Jumat, 18 Maret 2016

Bagaimana Cara Kita Beragama Dengan Baik

assalaamu 'alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuhu
innalhamdalillaah, nahmaduhuu
wa nasta'iinuhuu wa nastaghfiruhu
wa na'uudzubillaahi min syuruuri 'anfusinaa
wa min syayyi-aati a'maalinaa
man yahdillaahu falaa mudhillalahu
wa man yudhlilhu falaa haadiyalahu
asyhadu anlaa ilaaha illallah  wahdahu laa syariikalaahu wa asyhadu annaa muhammadan 'abduhuu wa rasuuluhuu laa nabiyya ba'dahu
Jamaah Shalat  Shubuh yang dirahmati Allah Subhana Wata Allah 
Kita panjatkan puja dan puji syukur kehadiratan allah swt, pada kesempatan yang berbahagia ini kita kembali bisa menjalankan shalat subuh berjamaah dan  menghadiri salah satu diantara majelis ilmu. Kita harapkan semoga Allah Subhana Wata Alla, berkenan untuk melimpahkan kepada kita semuanya ilmu yang bermanfaat, sehingga bisa kita amalkan sebagai bekal untuk menghadap Allah swt,  amin ya rabal alamin.
                Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan ke haribaan baginda Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam, beserta para keluarga, sahabat, dan semua orang yang mengikutnya hingga hari kemudian.
Jamaah Shalat  Shubuh yang dirahmati Allah Subhana Wata Allah
Pada kesempatan ini , saya akan bercerita tentang sebuah diskusi antara dua orang,  yang satunya orang yang baru ngaji, katakan namanya pak a, dan satu lagi seorang ilmuwan, disebut ilmuwan karena penelitiannya sudah banyak dimuat dan tersebar di jurnal-jurnal internasioanal,  katakan ilmuwan ini namanya pak b, pada mulanya kedua orang ini tidak bermaksud untuk berdiskusi tentang agama, tetapi pada suatu kesempatan pak b yang ilmuwan itu berkata: ‘ah ternyata daging babi itu enak’, kemudian disahut oleh pak a,’ lho situ pernah makan daging babi ya?, ‘ ya pernah tapi nggak sengaja dulu waktu kuliah, pernah makan disuatu warung bakmi, ya enak, tapi kata teman saya, di warung itu bakminya di campur daging babi’ ,  jawab pak b,
 ‘kan menurut agama kita daging babi itu haram’ kata pak a,
‘ya memang, tapi saya nggak sengaja makan’ jawab pak b.
 Kemudian pak a , ini menjelaskan satu surat di dalam al quran tentang daging babi yaitu surat  Al Maidah ayat 3 yang berbunyi Hurrimat Aalaykumul maytatu waddamu  walahmul khinziiri wama uhilla lighayri llahi bihi “ (Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah,..)

‘Ya kalau itu aku sudah tahu, kalau babi itu haram ‘ jawab pak b.  Kemudian bartanyalah pak b, ‘sekarang kalau rokok bagaimana?’. ‘apa rokok itu haram?’
‘memang rokok belum ada waktu zaman nabi, memang agak sukar untuk menentukan apakah rokok itu haram kalau hanya dari ayat itu. Tapi sebetulnya kita bisa mendekati bagaimana hukum rokok itu dengan ayat yang lain di alquran’ dijawab pak a.
’ Bagaimana caranya?’ tanya pak b.
‘sebetulnya hukum dasar haram dan haram menurut al quran itu terdapat pada surat Al A’Raf 157 yang artinya  berbunyi:

“(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik (wayuhillu lahumu attayyibati) dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk (wayuharrimu aalayhi mul khabait) dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung.”

Disitu disebutkan nabi menghalalkan  yang baik2  dan mengharamkan yang jelek 2;  misalnya  mencuri, njambret, membunuh, mengumpat, itu baik atau buruk,   buruk kan,  ya semuanya itu haram, lalu sedekah,  mengasihi anak yatim, tolong menolong dalam kebaikan , menghotmati orang lain, itu baik atau buruk,  baik kan.. ya semuanya itu halal, kemuadian kalau rokok itu baik atau buruk.. coba kalau rokok itu baik, berikan rokok itu sama anak kamu, kamu mau apa nggak? Coba kalau rokok itu baik berikan pada istimu  atau ibu mu, kamu mau apa nggak? Kata pak a.

‘nggak gitu bro’ jawab pak b.’ Baik buruk itu nggak bisa diukur seperti itu’ itu kan pendapat orang-perorang. Lha kalau dua orang saja pikirannya nggak sama maka tentu pikiran sejuta orang juga akan berbeda’
‘lho kan kita bisa membuat keputusan itu berdasar hati murani kita’ balas pak a.
‘nggak bisa yang untuk memikir itu otak bukan hati’ jawab pak b.
‘kan saya sebutnya hati nurani bukan hati saja’ sanggah pak a.

Sebetulnya dari balasan pak a, ini diskusi tentang halal haram rokok itu sudah selesai,  sebab  setiap orang memlikiki hati nurani, hati nurani itu menjadi cermin di dalam diri setiap orang. Perkataan hati nurani adalah kejujuran. Anjurannya adalah kebaikan. Kecenderungannya adalah pada kebenaran, sifatnya adalah kasih sayang. Ia akan tenang bila kita berbuat baik dan gelisah bila kita berbuat dosa. Bila ia bersih dan sehat maka ia akan menjadi juru bicara Tuhan di dalam diri kita. Bila ia bening dan berkilat maka ia akan menangkap wajah Tuhan.

Tapi karena pak b, ini sebaagai ilmuwan dia tidak bisa menerima kalau tidak ada bukti langsung hubungan sebab akibat.
Kemudian pak b berkata: ‘ ah semua itu masih pendapat yang subjectif belum pendapat yang objetif’
Pendapat subjectif itu artinya pendapat perorangan, kalau pebdapat subjectif itu pendapat sudah melalui test berbagai cara.

‘ok lah, kalau itu pendapat sampean,  kata pak a, ‘ tapi ada satu lagi ayat yang mengatakan: yang artinya : Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan“. (QS. Al Baqarah: 195). Serta Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu“. (QS. An Nisaa: 29).
‘Rokok itu mengandung lebih 400 jenis racun yang berbahaya, dan dari penelitian mengatakan bahwa hampir 90 % penyakit kanker terutama kanker paru-paru dan jantung diderita oleh orang yang mempunyai kebiasaan merokok ‘ dan filter rokok itu pembuataannya dicurigai memakai protein dan hemogobin darah babi, ‘jawab pak a,
‘Iya memang,  tapi semua itu tidak menunjukan kaalu rokok itu berhubungan langsung dengan kebinasaan, ada lho orang yang sehabis makan sate kambing terus mati, berarti sate kambing itu haram, karena menyebabkan kematian , say merokok dua pak sehari nggak apa-apa’  balas pak b, ‘jadi selama belum ada hubungan langsung antara merokok dengan kematian ya, tidak apa-apa’

Jamaah shalat shubuh yang dirahmati Allah,
Sebetulnya diskusi itu masih panjang, namun karena pada kesempatan ini, kami tidak bermaksud untuk membahas hukum tentang rokok , biarlah diskusi itu menjadi cerita saja,

Jamaah shalat shubuh yang dirahmati Allah,
Berdasarkan contoh diskusi tadi, pada kesempatan ini kami ingin mengingatkan kembali bagaimana cara kita beragama dengan  baik,

Bagaimana sebaiknya kita beragama islam, islam itu Islam memiliki arti "penyerahan", atau penyerahan diri sepenuhnya kepada Allāh, a'ala. Penyerahan diri dalam perintah dan larangan-Nya, Iman dan Islam kepada-Nya, mengikuti kabar dan berita yang disampaikan-Nya.

Berdasarkan contoh diskusi yang tadi, maka alangkah baikkya kalau kita dalam beragama tidak melulu atau selalu  mengutamakan akal dan bukti secara nyata, ada baiknya kita patuh atau penyerahan diri sepenuhnya kepada Allāh, a'ala. Beragama islam ini memang harus menggunakan akal. Tetapi tidak menjadikan akal sebagai hal yang segala-galanya sehingga melanggar atau mengingkari ayat-ayat wahyu Ilahiyah, karena kalau melanggar rambu-rambu wahyu, maka tidak ada artinya lagi beragama, tidak ada artinya lagi Qur'an, serta Nabi Muhammad. Tidak ada artinya lagi beragama Islam dan diutusnya Nabi Muhmmad saw, jika wahyu dan perintah serta aturan-aturannya dilanggar, karena lebih mengutamakan akal.


