assalaamu 'alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuhu
innalhamdalillaah, nahmaduhuu
wa nasta'iinuhuu wa nastaghfiruhu
wa na'uudzubillaahi min syuruuri 'anfusinaa
wa min syayyi-aati a'maalinaa
man yahdillaahu falaa mudhillalahu
wa man yudhlilhu falaa haadiyalahu
asyhadu anlaa ilaaha illallah wahdahu laa
syariikalaahu wa asyhadu annaa muhammadan 'abduhuu wa rasuuluhuu laa nabiyya
ba'dahu
Jamaah Shalat
Shubuh yang dirahmati Allah,
Segala puji bagi Allah yang senantiasa melimpahkan
karunianya kenikmatan yang tak terhitung
bagi kita semua. Dan diantara semua kenikmatan itu,
nikmat Islam dan Iman adalah yang paling utama.
Marilah kita jaga nikmat islam dan iman ini sampai
ajal menjemput
Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan ke
haribaan baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beserta para keluarga, sahabat, dan semua
orang yang mengikutnya hingga hari kemudian.
Jamaah Shalat
Shubuh yang dirahmati Allah
Falsafah Jawa Mengatakan. "Sopo sing temen bakal
tinemu." . Yang artinya, "Siapa yang benar-benar mencari, bakal
menemukannya”. Atau dalam ungkapan yang
lebih lengkap mengatakan : “ Sopo sing morsal bakal kasingsal (Siapa
yang nakal bakal musnah), sopo sing salah
bakal seleh (siapa yang salah bakal menyerah/ terbukti). sopo sing tekun bakal tekan (siapa yang tekun bakal
sampai),. Sopo sing sabar bakal subur (Siapa
yang sabar bakal berhasil), sopo sing
tlaten bakal panen (siapa yang telaten bakal panen). Sopo sing temen bakal tinemu. (Siapa yang benar-benar mencari,
bakal menemukannya). Dalam suatu pepatah arab dikatakan : 1. Man Jadda Wa Jada
(Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil), . 2. Man Shobaro Zafiro (Siapa
yang bersabar akan beruntung), . 3. Man Saaro 'Alaa Darbi Washola (Siapa yang
berjalan di jalur-Nya akan sampai)
Kemudian kalau
di dalam Al quran dikatakan :
“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk
(mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka
jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang
berbuat baik.” (QS. al-‘Ankabut [29] : 69)
Di ayat lain dikatakan :
Dan setiap yang
bernyawa tidak akan mati kecuali dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang
telah ditentukan waktunya. Barangsiapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami
berikan kepadanya pahala (dunia) itu, dan barangsiapa menghendaki pahala
akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala (akhirat) itu, dan Kami akan
memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur
Jamaah Shalat Shubuh yang
dirahmati Allah,
Kata temen, dalam ungkapan sopo temen
bakal tinumu, sebenarnya mengandung unsur-unsur/pengertian yang banyak sekali , di antaranya ; pertama
: niat, kalau orang itu temen-temen atau sungguh-sungguh pasti dia
mempunyai niat. Saya yakin jamaah di sini sangat faseh dengan istilah ini, ini
kalau dalam pelajaran agama pasti menjadi pelajaran dasar, di dalam kitab Riyadhus Sholihin. niat itu di bahas pada bagian awal jadi saya
yakin jamah di sini sangat familiar dengan istilah ini, istilahnya sudah
nglonthok, sudah di luar kepala, atau sudah katam. Saya yakin bapak ibu
sekalian pasti sudah hapal hadist tentang niat yaitu : inna amalu bin niat : “Sesungguhnya amalan itu tergantung niatnya dan seseorang akan
mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan” dan untuk suatu amalan maka agar amalan itu
mrmpunyai atau berharga di hadapan Allah maka harus diniatkan ikhas karena
Allah, disamping sesuai dengan Alquran dan sunnah rosullulah. Namun demikian karena manusia itu tempatnya
salah dan lupa, Al Insanu Mahallul khata’ wan nissiyan, maka tidak heran meskipun sudah sering mendengar atau sudah
katam tentang niat, ada saja, lupanya meskipun sedikit,... ada suatu cerita
begini, rumah saya dulu (maksud saya rumah orang tua saya) waktu di jawa tengah
, ini dekat dengan masjid ya kalau diukur dari masjid ini mungkin jarak antara
pagarnya, antara bibir teras masjid depan dengan dengan pohon mangga depan itu,
jadi nggan sampai 10 langkah, ya dekatlah, tapi dulu saya itu kalau sholah
jamaah di masjid, datangnya nggak pernah sebelum adzan berkumandang atau pas
adzan berkumandang pasti, biasanya pas setelah iqomah, maka kalau kemarin ada
usulan untuk melonggarkan waktu iqomah saya jadi teringat waktu saya di klaten,
ya mungkin seperti itulah psikologinya antara orang yang jauh dari masjid
dengan orang yang dengat dengan masjid. Mungkin kayak pelajar/mahasiswa, kalau
sudah punya buku ya.. sudah ayem, tenang, meskipun bukunya kadang tidak dibaca
setiap saat tapi dibaca kalau pas mau ujian saja. Namun kembali ke niat tadi
bukan ini yg saya maksudkan, masjid kami tadi dibangun di daerah kavlingan jadi
dalam perkembangannya jamaahnya bertambah, dan terkadang keluarga baru kalau
menjadi jammah di situ, ya namanya maunya fatabiqul qoirot dalam beramal, dia
meyumbang sesuatu di mesjid itu, nah pada suatu saat banyak jam dinding di
masjid itu ada kalau 7, jadi diruangan dengan setengah luasan ruangan masjid
ini ada 7 buah jam, disetiap dinding, , ada jam digital waktu sholah , ditambah
jam berdiri merknya Junghans, tingginya 2 meter, yang kalau berbunyi/berdendang
terdengar dari rumah saya, bapak ibu yang dimahmati Allah, kembali pada niatan
tadi, maksud saya begini kalau pemberian/atau sedekah jam didinding tadi niat
ikhlas karena Allah pasti akan mendapat pahala dari Allah, dan saya yakin
jamaah di sana ikhlas, namun ada unsur yang kadang kita tidak dasari sehinggga
keikhasan tadi tidak 100 %, ya mungkin 99,9%, kenapa? Mungin sebagai orang yang
baru disitu karena mendengar cerita orang sebelumnya menyedekahkan jam dinding,
kemudian orang itu juga menyedekahkan jam dinding, ya faktornya ikut2an,
makanya tidak 100 %, tapi ini mungkin masih lebih baik dari pada yang
menyumbang jam dinding karena, merasa sudah lama menjadi jammah di situ, terus
belihat orang baru menyumbang jam dinding, terus orang ini merasa gimana,
mungkin dalam hatinya berkata : ah orang baru cuma nyumbang jam dinding merk
alba saja udah gitu, Nih aku nyumbang
jam dinding merk citisen, terus lain juga gitua, nih aku nyumbang merk saiko,
dan seterusya hingga jam nya tadi menjadi banyak. Bapak ibu yang dirahmati allah sekali lagi
saya yakin jamaah tadi bukan tidak ikhlas dalam menyumbang/sedekat namun
mungkin keikhlasannya tidak sempurna.
Itu yang Unsur yang pertama : Unsur
yang kedua dalam kata temen adalah: sabar.
Masalah sabar ini saya yakin bukan
barang baru atau kata baru bagi kita semua, seperti kata niat tadi saya yakin
jamaah di sini sudah paham betul apa itu sabar. Yaitu sabar dalam menjalankan
ketaatan kepada Allah, Bersabar untuk tidak melakukan hal-hal yang diharamkan
Allah, Bersabar dalam menghadapi takdir-takdir Allah.
Allah berfirman :
“Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar
dan shalat. Dan (shalat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang
khusyuk “ (QS. Al-Baqarah :45)
Dalam ayat ini kita diperintah Allah untuk bersabar,
namun orang dikatakan mempunyai sifat sabar, baru kelihatan kalau orang itu
mendapat ujian dari Allah, pada saat kita mendapat ujian dari Allah makan orang
yang sabar ia akan ingat bahwa ini adalah ujian dari Allah kemudian dia
akan selalu pasrah/ikhlas dengan ujian tadi. Namun kapan waktunya
ujian/cobaan dari Allah ini tiba , semua orang tidak akan tahu. Bisa waktu
akhil balik/ muda, tua bahkan tua bangka, tidak ada satu orang muslim pun tahu
dengan pasti, kita ingat firman allah,
“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah
kabar gembira kepada orang-orang yang sabar” (QS, Al-baqarah 155)
Dan kita juga sudah faham bahwa
ujian/cobaan ini bisa berasal dari mana saja Allah berfirman;
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan
kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang
banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah
ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali
yang baik (Surga).” (QS. Ali ‘Imran: 14)
Jadi sebagai seorang muslim
sebaiknya jangan berleha-leha dengan keadaanya sekarang, mungkin ada yang
perpikir mana mungkin saya sudah tua begini akan diuji/dicoba oleh Allah, jamaah sekalian sekarang ini
cerita atau berita atau kita bisa melihat di sekililing kita, justru pada saat
orang itu sudah tua, justru pada saat ini dia mendapat cobaan/ujian dari allah
baik dari istrinya, anaknya, hartanya atau lainnya. Dari semoga darai kita yang
sedang mendapat cobaan diberi kesabaran dari Allah. Karena orang yang diinginkan kebaikan oleh
Allah atau orang yang diberi kebaikkan
oleh Allah, jadi orang ini termasuk orang yang bauk dimata Allah, sehingga
insyaallah mendapatkan pahala surga adalah orang yang diberi kesabaran. Rosullulah
berkata “Tidaklah seseorang diberikan dengan sesuatu yang lebih baik dan lebih
luas dari kesabaran.” (HR Al Bukhari dan Muslim).
Itu tadi unsur yang Kedua, Unsur yang ketiga dalam kata temen
adalah: terus-menerus, ajeg atau
kontinyu atau bhs arabnya istiqamah, istiqamah dalam apa? Istiqomah dalam
beramal kebaikan, Unsur yang keempat, adalah: instrospeksi, mawas diri atau bhs arabnya muhasabah, yaitu penilaian/peninjauan
atau koreksi terhadap (perbuatan, sikap, kelemahan, kesalahan, dsb) diri
sendiri. Unsur yang kelima adalah: fokus
pada tujuan, yaitu fokus pada Allah.
Demikian yang bisa saya sampaikan, mungkin masih ada
unsur-unsur lain dalam kata temen tersebut, namun mungkin suatu saat nanti akan
kami sampaikan
Wabillahi taufiq wal hidayah, Assalamuaikum warah
matullah hiwabarokatuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar