Sabtu, 23 Januari 2016

HIDUP SEDERHANA

HIDUP SEDERHANA

assalaamu 'alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuhu
innalhamdalillaah, nahmaduhuu
wa nasta'iinuhuu wa nastaghfiruhu
wa na'uudzubillaahi min syuruuri 'anfusinaa
wa min syayyi-aati a'maalinaa
man yahdillaahu falaa mudhillalahu
wa man yudhlilhu falaa haadiyalahu
asyhadu anlaa ilaaha illallah  wahdahu laa syariikalaahu wa asyhadu annaa muhammadan 'abduhuu wa rasuuluhuu laa nabiyya ba'dahu
Jamaah Shalat  Shubuh yang dirahmati Allah Subhana Wata Allah 
Kita panjatkan puja dan puji syukur kehadiratan allah swt, pada kesempatan yang berbahagia ini kita kembali bisa menjalankan shalat subuh berjamaah dan  menghadiri salah satu diantara majelis ilmu. Kita harapkan semoga Allah Subhana Wata Alla, berkenan untuk melimpahkan kepada kita semuanya ilmu yang bermanfaat, sehingga bisa kita amalkan sebagai bekal untuk menghadap Allah swt,  amin ya rabal alamin.
                Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan ke haribaan baginda Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam, beserta para keluarga, sahabat, dan semua orang yang mengikutnya hingga hari kemudian.
Jamaah Shalat  Shubuh yang dirahmati Allah Subhana Wata Allah
Dalam sistem kapitalis, kebahagiaan diukur dengan materi. Hidup masa kini tidak sah tanpa berbagai atribut kemewahan. Banyak  yang selalu merasa tidak cukup, meski sudah hidup layak. Hidup sederhana menjadi barang langka.  Saking tidak bisanya hidup sederhana, ada orang yang sedang dihukum pun nekad membawa kemewahan ke dalam penjara. Kalau pun ada (banyak) orang yang hidup sederhana, itu karena terpaksa hidup seadanya akibat terjepit nasib dan pemiskinan.

Perilaku hura-hura dan konsumtif sudah menjadi budaya. Keinginan hidup mewah bukan hanya di kalangan berada, tetapi juga di kalangan golongan kurang mampu. Kemewahan bukan lagi sekedar pamer materi, tetapi memanipulasi suatu keinginan sehingga menjadi keharusan demi kepuasan. Akibatnya, tindak korupsi dan kriminalitas merajalela. Keadaan ini sudah demikian parah dan membahayakan

Perilaku hidup sederhana bertentangan dengan pola hidup konsumerisme, yang memandang kebahagiaan individu hanya dapat dicapai dengan mengkonsumsi, membeli dan memiliki apapun yang diinginkan meskipun melebihi batas kebutuhan dasar.

Di era modern saat ini, banyak pekerjaan membutuhkan mobilitas tinggi yang mengharuskan kita berpindah dari satu tempat ke tempat lain dalam waktu cepat, serta komunikasi yang cepat. Di tengah keterbatasan transportasi publik, sepeda motor seringkali menjadi solusi alternatif untuk mendukung aktifitas ekonomi kita sehari-hari.

Fenomena ini kemudian ditangkap dengan baik oleh para pelaku ekonomi. Berbagai perusahaan kredit sepeda motor menjamur menjajakan kemudahan untuk mendapatkan sepeda motor.  Bahkan hanya dengan uang muka Rp500 ribu, kita sudah bisa membawa pulang sepeda motor keluaran  terbaru,lengkap dengan surat-suratnya. 

Bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah, kredit bisa jadi adalah satu-satunya jalan untuk mendapatkan sepeda motor. Tapi percayakah Bapak-Ibu bahwa kredit sepeda motor dan pengguaan HP adalah salah satu penyebab sulitnya masyarakat Indonesia untuk keluar dari kemiskinan?

Mmenurut penelitian yang dilakukan oleh Media Wahyudi Askar , PhD University of Manchester, Penelitian yang dilakukannya menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kepemilikan sepeda motor dan dengan tingkat penghasilan masyarakat Indonesia. Dengan kata lain masyarakat miskin cenderung memiliki jumlah sepeda motor yang lebih banyak dibandingkan masyarakat berpenghasilan menengah ke atas. 

Hasil riset ini memang tidak langsung menyiimpulan bahwa kemiskinan disebabkan gara-gara sepeda motor. Tetapi, dengan mempelajari pola prilaku ekonomi masyarakat dan mekanisme kredit kendaraan bermotor di Indonesia, asumsi ini menjadi masuk akal.

Untuk mendapatkan sepeda motor, masyarakat miskin seringkali diming-imingi dengan DP rendah oleh pihak dealer sepeda motor. Bagi masyarakat berpenghasilan minimum, skema ini memang terasa sangat ringan. Namun demikian, mereka sebenarnya telah masuk dalam perangkap hutang dalam jangka waktu yang cukup panjang. 

Dengan asumsi membayar uang muka (DP) sebesar Rp500 ribu, dalam kurun waktu sekitar 3 sampai 4 tahun mereka harus membayar sepeda motor 200 % lebih mahal dari harga sepeda motor yang dibeli secara tunai. Harga yang sangat tidak ekonomis dengan jumlah bunga yang mencapai 25 persen.   Dengan DP Rp. 500 ribu, mereka harus menyisihkan uang Rp. 600 riibu selama 4 tahun ke depannya, jika penghasilannya kurang darai 2 jt perbulan  maka tentu  akan sangat memberatkan  keuangan suatu keluarga. Dari motor yang harga chasnya 13 juta dicicil 4 tahun, cicilannya kalau dikumpulkan jadi 28, 4 juta.

Padahal sudah jelas bahwa riba itu dilarang dalam islam, sebagian ulama malah berpendapat, orang yang membantu mencacat proses transaksi riba pun diharamkan, sehingga seharusnya setiap upaya yang mendukung proses transaksi riba seharusnya juga tidak boleh alias haram, misalnya jual beli dengan cara-cara kredit tersebut.

Selama ini masyarakat miskin, yang memiliki keterbatasan pengetahuan finansial, seringkali menjadi sasaran empuk para sales sepeda motor. Dengan berbagai intrik marketing, mereka dengan mudah merayu masyarakat miskin untuk memilih DP rendah. Semakin rendah DP sepeda motor tersebut, pihak dealer akan semakin diuntungkan karena mendapatkan bonus insentif yang semakin besar dari pihak leasing sepeda motor.
 
Di sisi lain, masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah cenderung tidak memiliki perencanaan keuangan yang matang. Mereka jarang sekali memperhatikan proyeksi penghasilan dan kebutuhan ekonomi keluarga. Sebagian di antara mereka bahkan memutuskan membeli sepeda motor hanya dengan diiming-imingi kredit motor DP rendah yang dibagikan di perempatan jalan. Masalahnya menjadi semakin rumit, karena banyak masyarakat yang melakukan kredit motor bukan atas dasar kebutuhan melainkan atas pertimbangan eksistensi, pamer harta dan harga diri.

Peneliti ini  mewawancarai satu keluarga miskin yang mempunyai dua kendaraan bermotor. Sepeda motor itu sehari-hari digunakan oleh dua orang anaknya untuk berangkat ke sekolah. Si kepala keluarga berujar bahwa motor itu didapatkannya secara kredit dan dia harus berjuang untuk melunasi kredit motor tersebut selama empat tahun lamanya. Pada saat peneliti menanyakan kenapa rela melakukan kredit motor yang sangat memberatkan ekonomi keluarga, jawabannya sederhana, dia tidak ingin anaknya terlihat berbeda dibandingkan kawan-kawan seumurannya yang memiliki sepeda motor.      

Fenomena ini sangat umum terjadi di Indonesia. Sangat mudah menemukan keluarga yang memiliki 2 atau 3 sepeda motor di mana semuanya didapatkan secara kredit dan dibeli hanya untuk alasan harga diri keluarga. Atau fenomena dimana masyarakat rela mengurangi nutrisi makanan anak-anaknya, demi untuk melunasi kredit kendaraan bermotor.

Persoalan ini memang terlihat sepele tapi menyebabkan dampak ekonomi yang sangat signifikan bagi keuangan keluarga. Masyarakat miskin tidak bisa mengivestasikan kelebihan penghasilannya untuk aktifitas ekonomi yang lebih bermanfaat seperti investasi pendidikan untuk anak-anaknya, investasi bisnis ataupun membayar asuransi hari tua dan tentunya  mengurangi sedekah yang bisa bermanfaat di akherat kelak.  Mereka akhirnya terjebak dalam putaran hutang yang terus membelenggu mereka untuk keluar dari jerat kemiskinan. Apalagi kalu sudah jadi pasiennya Bank, atau Koperasi atau Rentenir.. 

Sehingga untuk fenomena ini, yaitu kebiasaan masyaraka suka mengkridit, ada hal penting yang patut dicatat  yaitu :   Ternyata banyak masyarakat melakukan kredit motor bukan atas dasar kebutuhan melainkan untuk menjaga harga diri dan penampilan meski harus mengorbankan investasi untuk masa depan dan hal-hal yang lebih penting. 

Tetapi,  Apakah kita mau memiliki motor bebek keluaran tahun 2002 di saat sebagian besar teman
sebaya kita memiliki sepeda motor keluaran terbaru dengan cat mengkilat dan suara mesin yang lebih halus?

Tentu kebanyakan dari kita lebih memilih punya  sepeda motor keluaran terbaru meskipun harus kredit tiap bulannya..

Jamaah Shalat  Shubuh yang dirahmati Allah Subhana Wata Allah 
Islam mengajarkan agar kita membelanjakan harta tidak secara berlebih-lebihan dan tidak pula kikir (QS Al-Furqaan 25: 67).
Description: http://c00022506.cdn1.cloudfiles.rackspacecloud.com/25_67.png

waalladziina idzaa anfaquu lam yusrifuu walam yaqturuu wakaana bayna dzaalika qawaamaan
artinya : Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.

Islam mengecam orang yang menumpuk harta dengan memasukannya ke neraka Huthamah (QS. Al-Humazah: 1-9). Mereka yang suka menimbun emas dan perak serta tidak menafkahkannya di jalan Allah, diancam dengan siksaan pedih dan menyakitkan (QS. At-Taubah: 34).

Tentang hidup sederhana , dalam salah satu hadist nabi, rasullulah berkata :

“Orang yang mencapai kejayaannya ialah orang yang bertindak di atas prinsip Islam dan hidup secara sederhana. (HR. Ahmad Tirmidzi, Ibnu Majah).

Sebagai seorang muslim , kita harus waspada terhadap apa yang kita miliki, tidak makan  sesuatu yang diharamkan Allah, tidak berlebih-lebihan, tidak boros dan tidak bermain-main dengan harta. Jika kita mempunyai harta yang banyak dan rezkinya lapang, lebih baik kita  shadaqahkan kepada fakir miskin.

Selama hidupnya , Nabi penuh kesederhanaan, baik dalam sikap perilakunya maupun apa yang dimilikinya: sandang, pangan, papan dan segala kebutuhan pokok. Termasuk dalam membelanjakan uang negara. Keempat khalifah setelah beliau tetap mempertahankan hidup yang sederhana.

Nabi hidup sederhana bukan karena miskin. Nabi sebagai seorang kepala negara bisa hidup mewah, kalau mau. Faktanya Nabi saw sanggup memberikan kambing sebanyak 1 bukit kepada seorang kepala suku yang baru masuk Islam,yaitu  Malik bin Auf. Dengan kesederhanaan keluarga Nabi, beliau bisa mengoptimalkan hartanya untuk kesejahteraan rakyatnya, kepentingan dakwah dan jihad fisabilillah. 

Nabi menolak tempat tidur yang empuk. Bantal Nabi terbuat dari kumpulan sabut kelapa. Tikar yang beliau gunakan untuk tidur meninggalkan bekas dipunggungnya. Saat meninggal dunia, beliau dalam keadaan berbaring ditempat tidur dengan menggunakan selimut kasar dan pakaian yang sangat sederhana.

Rasulullah saw bersabda: “Makanlah dan minumlah, berpakaian, dan bersedekahlah, tanpa berlebihan dan tidak sombong” (HR. Ahmad).  Nabi makan hanya beberapa suap saja, asal cukup untuk menegakkan tulang rusuknya.

Jamaah Shalat  Shubuh yang dirahmati Allah Subhana Wata Allah, Apa hikmah Hidup Sederhana?

Dengan kita hidup sderhana, Kehidupan kita menjadi tenang dan harmonis, sebab berbelanja sesuai kemampuan.  Orang yang sederhana, hidupnya tidak diburu oleh nafsu yang membinasakan, atau pikiran selalu kurang, atau berbagai ambisi yang membuat jiwa semakin kering.

Menghindari sikap hidup boros dan berlebih-lebihan, yang berakibat menimbulkan penyesalan, kerugian, lilitan hutang,  harta terbuang-buang percuma dan tersalurkan kepada sesuatu yang tidak semestinya.

Kemewahan membuat seseorang hanya sibuk memikirkan diri sendiri, dan selalu merasa kurang. Hidup sederhana, membuat kita memiliki kelebihan harta untuk membantu fakir miskin (baik zakat, infak, sodaqoh dan hibah). 

Kesederhanaan bisa menimbulkan empati dan merekatkan semua kelompok dalam masyarakat. Orang kaya yang sederhana, mudah membangun relasi dengan orang miskin. Pemimpin yang sederhana bisa berinteraksi dengan rakyatnya tanpa ada jurang pemisah,  dan dicintai rakyatnya. Pemimpin yang hobi menumpuk harta akan dibenci dan ditumbangkan rakyatnya.

Orang yang hidup sederhana, ketika kekurangan tidak menghalalkan segala cara untuk memperoleh harta agar dihormati. Ketika mempunyai harta lebih, tidak tergoda untuk bermewah-mewahan, menumpuk harta, dan memanjakan diri dengan segala fasilitas serba lux.


Demikian sedikit yang dapat kami sampaikan.  Semoga kita menjadi hamba-hamba Allah yang senantiasa takut kepada-Nya, sehingga dengan itu kita menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Wabillahi taufiq wal hidayah wassalamualaikum warahmatullahiwabarokatuh

Jumat, 01 Januari 2016

Belum Terlambat.....

Belum Terlambat Meski Sudah Memutih....