Allah mengabarkan bahwa cara beragama yang baik adalah dengan berserah diri, (dalam firman-Nya):
"Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus?" (QS. An Nisa: 125).

Kemudian berpegang, memahami  dan mengikuti Al Quran dan hadits. Allah telah menjamin akan menganugerahkan keistiqomahan kepada orang-orang yang mengikuti Al Quran.  Dalam amalan kita sehari-hari, kita seharusnya berhukum pada sumber sumber hukum Islam adalah yaitu :  Al Qur’an,  Al Hadits ,  Ijma’  dan  Qiyas. Kemudian baru Ijtihad,  Ijtihad yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan pegulatan umat Islam untuk menemukan rumusan-rumusan baru dalam bidang hukum, yang tidak ditemukan dalam dua otoritas mutlak hukum Islam yaitu Al Qur’an dan As Sunnah.

Bagimana cara berijtihad , ada slah satu contoh dari hadiist nabi yang berbunyi :  Ada Seorang sahabat Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam yang bernama Wabishah radhiallahu’anhu datang dengan menyimpan pertanyaan di dalam hatinya tentang bagaimanakah cara membedakan antara kebajikan dan dosa. Sebelum Wabishah bertanya, cermin hati Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam telah menangkap isi hatinya.
”Wahai Wabishah, mau aku jawab langsung atau engkau utarakan pertanyaanmu terlebih dahulu?”
Wabishah menjawab, ”Jawab langsung saja, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, ”Engkau datang untuk bertanya bagaimana membedakan antara kebajikan dan dosa.” Wabishah berkata, “Benar.”
Beliau, shalallahu ‘alaihi wasallam merapatkan jari-jarinya dan menempelkannya pada dada Wabishah, seraya bersabda,
“Mintalah pendapat pada hatimu dan mintalah pendapat pada jiwamu, wahai Wabishah. Sesuatu itu adalah kebaikan bila ia membuat hati tenteram, membuat jiwa tenteram, sedangkan dosa membuat kegelisah dalam hati dan kegoncangan dalam dada.(Mintalah pendapat pada hatimu dan mintalah pendapat pada jiwamu), meskipun orang-orang telah memberikan pendapat mereka kepadamu tentang hal itu.” ( HR.Al-Darimi dari Wabishah radhiallahu ‘anhu)

Namun bagi sebahagian orang yang banyak berbuat dosa dan maksiat akan sulit sekali mendapatkan pertimbangan hati. Karena hatinya sudahnya tertutup oleh tumpukan dosa, sehingga sulit membedakan mana yang benar dan mana yang salah dan tidak ada lagi rasa malu atau perasaan tidak enak ketika melakukan suatu perbuatan berdosa. Hati, mata, dan telinganya sudah ditutup. Makanya orang tersebut sering sekali melakukan dosa, misalnya berdusta/berbohong dan akan terus dilakukannya tanpa ada perasaan bersalah/berdosa lagi.

Sekarang ini cobalah kita tanyakan dengan jujur pada diri kita sendiri, pada posisi mana kita berada saat ini. Apakah kita termasuk orang yang merasa ”tidak nyaman” ketika kita mau melakukan perbuatan dosa? Atau kita tidak merasakan ketidaknyamanan itu lagi? Kalau iya, kita masih merasakan ketidaknyamanan, kegelisahan ketika kita mau melakukan suatu perbuatan dosa, maka bersyukurlah, itu berarti hati nurani kita masih hidup dan pertahankan serta tingkatkanlah, ketakwaan, keimanan dan kedekatan kita kepada Allah.

Namun jika ternyata kita temukan diri kita, sudah tidak pernah merasakan rasa bersalah, gelisah, saat kita mau dan sudah melakukan perbuatan dosa, maka segera bertobatlah, karena jangan-jangan kita sudah terlalu lama berada dalam kelompok orang-orang yang tidak malu melakukan dosa, atau merasa biasa-biasa saja ketika melakukan suatu perbuatan dosa yang kita anggap sebagai dosa kecil. Tanyakan dengan jujur pada diri kita masing-masing, dan hanya kita sendiri yang bisa menjawabnya.


Demikian sedikit yang dapat kami sampaikan.  Semoga kita menjadi hamba-hamba Allah yang senantiasa takut kepada-Nya, sehingga dengan itu kita menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Wabillahi taufiq wal hidayah wassalamualaikum warahmatullahiwabarokatuh