assalaamu 'alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuhu
innalhamdalillaah,
nahmaduhuu
wa nasta'iinuhuu wa nastaghfiruhu
wa na'uudzubillaahi min syuruuri 'anfusinaa
wa min syayyi-aati a'maalinaa
man yahdillaahu falaa mudhillalahu
wa man yudhlilhu falaa haadiyalahu
asyhadu anlaa ilaaha illallah wahdahu laa syariikalaahu wa
asyhadu annaa muhammadan 'abduhuu wa rasuuluhuu laa nabiyya ba'dahu
Jamaah Shalat Shubuh yang
dirahmati Allah,
Segala puji bagi Allah yang senantiasa melimpahkan karunianya
kenikmatan yang tak terhitung bagi kita
semua. Dan diantara semua kenikmatan itu, nikmat Islam dan Iman adalah
yang paling utama.
Marilah kita jaga nikmat islam dan iman ini sampai ajal
menjemput
Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan ke haribaan baginda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
beserta para keluarga, sahabat, dan semua orang yang mengikutnya hingga
hari kemudian.
Jamaah Shalat Shubuh yang
dirahmati Allah
Ada peribahan dalam bahasa Jawa yang mengatakan : Guphak
Pulute Ora Mangan Nangkane , Dulu sekali, , mungkin bapak ibu juga
mengalami, kalau kita membeli nangka pasti masih dalam ujud jadi satu antara
kulit dan isinya, belum di pilih mana yang bisa dimakan dan mana yang nggak
bisa dimakan, lha untuk memmisahkan itu kita perlu sedikit kerja keras sehingga
kita kena getah dari nangka tadi, tidak seperti sekarang kalau kita beli nagka
sduah bersih tinggal maka. Dan
peribahasa itu artinya Orang yang sudah
berusaha atau orang yang berjerih payah
tapi tidak menikmati hasilnya. Orang yang kena getah tapi tidak makan nangkanya
adalah orang dengan ketidak beruntungan. Disini dia bersusah payah untuk
mengelupas nangka yang penuh dengan getah, tapi entah mengapa suatu sebab dia
tidak memakan nangkanya. Pepatah ini menjelaskan bahwa orang yang sudah susah
payah kadangkala tidak mendapatkan hasil dari jerih payahnya sendiri.
Adapun secara luas,
pepatah Jawa ini ingin menunjukkan sebuah peristiwa atau kiasan yang
menggambarkan akan kesialan seseorang, karena ia tidak menikmati hasil
pekerjaannya, tetapi justru menerima resiko buruknya. Apakah itu ada kalam konteks keagamaan,
Jamaah sekalian, dalam konsteks keagaman, Orang yang sudah berusaha atau orang yang berjerih payah tapi tidak menikmati hasilnya,
bisa kita bigi menjadi dua golongan,
Golongan pertama adalah orang diluar islam atau orang kafir, kenapa demikian ?
orang kafir itu, seperti kita tahu, bahwa segala amalannya di dunia ini tidak
berguna di akherat nanti, meskipun dia sudah beramal banyak sekali, bersekah
bermilyar2, membangun masjid , membangun rumah sakit ber puluh2, menghajikan
berpuluh2 orang dan lain-lainnya. Meskipun ada hadist : ‘Khoyrunaas anfa’ahun
linaas’ “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” ini
tidak berlaku bagi orang kafir atau di luar islam. Siapa tidak tahu tentang Isaac
Newton, Newton ini adalah orang yang paling berpengaruh di dunia setelah nabi
Muhammad, itu dalam buku 100 orang yang paling berpengaruh di dunia. Dia penemu hukum yang menghubungkan antara
gaya, massa dan percepatan, jadi semua mesin didunia ini, dibuat berdasarkan
rumus yang ditemukan Nowton, mulai sepeda, sepeda motor, mobil, kereta api,
pesawat terbang , roket, kapal dan semua mesin2 di dunia, juga jalan, jembatan,
pelabuhan, bagunan dan gedung-gedung di dunia modern ini di buat berdasarkan
rumus yang ditemukan oleh Newton. Boleh dibilang ia sangat berjasa kepada
kehidupan manusia modern, tapi apa amalan/temuan dia akan berguna di akherat
nanti? Belum tentu, kalau ia orang kafir maka tentu tidak akan berguna.
Jamaah yang
dirahamati Alloh..
Orang yang mendapat
hidayah berarti telah mendapat pengetahuan yang benar tentang jati dirinya yang
sesungguhnya. Ia telah sadar bahwa dirinya adalah mahluk yang pasti memiliki khalik Pencipta-- yaitu Allah. Yang
juga menciptakan langit dan bumi, serta segala sesuatu. Konsekwensi dari pemahaman
tersebut yaitu mengakui bahwa Pencipta dari segala yang ada ini berhak untuk
diibadahi, ditaati, ditakuti, diharapkan dan dicintai. Adapun orang yang tidak
mengakui hal itu, berarti hatinya tertutup. Akalnya juga turun dari derajat
sebagai akal manusia. Merekalah yang di dalam al-Qur’an disebut orang musryik
dan kafir. Mereka ini terdiri dari orang-orang yang tidak mengakui eberadaan Allah, atau masih menyembah selain
Allah. Orang semacam ini di mata Allah tidak lagi memiliki harga meski telah
melakukan perbuatan baik. Sebab ia telah melalaikan hak Allah yakni untuk
dikenal dan diibadahi. Orang yang menyia-nyiakan hak Allah tidak akan mendapat
manfaat dari kebaikan yang dia berikan kepada manusia. Perbuatan itu hanya
diganjar di dunia seperti mendapat pujian dan sanjungan manusia. Namun di
akhirat, mereka tidak akan mendapatkan apa-apa, dan tempat kembalinya adalah
neraka.
Alloh berfirman
dalam QS Ali Imran 85 :
Wa may yabtagi gairal-islaami diinan falay yuqbala minhu, wa
huwa fil-aakhirati minal khaasiriin
‘Barangsiapa mencari
agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama
itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi ‘
Allah juga berfirman
dalam QS: Al-Furqaan 23:
Wa qadimnaa ilaa
maa’amiluu min ‘amalin fa ja’alnaahu habaa’am mansuuran
“Dan Kami hadapi
segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu
yang berterbangan…”
Golongan kedua adalah orang islam yang beramal
namun tidak ikhlas karena Alloh , serta tidak sesuai dengan yang
diajarkan Rasul shallallahu’alaihiwasallam.
Contoh yang marak di
masyarakat tentang manjalankan amalan yang tidak diajarkan Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam.
Mengenai masalah Dzikir misalnya : Ada orang yang berdzikir dengan hanya
mengucapkan HU...hu... hu.. ribua kali.. katanya kalau diturut itu dari kata
Allah Hu Akbar, jadi Allah Hu Akbar
diringkas jadi Allah... kemudian Allah di ringkas lagi jadi HU.... Kalimat la illah ila allah... disingkat
menjadi illah... illah.. dan diucapkan beribu kali
Juga tentang shalawat-shalawat
yang dibuat buat.. misalnya ada yang menyebuat Yaa Ayyuhal-Ghoutsu.. duhai
Ghoutsu Hadhaz Zaman... yang bisa kita temukan dalam shalawat wahidiyah, yang
juga dibaca ribuan kali. Dan lain-lainnya ,
saya yakin kalau diteliti masih banyak lagi shalawat-shalawat yang masih banyak diperdebatkan makna
kandungan isinya.
Sekalipun amalan
tersebut berat, panjang dan telah membudaya dengan luas. Alih-alih meraih
pundi-pundi pahala, mungkin atau bisa jadi malah justru mereka terancam dengan
siksaan di neraka kelak. Allah ta’ala menegaskan
dalam QS Al-Ghasyiyah ayat 2-4,
“هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْغَاشِيَةِ (1) وُجُوهٌ
يَوْمَئِذٍ خَاشِعَةٌ (2) عَامِلَةٌ نَاصِبَةٌ (3) تَصْلَى نَارًا حَامِيَةً (4)”.
Hal ataaka hadiisul-ghaasyiyah, wujuuhuy
yauma’izin khaasyi’ah, ‘amilatun
naashibah, tashlaa naaran haamiyah.
Artinya: “Sudahkah
sampai kepadamu berita tentang hari kiamat? Pada hari itu banyak wajah yang
tertunduk hina. (Padahal) mereka beramal berat lagi kepayahan. Mereka memasuki
api yang sangat panas (neraka)”.
Dalam Tafsîr
at-Tustury dijelaskan bahwa orang-orang yang bernasib sial yang
dimaksud di dalam ayat-ayat di atas, adalah mereka yang menjalankan amalan yang
tidak ada tuntunannya.
Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam juga
telah mengingatkan,
“man ‘amila ‘amalan
laysa ‘alaihi amruna fuhuwa raddun”.
“Barang siapa yang
melakukan suatu amalan yang tidak sesuai dengan petunjukku, maka amalan itu
akan ditolak”. HR. Muslim dari
Aisyah radhiyallahu’anha
Kemudian, Mengenai masalah puasa misalnya,
Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam menerangkan,
“Rubba shoo
imin hazhohu min shiyaamihi alju’
wal’athosy”
“Betapa banyak orang
berpuasa yang hanya memetik lapar dan dahaga”. HR. Ibnu Majah dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu.
Walaupun mereka
telah letih berpuasa, namun ternyata bukan buah manis pahala yang
didapatkannya! Hal itu dikarenakan antara lain, mereka tidak ikhlas dalam
puasanya, atau tidak memenuhi rukun dan syaratnya.
Jamaah yang
dirahmati Allah,
Mumpung puasa tahun
ini masih kurang 4 minggu lagi, marilah kita persiapkan sebaik mungkin kalau
bisa puasa kita tahun ini lebih baik dari tahun yang lalu. Persiapan, fisik,
materi, dan ilmu sehingga puasa kita mendapat pahala dari Alloh di AKherat
nanti
Akhirnya marilah kita
berhati-hati dalam beramal. Jangan sekedar memperhatikan kuantitasnya saja.
Namun jadikanlah kualitas amalan sebagai prioritas kita. Dalam arti amalan
tersebut diusahakan harus ikhlas karena Allah semata dan sesuai dengan
tuntunan Rasul shallallahu’alaihiwasallam. Bila tidak,
bersiap-siaplah untuk ’gupak pulute, ora mangan nangkane’!
Demikian yang bisa saya sampaikan,
Wabillahi taufiq wal hidayah, Assalamuaikum warah
matullah hiwabarokatuh