assalaamu 'alaikum
wa rahmatullaahi wa barakaatuhu
innalhamdalillaah,
nahmaduhuu
wa nasta'iinuhuu wa
nastaghfiruhu
wa na'uudzubillaahi
min syuruuri 'anfusinaa
wa min syayyi-aati
a'maalinaa
man yahdillaahu
falaa mudhillalahu
wa man yudhlilhu
falaa haadiyalahu
asyhadu anlaa ilaaha
illallah wahdahu laa syariikalaahu wa
asyhadu annaa muhammadan 'abduhuu wa rasuuluhuu laa nabiyya ba'dahu
Jamaah
Shalat Shubuh yang dirahmati Allah
Kita panjatkan puja
dan puji syukur kehadiratan allah swt, pada kesempatan yang berbahagia ini kita
kembali bisa menjalankan shalat subuh berjamaah dan menghadiri salah satu diantara majelis ilmu.
Kita harapkan semoga Allah Subhana Wata Alla, berkenan untuk melimpahkan kepada
kita semuanya ilmu yang bermanfaat, sehingga bisa kita amalkan sebagai bekal
untuk menghadap Allah swt, amin ya rabal
alamin.
Shalawat dan salam semoga selalu
tercurahkan ke haribaan baginda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, beserta para keluarga, sahabat, dan semua
orang yang mengikutnya hingga hari kemudian.
Jamaah
Shalat Shubuh yang dirahmati Allah
Subhana Wata Alla.
Hari ini tanggal 9
dulhijah para jamaah haji sedang menunaikan salah satu rukun haji yaitu wukuf
(berdiam) di arafah atau padang arafah
karena Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam berkata dalam
salah satu penggalan hadist : al-hajju
‘arafah ‘ artinya : Haji itu adalah Arafah (wukuf di Arafah) (HR
Tirmizi), sedangkan bagi kita yang tidak berada di sana/ tidak melaksanakan
ibadah haji pada hari itu dianjurkan
untuk melakukan puasa yang biasanya di sebut puasa arafah. Puasa ini sangat
dianjurkan bagi umat muslim yang tidak pergi haji, sebagaimana terdapat dalam
riwayat dari Rasulullah tentang puasa
Arafah:
“ Dari Abu Qatadah Al-Anshariy (ia
berkata),” Sesungguhnya Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam pernah di tanya
tentang (keutamaan) puasa pada hari Arafah?” Maka dia menjawab, “ Menghapuskan
(kesalahan) tahun yang lalu dan yang sesudahnya.” (HR. Muslim no.1162 dalam
hadits yang panjang) ”
Semoga para jamaah
haji yang sedang melakukan wakuf di arafah saat ini menjadi haji yang mabrur dan bermafaat sekembalinya ke tempat
tinggalnya masing-masing. Dan biasanya kalau kembali lagi tanah air, biasanya
bergelar haji.
Jamaah Shalat Shubuh yang dirahmati Allah
Bagaimana sejarahnya
kenapa setelah jammah haji itu pulang ke tanah air kemudian bergelar haji,
sedangkan panegran diponegoro, imam bonjol, fatahelleh (sunan gunung jati) atau
para wali itu meskipun orang indonesia
juda dan sudah berhaji tetapi tidak bergelar haji.
Ini dilatar
belakangi oleh pemerintah Hinda Belanda yang menjalankan politik Islam, yaitu
sebuah kebijakan dalam mengelola masalah-masalah Islam di Nusantara pada masa
itu. Untuk mengawasi orang-orang yang melakukan ibadah haji, Belanda melakukan
karantina haji dengan alasan menjaga kesehatan. Sejak tahun 1911-1933 Pulau
Onrust dan Pulau Cipir (dulu namanya Pulau Khayangan) menjadi tempat penginapan
sementara, bagi calon jemaah haji sebelum mereka bertolak ke Mekah dengan
menggunakan kapal uap. Di pulau yang lengkap dengan fasilitas asrama dan rumah
sakit ini mereka dikarantina selama tiga bulan, perjalanan pergi-pulang selama
dua bulan, di Mekah selama tiga bulan, dan akan dikarantina lagi tiga bulan di
Pulau Onrust sekembalinya dari Mekah. Jadi dulu perjalanan ibadah haji itu
selama minimal 8 bulan.
Selain dikarantina
para jamaah yang telah menjalankan ibadah Haji diberi gelar (kehormatan) Haji
setelah selesai masa karantina. Padahal ini merupakan salah satu strategi
politik dari Belanda. Karena , Pada masa itu sedang berkembang paham
Pan-Islamisme di Timur Tengah dan semakin banyak terjadi gerakan-gerakan
pemberontakan di Indonesia yang pada umumnya dipimpin oleh para ulama.
Oleh pemerintah Belanda,
mereka yang telah diberikan gelar haji di depan nama mereka ini dibuat
bangga dengan gelar tersebut. Padahal gelar Haji yang diberikan oleh pemerintah
Belanda merupakan salah satu cara untuk mempermudah Belanda dalam melakukan
proses pelacakan bagi jamaah yang memiliki kemungkinan untuk terlibat dalam
gerakan pemberontakan terhadap pemerintah. Gelar ini menjadi semacam cap yang
memudahkan pemerintah Hindia Belanda untuk mengawasi mereka yang dipulangkan ke
kampung halaman. Misalnya di daerah A ada 3 haji, di daerah B ada 5 haji, dst.
Jika terjadi pemberontakan Belanda mudah untuk menangkap orang-orang tersebut.
Jamaah Shalat Shubuh yang dirahmati Allah
Seperti kita Ketahui
bersama bahwa ibadah Haji adalah rukun Islam yang kelima. Menunaikan ibadah
haji adalah bentuk ritual tahunan yang dilaksanakan kaum muslim yang mampu.
Namun untuk saat ini saya kira tidak hanya mampu saja namun juga harus sabar,
betapa tidak daftar waiting list jemaah haji di jember sudah mencapai 18 tahun,
sehingga bagi yang mendaftar sekarang baru 18 tahun kemudian bisa pergi ke
mekah untuk menunaikan ibadah haji, bisa
jadi kalau ada suami istri mendaftar hsji bareng-bareng, belum tentu 18
tahun kemudian bisa pergi ke mekkah (pergi haji) bareng-bareng, bisa juga pergi
sendiri, karena istri atau suaminya sdauh meninggal atau juga bisa pergi sendiri-sendiri
karena 18 tahun kemudian suami-istri ini sudah bukan berstatus suami istri
lagi. Artinya sudah bercerai.
Kemudian bagaimana
halnya bagi orang yang pingin barhaji tapi tidak bisa atau belum mampu
menunaikan ibadah haji?
Jamaah Shalat Shubuh yang dirahmati Allah
Kita harus menyakini
bahwa Allah itu memiliki aifat maha adil
seperti dalam quran surat Al-Maa’idah ayat 8:
“Hai orang-orang
yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan
(kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.
Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Allah-lah yang
paling adil di antara yang adil. Neraca keadilan-Nya melingkupi keseluruhan
alam semesta. Dia akan menegakkan keadilan di antara para hamba-Nya, di dunia
dan di akhirat.
Karena Allah itu maha adil maka Allah
tentu menyediakan sarana atau amalan yang kalau kita amalalkan maka amalan itu
pahalanya setara dengan haji atau umroh
Berikuta ini
bebarapa hadis yang menyebutkan amalan yang pahalanya setara dengan pahala haji
dan umrah.
1. “Sekelompok
orang-orang fakir miskin datang kepada Rasulullah SAW dan berkata, “Ya
Rasulullah, orang-orang kaya telah memborong semua kedudukan yang tinggi serta
kebahagiaan yang abadi dengan harta memreka. Mereka shalat dan berpuasa
sebagaimana yang kami lakukan. Akan tetapi mereka mempunyai harta untuk
menunaikan haji; umrah dan bersedekah.” Lalu Rasulullah SAW bersabda,
“Sukakah kalian saya ajarkan sesuatu yang dapat mengejar orang-orang yang terdahulu
dan orang-orang yang kemudian, dan tidak ada yang lebih utama dari kalian,
kecuali mereka melakukan seperti yang kalian lakukan?” Mereka menjawab,
“Baiklah ya Rasulullah.” Rasulullah SAW lalu bersabda, “Setiap selesai sholat
bacalah olehmu Tasbih (Subhanallah); Tahmid (Alhamdulillah) dan Takbir (Allahu
Akbar) masing-masing sebanyak 33 kali.” (Shahih; HR Bukhari).
2. “Barang
siapa shalat Shubuh berjamaah, kemudian duduk berzikir kepada Allah hingga
matahari terbit, lalu shalat dua rakaat, maka ia mendapatkan pahala seperti
pahala haji dan umrah secara sempurna, sempurna, sempurna.” (Shahih; Shahih
Al-Jami’ hadits no. 6346).
3. “Barang
siapa berjalan untuk shalat wajib berjamaah maka itu pahalanya seperti pahala
orang yang berhaji dan ihram. Barang siapa berjalan untuk shalat sunnah maka
itu seperti pahala umrah.” (Hasan; Shahih Al-Jami’ hadits no. 6556).
4. “Barang siapa
berjalan untuk shalat wajib dalam keadaan sudah suci (berwudhu di rumah), maka
ia seperti mendapatkan pahala orang yang berhaji dan ihram….” (Shahih; HR
Ahmad).
5.
“Shalat di masjid Quba’ itu seperti umrah.” (Shahih; Shahih Al-Jami’
hadits no. 3872).
6.
“Siapa yang bersuci di rumahnya kemudian datang ke masjid Quba’ dan
shalat di dalamnya maka ia mendapatkan pahala seperti pahala umrah.” (Shahih;
Shahih At-Targhib, 1181).
7.
“Umrah pada bulan Ramadhan itu bagaikan haji bersamaku (Nabi saw).”
(Shahih; Shahih Al-Jami’ hadits no. 4098).
8.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda kepada seorang wanita
Anshar, “Apa yang menghalangimu untuk ikut berhaji bersama kami?” Ia menjawab,
“Kami tidak memiliki kendaraan kecuali dua ekor unta yang dipakai untuk
mengairi tanaman. Bapak dan anaknya berangkat haji dengan satu ekor unta dan
meninggalkan satu ekor lagi untuk kami yang digunakan untuk mengairi tanaman.”
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Apabila datang Ramadhan,
berumrahlah. Karena sesungguhnya umrah di dalamnya menyamai ibadah haji.”
(Shahih; Shahih At-Targhib, 1117).
9.
“Siapa yang menyiapkan bekal untuk orang yang akan berjihad, ibadah haji,
mencukupi keluarga yang ditinggalkan atau memberi makan orang yang buka puasa
maka ia mendapatkan pahala seperti pahala mereka tanpa mengurangi pahala mereka
sedikit pun.” (Shahih; Shahih At-Targhib, 1078).
10. Siapa
yang pergi ke masjid—dan tidak ada yang diinginkan selain belajar tentang
kebaikan atau mengajarkannya—maka ia mendapatkan pahala seperti pahala haji
yang sempurna.” (Hasan Shahih; Shahih At-Targhib, 86).
Demikian sedikit yang dapat kami sampaikan. Semoga kita menjadi hamba-hamba Allah yang
senantiasa takut kepada-Nya, sehingga dengan itu kita menjalankan segala
perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Wabillahi taufiq wal hidayah
wassalamualaikum warahmatullahiwabarokatuh