Sabtu, 10 November 2012

Memelihara Kelangsungan Amalan


Allah Ta'ala berfirman:
"Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, supaya hati mereka itu khusyu' untuk mengingat-ingat kepada Allah dan kebenaran yang turun kepada mereka itu - yakni al-Quran. Janganlah mereka itu berkeadaan yang serupa dengan orang-orang yang telah diberi kitab-kitab padamasa dahulu - sebelum mereka, tetapi mereka telah melalui masa yang panjang, kemudian menjadi keraslah hati mereka tersebut - yakni enggan menerima kebenaran." (al-Hadid: 16)

Allah Ta'ala berfirman lagi:
"Kemudian Kami - Allah - iringkan di belakang mereka dengan beberapa Rasul Kami dan Kami iringkan pula dengan Isa anak Maryam, serta Kami berikan Injil kepadanya. Kami memberikan perasaan kasih sayang dalam hati para pengikutnya. Keruhbaniahan itu mereka ada-adakan saja. Kami tidak mewajibkan demikian itu atas mereka. Yang Kami perintahkan - tidak tain kecuali mencari keridhaan Allah, tetapi mereka tidak memelihara itu sebagaimana mestinya yang ditentukan." (al-Hadid: 27)

Keterangan:
Keruhbaniahan, artinya hidup dalam klooster bagi para penganut atau pendeta-pendeta agama Nasrani. Ini bukan berasal dari ajaran Nabiullah Isa a.s. dan itu hanyalah buatan kepala-kepala agama yang datang sepeninggal beliau. Islam juga tidak membenarkan adanya ruhbaniah.

Allah Ta'ala berfirman pula:
"Janganlah engkau semua itu seperti perempuan yang menguraikan benangnya menjadi lepas kembali setelah dipintal kuat-kuat." (an-Nahl: 92)

Juga Allah Ta'ala berfirman:
"Dan sembahlah Tuhanmu sehingga datanglah keyakinan - dan maksudnya kematian - kepadamu." (al-Hijr: 99)

Adapun Hadis-hadis yang menerangkan bab di atas itu, di antaranya ialah Hadisnya Aisyah: "Mengerjakan agama yang tercinta di sisi Allah ialah yang dikekalkan oleh orangnya - yakni tidak bosan-bosan melakukannya sekalipun sederhana."


Selain Hadis di atas ialah:
Dari Umar al-Khaththab r.a., katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Barangsiapa yang tertidur sehingga kelupaan membacakan hizibnya di waktu malam atau sebagian dari hizibnya itu, kemudian ia membacanya antara waktu shalat fajar dengan zuhur, maka dicatatlah untuknya seolah-olah ia membacanya itu di waktu malam harinya." (Riwayat Muslim)

Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma, katanya: Rasulullah s.a.w. pernah bersabda kepadaku:
"Hai Abdullah, janganlah engkau seperti si Fulan itu. Dulu ia suka bangun bersembahyang malam, kemudian ia meninggalkan bangun malam itu." (Muttafaq 'alaih)

Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. itu apabila terlambal dari shaiat malam, baik karena sakit ataupun lain-lainnya, maka beliau bersembahyang di waktu siangnya sebanyak duabelas rakaat." (Riwayat Muslim)

Kamis, 08 November 2012

Anjuran Melakukan Shalat Witir


Dari Ali r.a., katanya: "Shalat witir itu bukannya wajib sebagaimana shalat yang difardhukan, tetapi Rasulullah s.a.w. mengerjakan shalat itu dan bersabda:
"Sesungguhnya Allah itu Maha Witir - yakni ganjil, maka lakukanlah shalat witir - yaitu yang rakaatnya ganjil, hai ahli al-Quran."
Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi dan Termidzi mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan

 Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Dari seluruh malam itu Rasulullah s.a.w. sungguh-sungguh telah melakukan witir - yakni waktu berwitir beliau s.a.w. tidak tertentu waktunya, yaitu di permulaan malam, di pertengahan malam, di akhir malam dan berakhirlah waktu witir beliau s.a.w. itu sampai waktu sahur- hampir menyingsingnya fajar shadik." (Muttafaq 'alaih)

 Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Jadikanlah shalat witir itu sebagai akhir shalatmu di waktu malam." (Muttafaq 'alaih)

 Dari Abu Said al-Khudri r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda:  "Berwitirlah engkau semua sebelum engkau semua berpagi-pagi - yakni sebelum terbitnya fajar shadik." (Riwayat Muslim)

Dari Aisyah radhiallahu 'anha bahwasanya Nabi s.a.w. melakukan shalatnya di waktu malam, sedang ia - yakni Aisyah yaitu isterinya - melintang antara kedua tangannya - yakni di mukanya. Maka jikalau tinggal mengerjakan witir, beliau s.a.w. membangun-kannya, lalu Aisyahpun berwitirlah." (Riwayat Muslim)

Dalam riwayat Muslim lainnya disebutkan: "Maka jikalau tinggal mengerjakan witir, lalu beliau s.a.w. bersabda: "Bangunlah dan berwitirlah, hai Aisyah."

Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Dahuluilah shalat Subuh itu dengan witir - maksudnya' Bangunlah sebelum waktunya shalat Subuh lalu berwitirlah dulu."

Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi, dan Termidzi mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.

Dari Jabir r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang takut kalau tidak bangun di akhir malam, maka hendaklah berwitir di permulaan dan barangsiapa lupa hendak bangun di akhir malam, maka hendaklah berwitir di akhir malam, karena sesungguhnya shalat akhir malam itu disaksikan oleh para malaikat dan yang sedemikian itulah yang lebih utama." (Riwayat Muslim)