untuk mengingat kematian yang menimpa orang lain,
entah itu saudara, keluarga, atau siapa saja di antara manusia yang telah
mendahului kita. Misalnya, saat kita berjalan kemudian berpapasan dengan
rombongan yang memanggul keranda jenazah, di saat itulah kita berusaha
mengingat kematian.
Atau saat tetangga kanan-kiri kita ada yang
meninggal, kita juga berusaha mengingat kematian dengan mengatakan dalam diri
kita, “Hari ini tetanggaku telah meninggal, mungkin esok, lusa, atau beberapa
hari lagi aku yang akan dipanggil oleh Allah SWT.”
Hal demikian jika kita lakukan dengan
sungguh-sungguh, akan membuat kita terhindar dari pembicaraan yang tidak
berguna kala bertakziah kepada keluaraga yang ditinggal mati kerabatnya seperti
yang sering kita perhatikan atau bahkan kita sendiri melakukannya.
Padahal Rasul pernah menegur beberapa orang yang
berbicara tanpa guna. Beliau mengatakan, “Andaikata kalian banyak mengingat
‘pemotong kenikmatan’ niscaya kalian tidak banyak berbicara seperti ini, perbanyaklah
mengingat ‘pemotong kenikmatan’. (HR. Turmudzi (2648)). Yang dimaksud pemotong
kenikmatan adalah kematian.
Kedua,
setelah kita mengingat kematian itu sendiri, cobalah kita membayangkan
bagaimana sepi dan sunyinya alam kubur itu, tidak ada yang menemani di
hari-hari yang dilalui. Suami atau istri yang paling cinta sekalipun tidak ada
yang sanggup atau mau menemani jika kita telah wafat, terkubur dalam tumpukan
debu dan tanah.
Diceritakan dari Abu Bakar Al-Isma`ili dengan
sanandnya dari Usman bin Affan, bahwa Usman bin Affan apabila mendengar cerita
neraka, ia tidak menangis. Bila mendengar cerita kiamat, ia tidak menangis.
Namun, apabila mendengar cerita kubur, ia menangis.
“Mengapa demikian, wahai Amirul Mukminin,” tanya
seseorang kepada beliau. Usman menjawab, “Apabila aku berada di neraka, aku
tinggal bersama orang lain, pada hari kiamat aku bersama orang lain, namun bila
aku berada di kubur, aku hanya seorang diri.” (Syeikh Muhammad bin Abu Bakar
Al-`Ushfuri, Syarh Al-Mawaa`idz Al-`Ushfuuriyyah, Jakarta: Dar Al-Kutub
Al-Islamiyah, hal. 28)
Kesendirian dan sepi senyapnya alam kubur dapat
berubah menjadi kebahagiaan atau kesengsaraan, tergantung amal kita selama
hidup di dunia. Kuburan dapat menjadi lumbung kebahagiaan atau menjadi sumber
siksa dan sengsara. “Kubur itu bisa merupakan salah satu kebun surga atau salah
satu parit neraka,” sabda Nabi SAW. (HR. Turmudzi (2460))
Ketiga,
termasuk hal sangat dianjurkan dalam upaya kita mengingat mati adalah berziarah
ke kubur. Ziara kubur merupakah perkara yang disunnahkan dan sangat
direkomendasikan oleh rasul.
Lewat kegiatan ziarah, misalnya kita ke kuburan, di
sana kita bisa melihat kuburanya pak A yang dulunya seorang pejabat yang
sukanya menyuruh-nyuruh orang seenaknya ternyata sekarang nggak bisa apa2, atau
melihat kuburannya ibu B yang dulunya seorang artis yang suka pamer perhiasan, sekarang juga
nggak bisa apa2, semuanya sudah berada di dalam tanah, dengan balasan
amalannya, dengan demikian kita
mengambil pelajaran dan hikmah tentang keadaan alam kubur, dan apa yang terjadi
di dalamnya, serta kehidupan yang akan dilewati usai dari alam kubur nantinya.
Dalam sebuah hadits, nabi berpesan, “Aku pernah
melarang kalian untuk berziarah kubur, namun sekarang berziaralah sebab ia
dapat mengingatkan akan kehidupan akhirat dan menjauhi kemewahan dunia.” (HR.
Muslim (977))
Saat ini, musibah terjadi di mana-mana setiap saat.
Sementara di sisi lain, banyak manusia tidak sadar bahwa detak jantung, denyut
nadi mereka bisa saja berhentik berdetak sewaktu-waktu. Entah karena tabrakan,
karena kecelakaan, karena banjir, tsunami atau bahkanya saat mereka sedang
bersendau gurau dengan sana-keluarga. Sesungguhnya kematian merupakan langkah
yang sudah pasti, kita hanyalah menunggu gilirannya.
Jamaah yang dirahmati Allah,
Mumpung saat ini di bulan Ramadhan, bulan penuh
berkah, bulan penuh ampunan. Janganlah kita menunda untuk berbuat amal shalih karena
kesibukan duniawinya. Karena, selama manusia masih hidup, ia tidak akan lepas
dari kesibukan. Orang yang berakal, orang yang pintar atau bukan orang yang Bodoh , akan mengutamakan
urusan akhirat yang pasti datang, dan mengalahkan urusan dunia yang pasti
ditinggalkan. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman yang artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah
harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa
yang melakukan demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi. Dan
belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang
kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya,
Rabbku. Mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat,
yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang
shalih”. Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila
datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan. [Al
Munafiqun: 9-11].
Demikian sedikit yang dapat kami sampaikan. Semoga kita menjadi hamba-hamba Allah yang
senantiasa takut kepada-Nya, sehingga dengan itu kita menjalankan segala
perintahnya dan menjauhi segala larangannya
SUBHANAKA ALLAHUMMA WA BIHAMDIKA ASYHADU ALAA
ILAAHA ILLA ANTA ASTAGHFIRUKA WA ATUUBU ILAIKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar