TENTANG MIZAN (TIMBANGAN)
Segala puji bagi Allah Subhana Wata Alla
yang senantiasa melimpahkan kenikmatan yang tak terhitung bagi
kita semua. Dan diantara semua
kenikmatan itu, nikmat Islam dan Iman adalah yang paling utama. Marilah kita
pegang erat-erat kenikmatan yang berupa nikmat islam dan iman ini sampai ajal
menjemput kita.
Shalawat dan salam
semoga selalu tercurahkan ke haribaan baginda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, beserta para keluarga, sahabat, dan semua orang yang
mengikutnya hingga hari kemudian.
Kita akan membahas tentang mizan, apa itu mizan,
timbangan, timbangan apa, timbangan yang diletakkan oleh Allah pada hari kiamat
untuk minimbang apa, untuk menimbang amalan para hambanya, kalau bapak ibu
pernah menendengan tentang hizab, apa bedanya dengan hizab, hizab itu apa,
penghitungan amal, apa bedanya antara hizab dengan mizan, apa bedanya antara
hizap (penghitungan amalan) dengan mizan (penimbangan amalan), apa bedanya,
kata Imam Qurthubi, kalau hizab, atau penghitungan amalan, tujuannya adalah
untuk mengukur, kadar amalan, menghitung, namanya juga penghitungan amalan,
dihitung dosanya berapa, terus amal sholehnya berapa, dihitung, kalau mizan,
itu untuk memperlihatkan mana yang lebih apa, mana yang lebih berat antara
apanya, amal sholehnya dengan apa, dengan dosanya, jadi setelah dihitung
diambil kemudian, dosanya ditaruh di apa, anak timbangan satu , kemudian apa,
amal sholehnya diletakkan di daun timbangan yang satunya, jadi itu bedanya,
kata Imam Qurthubi bisa diulangi lagi , hizab adalah untuk mengukur dan
menghitung kadar atau jumlah amalan yang dilakukan oleh seorang hamba, dosanya
berapa kemudian amal sholehnya berapa, adapun mizan, tujuannya adalah untuk
menampakkan memperlihatkan ini lho dosa kamu sudah dihitung, ini lho amal
sholeh kamu yang sudah dihitung, lihat nih mana yang lebih berat, itu perbedaan
antara mizan dengan dengan hizab,
Kemudian apa
dalilnya ada mizan, apa dalilnya ada mizan, banyak dalilnya, dianataranya
firman Allah jalla wa alla dalam al
quran surat al a’raf ayat 8 Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman . Walwaznu
yawma-i-dzini lhaqq, artinya timbangan pada hari itu, hari apa, hari
kiamat, itu pasti benar, atau benar adanya atau haq atau adil, jadi mizan, atau
timbangan pada hari itu pasti ada dan pasti adil dan pasti benar, faman
thaqulat mawadziinuhu faula-ika humul muflihuun dan barang siapa yang
timbangan kebaikannya lebih berat maka merekalah orang-orang yang beruntung (al
quran surat al A’raf ayat 8), ada juga dalil yang lainnya al quran surat Al Anbya ayat 47,
dalam al quran surat Al Anbya
ayat 47, di situ disebutkan oleh Allah Azza wa Jalla , Wa
nada ul mawadziiina al qisthali yawmil qiyamat dan kami akan memasang
timbangan yang tepat pada hari kiamat, jadi nggak bisa main apa timbanga, para
pedagang yang biasa main timbangan, di hari kiamat anda nggak bisa main-main lagi, karena
timbangan itu di tangan Allah Azza wa Jalla, dan kami akan memasang timbangan yang
tepat pada hari kiamat, fala tuth lamunafsun syai-an dan tidak ada seorang pun, yang akan
dirugikan sedikitpun, dan inilah kelanjutan diharamkannya perbuatan zholim oleh
Allah Azza wa Jalla, atas dirinya, jadi Allah Subhanahu wa Ta’ala mengharamkan perbuatan
zolim bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat, sedikitpun tidak akan di
zolimi seorang manusia, kemudian kata
Allah Subhanahu wa Ta’ala, wa-in
kana mits qala habbatin min khardalin ataina biha seandainya amalan
tersebut hanya sebesar sawi pun, kami akan datangkan amalan itu, jadi kalau biji sawi itu berapa ons, pernah
nimbang biji sawi? Atau apa ya biji sawi ? bapak ibu tahu sawi, sayuran, ada
bijinya, besarnya kayak apa? Kayak beras, lebih kecil lagi, kayak
bribik, bribik itu kayu kalau keluar coklat-coklatnya coklat muda atau
nonor , ya itu sebesar itu, berapa ons itu ? nggak sampe satu ons, satu gram
pun nggak sampe, itu , itu akan ditimbang, walaupun tinggal segitu, walaupun kita
punya amalan atau dosa sekecil itu, itu akan ditimbang oleh Allah Azza wa Jalla,
makanya firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
wa kafa binahasibiin dan cukuplah Kami sebagai pembuat
perhitungan, ini dalil adanya mizan,
Mizan itu
jumlahnya berapa? Mizan jumlahnya berapa,
apa sejumlah manusia, manusia berapa banyak sekali, ada perbedaan
pendapat di antara para ulama tentang masalah ini? Ada, ada sebagian ulama yang
berpendapat, mizan itu satu, dan ada pula sebagian ulama yang berpendapat mizan
itu banyak, sebanyak orang atau amalan yang ditimbang, dan masing masing punya
argumen, masing-masing punya argumen, kata yang berpendapat mizan itu satu,
atau kata ulama yang berpendapat mizan itu satu katanya, disebagian ayat
disebutkan muhrot atau tunggal, wal wasnu atau mizan, mizan itu satu, tapi
disebagian ayat disebutkan dengan jamak, contohnya ayat dalan surat Al Anbya’ 47 disebutkan
mawazin, mawazin itu bentuk jamak, berarti banyak tidak Cuma satu,
masing-masing punya argumen, tapi kalau mayoritas ulama, berpendapat kalau
mizan itu Cuma satu, dan ini di katakan oleh imam ibnu khatsir r.a. , kata
beliu mayoritas ulama, pendapatnya mizan itu Cuma satu, bagaimana kalau ada yang berpendapat, jadi kalau timbangan Cuma satu, lha pastinya
lama sekali nunggu giliran untuk ditimbang,
kata kita bikin e-ktp kemarin, nunggunya bisa berjam-jam, ini manusia
dan jin yang hidup mulai dari nabi adam
sampai hari kiamat, pasti lama, gimana?
Beda antara
timbangan di dunia dengan timbangan di akhirat, timbangan di akhirat kayak apa?
Kata nabi shallalahu alaiwasalam, dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imaam Al Hakim no: 8739 dan kata beliau Hadits
ini Shohiih. Kata Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam yang artinya, “Timbangan akan ditegakkan pada Hari Kiamat,
seandainya pada hari itu langit dan bumi ditimbang niscaya cukup untuk
menimbangnya.”
Tujuh lapis langit
dan bumi itu di timbang, niscaya apa? Cukup, berarti berapa besarnya
timbangannya, berapa besarnya, langit itu besarnya berapa? Jarak satu langit
dengan langit berukutnya berapa? 500 tahun perjalanan, jarak antara lapis langit
ke lapisan berikutnya sepanjang 500 tahun, itu sebesar itu ditambah dengan bumi
itu cukup ditimbang oleh timbangan di akhirat, jadi tidak usah khawatir, nggak
usah kuatir nanti saya nomor berapa ya? Lama banget, nggak usah kuatir, kemudian bagaimana caranya? Wong orang banyak,
timbangan gimana? Gak bisa dibayangkan, karena memang nggak perlu dibayangkan,
nggak usah dibayangkan kata imam ibnu Hajar
Asqalani, imam ibnu Hajar Asqalani termasuk
ulama yang berpendapat bahwa mizan ini Cuma satu, imam ini berkata, Al Mizan
(Timbangan) itu adalah satu, tidak bisa kita gambarkan dengan banyak timbangan,
betapapun banyaknya amalan yang akan ditimbang. Karena keadaan di Hari Kiamat
itu tidaklah bisa dipikirkan oleh akal manusia ataupun digambarkan dengan gambaran-gambaran
duniawi.
Masalahnya itu
sekarang kita itu bayangannya adalah timbangan beras, makanya kita bingung,
timbangan di hari kiamat nggak sama, dengan timbangan di dunia, pada hari
kiamat tidak bisa dianalogikan timbangan di dunia yang memiliki dua daun
timbangan, bagaimana bentuknya timbangan di akhiran Wallahu a’lam bish-shawabi,
hanya Allah yang tahu.
Pertanyaan
berikutnya apakah diperlukan mizan, perlu nggak, Allah apa nggak tahu? Allah
apa nggak tahu kalau nggak timbang amalan kita,
Allah pasti tahu, untuk apa pakai mizan segala kalau Allah sudah tahu amalan
kita, apa nggak malah nyuwen-nyuweni ,
kok perlu timbangan segala, lha wong allah sudah tahu kok, kira-kira amal
sholeh kita itu mana yang lebih berat antara dosa yang kita lakukan dengan amalan
kita, itu pasti Allah tahu, kenapa pakai timbangan-timbangan segala, kenapa,
karena untuk memperlihatkan betapa adilnya Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena
ketika di mizan itu, semua orang melihat, jadi untuk menampakkan betapa
tingginya sifat adil Allah, sampai seluruh manusia bisa menyaksikan bagaimana
Allah Subhanahu wa Ta’ala menimbang masing-masing amalan seorang hamba,
Kemudian apa
yang ditimbang ? apa yang ditimbang,
Amalan , amalan itu bentuknya apa? Misalnya sholat, sholat itu bisa di
kilo nggak? Atau pahala, pahala itu bisa
dikilo nggak? Apanya yang ditimbang?
Atau buku catatannya? Atau orangnya? Seneng yang gemuk kasihan yang
kurus, jadi apa yang ditimbang, para ulama berbeda pendapat tentang apa yang
ditimbang, apa amalannya, atau buku catatannya, atau orangnya, ulama terbagai
menjadi tiga pendapat, kenapa mereka berbeda pendapat, karena ada hadist yang
menyatakan amalan yang ditimbang, ada hadist yang berbicara orang yang
ditimbang, ada hadist yang menyatakan bukunya ditimbang, terus bagaimana ini?
Sebagian ulama
mengambil jalan tengah, semuanya ditimbang, karena masing-masing ada dalilnya,
apa dalilnya amalan yang ditimbang, dalilnya amalan ditimbang adalah di surat
al zalzalh ayat 6-8 firman Allah, Faman ya’mal mitsqala dzarratinkhayra yarah barang siapa yang melakukan amalan
walaupun sebesar biji zarah akan mendapatkan balasannya, kebalikannya Waman
ya’mal mitsqala dzarratinsharran yarah siapa yang melakukan amal
keburukan walaupun sebesar biji zarrah pun akan mendapatkan balasannya, ada
juga dalil yang lain dalam suatu hadist yang menunjukkan amalan itu akan
ditimbang, hadist ini hadist terakhir yang disebutkan dalam hadist Imam Bukhori
dan Muslim, yaitu : ada dua kilamat yang dicintai oleh Allah Subhanahu wa
Ta’ala ringan di lisan berat di
timbangan, jadi yang ditimbang apanya kalimatnya subhanallah wabihamdihi,
subhanallahil ‘Azhim, ini menunjukkan yang ditimbang apanya ucapanya,
amalannya yang ditimbang,
Adapaun dalil
yang menyatakan bahwa yang akan ditimbang adalah bukunya, atau buku catatan
amalnya adalah sebuah hadist yang diriwayatkan oleh imam at tirmidi, cerita
tentang yang biasa diistilahkan dengan hadist shahibil bithoqoh, hadist seorang yang punya kartu , ceritanya pada hari
kimat nanti akan didatangkan orang punya amal dosa yang sangat banyak, kemudian
dosa itu dicatat di dalam sebuah buku yang banyaknya itu 100 buku, dan
masing-masing buku tebalnya itu setebal mata menandang, kemudian oleh Allah Subhanahu
wa Ta’ala orang itu di tanya : dari sekian dosa yang kamu lakukan kira-kirab
ada nggak dosa yang nggak engkau lakukan tapi tertulis di sini, artinya salah
catat, dijawab nggak ada ya Allah, sudah
orang itu yakin akan masuk neraka karena dosanya begitu banyak, Kata Allah Subhanahu
wa Ta’ala : sesungguhnya engkau masih punya amal sholeh, kemudian
dikeluarkanlah bithoqoh, sebuah
kartu, yang isinya adalah kalimat La
ilaha illallah orang tadi sudah pesimis, ya Allah seratus buku catatan
amalan keburukan yang tebalnya segitu kok mau dibandingkan dengan sebuah kartu,
kartu itu seberapa tipisnya kok mau dibandingkan dengan buku yang sangat tebal,
maka ditimbanglah buku catatan amal tersebut dengan sebuah kartu. Berarti yang
ditimbang apanya buku cacatannya. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala menghendaki
bahwa kartu itu ternyata lebih berat dari pada serataus buku catatan yang
sangat angat tebal. Berarti hadiist ini menunjukkan bahwa buku catatan lah yang
ditimbang.
Kemudian kalau
orangnya yang ditimbang dalilnya apa? Hadist yang diriwayatkan oleh imam
bukhori, kata Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam: akan datang pada hari kiamat seorang yang sangat gemuk
dan besar, tetapi ketika orang tersebut ditimbang tenyata orang tersebut tidak
lebih berat dari sayap seekor nyamuk, kenapa ya karena tidak punya amal sholeh,
tong kosong nyaring bunyinya, jadi yang kurus-kurus nggak usah pesimis, yang
gemuk-gemuk jangan terlalu optimis, tergantung apanya tergantung amalannya,
tapi yang kurus-kurus jangan terlalu optimis dan yang gemuk-gemuk jangan
terlalu pesimis, sama saja,
masing-masing tergantung amalannya, bukan masalah berat badannya.
Demikian sedikit yang dapat
kami sampaikan. Semoga kita menjadi
hamba-hamba Allah yang senantiasa takut kepada-Nya, sehingga dengan itu kita
menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Wabillahi taufiq wal hidayah wassalam mualaikum
warah matullahi wabarokatuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar